Cibinong, Bogor, (Antara Megapolitan) - Satu keluarga di Perumahan Lembah Griya Citayam RT-6, RW-13, Desa Ragajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Keluarga saya sudah jadi korban begitu ganasnya penyakit DBD, tetapi hingga saat ini pemerintah desa dan Dinas kesehatan belum melakukan tindakan pencegahan," kata Bustanudin, warga Perumahan Lembah Griya Citayam, di Cibinong, Selasa.
Ia menjelaskan, baru beberapa hari yang lalu anak pertamanya sudah diopname di rumah sakit karena positif DBD, kemudian baru keluar dari rumah sakit adiknya juga menyusul positif DBD.
"Alhamdullilah, Dzikra Nazihah yang berumur 8 tahun 10 bulan sudah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hermina Depok," katanya.
Ia telah melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua RT dan RW setempat untuk segera melakukan tindakan pencegahan.
Tetapi Ketua RT dan RW malah kebingungan akan melakukan tindakan pencegahan dengan apa, karena alat `fogging` pengasapan tidak tersedia di kelurahan dan kecamatan.
"Saya berharap Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bisa turun langsung untuk melakukan pencegahan sebelum penyakit DBD memakan korban lebih banyak lagi," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Sri B.Dwi Lestari, mengatakan tim puskesmas di wilayah tersebut akan turun ke lapangan untuk melakukan survaey jentik nyamuk dan survey panas.
Bila hasil survey menunjukan sumber penularan nyamuk ada di wilayah tersebut, maka tim akan segera melakukan `fogging`.
"Langkah awalnya Dinkes akan melakukan koordinasi dengan Ketua RT dan Ketua RW untuk persiapan," katanya.
Ia menyatakan pula akan melakukan koordinasi dengan bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk melakukan fogging secepatnya sebelum ada korban berikutnya.
Sementara belum ada tindakan, warga diharapkan selalu menjaga kebersihan lingkungan, dan jika ada temuan segera melapor ke puskesmas.
"Ingat! Langsung lapor ke puskesmas," katanya.
Wilayah Kabupaten Bogor memang saat ini sedang musim pancaroba yang bisa menyebabkan nyamuk aides menyebar dengan mudah di lingkungan masyarakat.
Namun demikian, katanya lagi, masyarakat jangan cemas terserang penyakit DBD, karena penyakit DBD bisa dihindari dengan menggerakkan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M.
"3M, yaitu menguras, menutup tampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk," katanya.
Seperti yang dikatakan Humas Rumah Sakit Cibinong beberapa waktu lalu, dari hasil survey Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memang ada 10 dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor merupakan daerah endemis DBD.
Tetapi kini, petugas melakukan "fogging" (pengasapan) secara rutin terfokus di wilayah endemik DBD.
`Fogging` tidak sepenuhnya bisa membasmi jentik nyamuk. Karena pada saat fogging hanya nyamuk dewasa yang mati, sedangkan jentik nyamuk tidak mati. Jadi melakukan "fogging" tanpa ada kepastian positif demam berdarah adalah satu pemahaman yang salah.
Masyarakat perlu memperhatikan untuk melakukan penebaran abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk dan penggerakan masyarakat dalam 3M.
"Karena saat ini penyakit DBD tidak lagi mengenal musim hujan," katanya.
Ia menyarakan masyarakat harus tetap waspada DBD dengan 3M dan menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman. Dinkes akan tetap melakukan pemantauan dilokasi endemik DBD.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Keluarga saya sudah jadi korban begitu ganasnya penyakit DBD, tetapi hingga saat ini pemerintah desa dan Dinas kesehatan belum melakukan tindakan pencegahan," kata Bustanudin, warga Perumahan Lembah Griya Citayam, di Cibinong, Selasa.
Ia menjelaskan, baru beberapa hari yang lalu anak pertamanya sudah diopname di rumah sakit karena positif DBD, kemudian baru keluar dari rumah sakit adiknya juga menyusul positif DBD.
"Alhamdullilah, Dzikra Nazihah yang berumur 8 tahun 10 bulan sudah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hermina Depok," katanya.
Ia telah melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua RT dan RW setempat untuk segera melakukan tindakan pencegahan.
Tetapi Ketua RT dan RW malah kebingungan akan melakukan tindakan pencegahan dengan apa, karena alat `fogging` pengasapan tidak tersedia di kelurahan dan kecamatan.
"Saya berharap Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bisa turun langsung untuk melakukan pencegahan sebelum penyakit DBD memakan korban lebih banyak lagi," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Sri B.Dwi Lestari, mengatakan tim puskesmas di wilayah tersebut akan turun ke lapangan untuk melakukan survaey jentik nyamuk dan survey panas.
Bila hasil survey menunjukan sumber penularan nyamuk ada di wilayah tersebut, maka tim akan segera melakukan `fogging`.
"Langkah awalnya Dinkes akan melakukan koordinasi dengan Ketua RT dan Ketua RW untuk persiapan," katanya.
Ia menyatakan pula akan melakukan koordinasi dengan bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk melakukan fogging secepatnya sebelum ada korban berikutnya.
Sementara belum ada tindakan, warga diharapkan selalu menjaga kebersihan lingkungan, dan jika ada temuan segera melapor ke puskesmas.
"Ingat! Langsung lapor ke puskesmas," katanya.
Wilayah Kabupaten Bogor memang saat ini sedang musim pancaroba yang bisa menyebabkan nyamuk aides menyebar dengan mudah di lingkungan masyarakat.
Namun demikian, katanya lagi, masyarakat jangan cemas terserang penyakit DBD, karena penyakit DBD bisa dihindari dengan menggerakkan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M.
"3M, yaitu menguras, menutup tampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk," katanya.
Seperti yang dikatakan Humas Rumah Sakit Cibinong beberapa waktu lalu, dari hasil survey Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memang ada 10 dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor merupakan daerah endemis DBD.
Tetapi kini, petugas melakukan "fogging" (pengasapan) secara rutin terfokus di wilayah endemik DBD.
`Fogging` tidak sepenuhnya bisa membasmi jentik nyamuk. Karena pada saat fogging hanya nyamuk dewasa yang mati, sedangkan jentik nyamuk tidak mati. Jadi melakukan "fogging" tanpa ada kepastian positif demam berdarah adalah satu pemahaman yang salah.
Masyarakat perlu memperhatikan untuk melakukan penebaran abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk dan penggerakan masyarakat dalam 3M.
"Karena saat ini penyakit DBD tidak lagi mengenal musim hujan," katanya.
Ia menyarakan masyarakat harus tetap waspada DBD dengan 3M dan menjaga lingkungan tetap bersih dan nyaman. Dinkes akan tetap melakukan pemantauan dilokasi endemik DBD.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015