Pandemi Coronavirus yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 menyebabkan terbatasnya aktivitas masyarakat. Pembatasan aktivitas ini dilaksanakan demi menekan laju penularan penyakit COVID-19, salah satunya ialah diberhentikannya kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka dan digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online. Selama sekitar sembilan bulan lebih PJJ telah diadaptasikan di sektor pendidikan Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menyatakan bahwa mulai Januari 2021, perkuliahan dapat dilakukan secara tatap muka dan juga dalam jaringan (online).

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D, dalam siaran pers Kemendikbud tanggal 3 Desember 2020 mengatakan, “Sehubungan dengan keluarnya keputusan bersama empat menteri, maka kuliah di awal Januari 2021 bisa dengan campuran, yakni bisa tatap muka dan dalam jaringan (online).”

Tentu banyak pro dan kontra atas terbentuknya kebijakan ini. Beberapa pihak merasa senang karena dapat kembali berkuliah secara offline seperti dahulu kala. Beberapa lainnya merasa sudah nyaman dan lebih menyukai sistem online ketimbang tatap muka. Terlebih lagi melihat Indonesia yang masih berada di tengah pandemi COVID-19 yang belum juga usai. Berikut kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pembelajaran.

Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh (online):

1. Menghemat waktu.
Dengan pembelajaran daring, mahasiswa tidak perlu melakukan perjalanan antara rumah dan sekolah. Selain meminimalisir dampak kelelahan akibat perjalanan, waktu luang tersebut dapat digunakan untuk kegiatan produktif lainnya, misal mengulas kembali materi pembelajaran, mengerjakan tugas, beraktivitas fisik, hingga istirahat.

2. Waktu belajar fleksibel.
Selama pembelajaran daring, belajar bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun tidak terbatas waktu. Terlebih sudah canggihnya teknologi yang memfasilitasi pembelajaran daring seperti adanya fitur video recording sehingga pemberian materi saat kelas berlangsung dapat ditonton ulang.

3. Lebih banyak waktu bersama keluarga.
Mereka tidak perlu bepergian meninggalkan rumah untuk mengikuti perkuliahan sehingga sebagian besar kuliah online diikuti mahasiswa ketika ia berada di rumah.

Kekurangan Pembelajaran Jarak Jauh (online):

1. Bergantung pada jaringan internet dan listrik.
Masih belum meratanya jaringan internet di seluruh pelosok negeri dan juga banyaknya daerah yang sering mengalami pemadaman listrik menyebabkan sulitnya pelaksanaan kuliah online bagi beberapa orang.

2. Memicu gangguan penyakit hingga depresi.
Berada terus menerus di depan monitor dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti sakit punggung, kelelahan pada mata, pusing akibat radiasi dari gadget, gangguan tidur, sindrom carpal turner, hingga gangguan mental seperti stress dan depresi.

3. Pengajar sulit memantau fokus dari mahasiswa.
Tidak seperti pembelajaran secara tatap muka yang mana dosen dapat melihat langsung keadaan mahasiswanya, apakah mereka memperhatikan atau mereka sedang mengantuk, dan lain-lain. Lalu, mahasiswa terbilang mudah ‘bolos’ karena hanya perlu mematikan kamera dan juga microphone dari device yang digunakan. Dampak dari masalah ini juga berujung pada melimpahnya tugas yang diberikan dosen dengan alasan agar mahasiswa belajar dan lebih memahami materi.

4. Kesulitan bagi siswa yang tidak memiliki privilege.
Privilege yang dimaksud antara lain tidak memiliki gawai yang memadai atau harus berbagi gawai dengan anggota keluarga lain, lingkungan yang tidak nyaman dan kondusif untuk belajar, ketidakmampuan membeli paket internet. Kemendikbud telah membagikan kuota gratis kepada hampir seluruh pelajar, namun kuota yang diberikan tersebut terbilang belum menutupi seluruh kebutuhan pembelajaran secara online. Pasalnya, kuota dibatasi menjadi kuota belajar yang hanya bisa mengakses beberapa laman/aplikasi padahal pembelajaran yang dilakukan pelajar tidak hanya berasal dari laman/aplikasi tersebut. Misalnya, pelajar memerlukan akses pada beberapa laman/aplikasi lainnya untuk mencari bahan pembelajaran atau referensi tugas, serta menonton video pembelajaran di YouTube, dan lain-lain. Besaran kuota kategori umum yang diberikan oleh Kemendikbud dirasa kurang untuk menutup kegiatan pembelajaran tersebut.

Kelebihan pembelajaran tatap muka (offline):

1. Pemanfaatan fasilitas kampus maksimal.
Hampir seluruh kampus telah menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar dan mengajar mahasiswa seperti jaringan wi-fi, komputer, lab, ruang kelas, perpustakaan, hingga alat transportasi yang dapat digunakan semaksimal mungkin apabila kuliah offline.

2. Aktivitas fisik lebih banyak dilakukan.
Mulai dari perjalanan antara rumah ke kampus hingga dari kelas satu ke kelas lainnya menuntut mahasiswa untuk selalu berjalan dan bergerak, tidak seperti kuliah online, sehingga aktivitas fisik yang dilakukan lebih banyak.

3. Adanya kemudahan dalam berinteraksi dengan teman, guru, dan orang lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial cenderung membutuhkan satu sama lain untuk sekadar melakukan interaksi, berkumpul, dan bersenang-senang. Kurangnya sosialisasi dengan manusia lain dapat memicu terjadinya stress.

Kekurangan pembelajaran tatap muka (offline):

1. Masih tingginya kasus COVID-19 di Indonesia.
Dalam pelaksanaan kuliah tatap muka, tentu banyak sekali close contact yang sulit dipantau dan dapat menjadi sumber penularan virus Corona yang hingga saat ini masih memiliki lebih dari 100.000 kasus positif aktif dengan pertambahan kasus per-hari mencapai 8.300 kasus.

2. Cukup menambah pengeluaran.
Terutama untuk mahasiswa yang merantau dan harus menyewa kos, serta adanya biaya transportasi untuk berangkat ke lokasi kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Kefokusan dan keaktifan belajar maupun diskusi, baik PJJ atau tatap muka, bergantung kepada individu masing-masing. Melihat kelebihan dan kekurangan di atas, diharapkan pemerintah berwenang dapat mengambil keputusan terbaik, tentunya dengan tetap menjaga keamanan dan kenyamanan berbagai pihak. Hal utama yang tidak boleh terlupakan antara lain pemberantasan wabah COVID-19 karena ialah yang memulai berbagai keadaan ini. Dengan diberantasnya masalah Coronavirus di Indonesia, masyarakat akan lebih merasa aman dalam beraktivitas dan pengambilan keputusan akan kebijakan di berbagai sektor pun lebih mudah untuk dilakukan.

Penulis: Isna Mutiara Salsabila & Farhan Rafif Hanafi

Pewarta: Isna Mutiara Salsabila & Farhan Rafif Hanafi

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020