Bogor, (Antara Megapolitan) - Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mitra Tani Mandiri melestarikan budaya Sunda lewat upacara adat Sedekah Bumi dan babakti karuhun Sunda dengan budidaya ikan hias di Setu Cikoneng, Kelurahan Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Upacara adat sedekah bumi dan babakti karuhun Sunda di Setu Cikoneng merupakan budaya yang patut dilestarikan," kata Ketua Komisi Fatwa Majelsi Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, KH Makmur Jawawi, di Kemang, Sabtu.
Ia menjelaskan, sedekah bumi perlu dilakukan untuk tolak bala dan bisa mensejahterahkan masyarakat. Tetapi upacara adat yang diselenggarakan tidak melanggar aturan agama. Karena sekarang banyak manusia sedekah dan babakti kepada karuhun melenceng dari ajaran agama.
"Setu Cikoneng sebagai tempat Sumber Daya Alam yang telah dikelola dengan baik terus memberikan manfaat untuk peningkatan kesejahteran masyarakat," katanya.
Sementara itu, Ketua Pokdakan Mitra Tani Mandiri (MTM), Misbah Nurjaman, mengatakan kelompok petani ikan yang berada di Kecamatan Kemang telah mendapatkan legalitas dari Kepala Desa Pondok Udik, pada 16 Maret 2015.
Pokdakan MTM juga terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Ciseeng.
"Sedangkan kegiatan upacara adat dan babakti ini bertujuan untuk mengucapkan syukur nikmat yang diberikan Allah SWT melalui hasil ikan dari Setu Cikoneng," katanya.
Bukan hanya rasa syukur, Pokdakan dan masyarakat bersama-sama bisa melestarikan budaya dan mempererat tali silaturahmi antar anggota, masyarakat dan pemerintah.
"Kami ingin menyampaikan Setu Cikoneng saat ini telah menjadi tempat produksi ikan hias di Kabupaten Bogor," katanya.
Misbah Nurjaman mengatakan pula bahwa saat ini kelompok tani yang tergabung dari tiga kelompok bisa menjalankan usaha perikanan di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.
Dia mengharapkan hasil budi daya ikan hias Setu Cikoneng bisa terus maju dan berkembang untuk memenuhi permintaan pasar.
"Alhamdulillah, pemerintah Desa Kemang dan Ponduk Udik sangat mendukung kinerja kelompok tani," katanya.
Budayawan Sunda Kemang, Kabupaten Bogor, yang juga Anggota Poldakan MTM Kemang, Ahmad Fahir mengatakan, merawat warisan kearifan Sunda dalam permanfaatan Sumber Daya Alam berbasis perikanan secara berkelanjutan perlu dilakukan untuk peningkatan kesejahteran masyarakat.
Saat ini, katanya lebih lanjut, budi daya ikan hias kalah dengan batu akik yang sekarang jadi batu mulia.
Padahal, budi daya ikan bisa selaras dengan alam dibandingkan dengan fenomena batu yang bisa merusak alam.
"Semoga dengan peningkatan SDM petani ikan hias bisa berdaya saing dalam peningkatan ekonomi, agama, dan budaya bisa menyatu di dalam kehidupan bermasyarakat," katanya pula.
Melalui Kelompok Tani usaha budi daya ikan hias itu merupakan peluang dan tantangan menghadapi perasingan global, serta membangun keselarasan Islam dan budaya Sunda dalam kehidupan bermasyarakat.
"Insya Allah setiap tahun akan digelar kegiatan budaya kesundaan untuk menghidupkan kembali budaya Sunda, perekonomian, dan Sumber Daya Manusianya," kata Ahmad Fahir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Upacara adat sedekah bumi dan babakti karuhun Sunda di Setu Cikoneng merupakan budaya yang patut dilestarikan," kata Ketua Komisi Fatwa Majelsi Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, KH Makmur Jawawi, di Kemang, Sabtu.
Ia menjelaskan, sedekah bumi perlu dilakukan untuk tolak bala dan bisa mensejahterahkan masyarakat. Tetapi upacara adat yang diselenggarakan tidak melanggar aturan agama. Karena sekarang banyak manusia sedekah dan babakti kepada karuhun melenceng dari ajaran agama.
"Setu Cikoneng sebagai tempat Sumber Daya Alam yang telah dikelola dengan baik terus memberikan manfaat untuk peningkatan kesejahteran masyarakat," katanya.
Sementara itu, Ketua Pokdakan Mitra Tani Mandiri (MTM), Misbah Nurjaman, mengatakan kelompok petani ikan yang berada di Kecamatan Kemang telah mendapatkan legalitas dari Kepala Desa Pondok Udik, pada 16 Maret 2015.
Pokdakan MTM juga terdaftar pada Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Ciseeng.
"Sedangkan kegiatan upacara adat dan babakti ini bertujuan untuk mengucapkan syukur nikmat yang diberikan Allah SWT melalui hasil ikan dari Setu Cikoneng," katanya.
Bukan hanya rasa syukur, Pokdakan dan masyarakat bersama-sama bisa melestarikan budaya dan mempererat tali silaturahmi antar anggota, masyarakat dan pemerintah.
"Kami ingin menyampaikan Setu Cikoneng saat ini telah menjadi tempat produksi ikan hias di Kabupaten Bogor," katanya.
Misbah Nurjaman mengatakan pula bahwa saat ini kelompok tani yang tergabung dari tiga kelompok bisa menjalankan usaha perikanan di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.
Dia mengharapkan hasil budi daya ikan hias Setu Cikoneng bisa terus maju dan berkembang untuk memenuhi permintaan pasar.
"Alhamdulillah, pemerintah Desa Kemang dan Ponduk Udik sangat mendukung kinerja kelompok tani," katanya.
Budayawan Sunda Kemang, Kabupaten Bogor, yang juga Anggota Poldakan MTM Kemang, Ahmad Fahir mengatakan, merawat warisan kearifan Sunda dalam permanfaatan Sumber Daya Alam berbasis perikanan secara berkelanjutan perlu dilakukan untuk peningkatan kesejahteran masyarakat.
Saat ini, katanya lebih lanjut, budi daya ikan hias kalah dengan batu akik yang sekarang jadi batu mulia.
Padahal, budi daya ikan bisa selaras dengan alam dibandingkan dengan fenomena batu yang bisa merusak alam.
"Semoga dengan peningkatan SDM petani ikan hias bisa berdaya saing dalam peningkatan ekonomi, agama, dan budaya bisa menyatu di dalam kehidupan bermasyarakat," katanya pula.
Melalui Kelompok Tani usaha budi daya ikan hias itu merupakan peluang dan tantangan menghadapi perasingan global, serta membangun keselarasan Islam dan budaya Sunda dalam kehidupan bermasyarakat.
"Insya Allah setiap tahun akan digelar kegiatan budaya kesundaan untuk menghidupkan kembali budaya Sunda, perekonomian, dan Sumber Daya Manusianya," kata Ahmad Fahir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015