Bogor, (Antara Megapolitan) - Tokoh Lingkungan Hidup Indonesia, Prof Emil Salim menyebutkan perlu kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan menjadi faktor utama, selain memerlukan regulasi serta ketegasan para pemimpin pemerintahan.
"Jangan menggantungkan pada aparat birokrasi untuk menjaga lingkungan. Saya lebih suka masyarakat yang berbuat untuk lingkungan," kata mantan Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup ini dalam konferensi Bogor Internasional Club di Kota Bogor, Rabu.
Emil salim menjadi pembicara tamu dalam konferensi internasional tersebut yang nyampaikan pemaparan tentang perta serta masyarakat dalam pembangunan kota hijau yang bertajuk "Public Participation in Developing a Green City".
Menurut Emil, persoalan lingkungan hidup yang ada di Indonesia saat ini masih lebih besar dibanding upaya pemerintah dalam mencegahnya.
Oleh karena itu mau tidak mau, masyarakat harus memberikan perhatian khusus jika tidak ingin lingkungan hidup menjadi masalah dalam kehidupnya.
"Masyarakat berkewajiban mendorong dan membantu pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian lingkungan," ujarnya.
Dijelaskannya, contoh kecil masalah lingkungan yang terjadi bertahun-tahun dan tidak terselesaikan yakni persoalan banjir. Salah satu penyebabnya adalah perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan tanpa merasa berdosa.
"Makanya pemerintah tidak hanya memberlakukan sanksi tegas, tetapi juga penghargaan untuk menstimulus partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan," kata Emil.
Sementara itu Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyambut baik penyelenggaraan konferensi Bogor International Club dan Women International Club (WIB).
Menurutnya topik yang diangkat dalam konferensi tersebut sangat tepat, relevan dan kontekstual dengan salah satu program Pemerintah Kota Bogor bersama dengan elemen masyarakat yakni membuat 5 juta lubang biopori.
"Banyak kebijakan Pemerintah Kota yang diarahkan untuk mewujudkan Kota Hijau salah satunya melalui gerakan 5 juta lubang biopori. Tetapi kegiatan ini tanpa partisipasi semua lapisan masyarakat tidak akan berarti apa-apa," kata Bima.
Ia mengakui masih banyak warganya yang kurang peduli terhadap lingkungan. Selain membuang sampah, aksi fandalisasi yang dilakukan oleh segelintir orang di beberapa taman milik Pemerintah Kota sampai Istana Bogor ikut dicoret.
"Yang antusias menjaga lingkungan ada, yang tidak juga banyak," kata dia.
Maka dari itu, lanjut Bima, diperlukan revolusi mental dan kultural dalam mengubah perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan.
Salah satunya melalui program Bogoh Ka Bogor yang bertujuan mengajak amsyarakat mencintai lingkungannya.
"Kita mulai dengan menggandeng pelajar dan ibu-ibu rumah tangga. Sudah ada aliansi perempuan Bogor yang melakukan penanaman pohon lintas kecamatan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya sepakat perlu memberikan penghargaan kepada masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Salah satunya lewat program Bank Sampah dimana masyarakat yang menabungkan sampahnya akan mendapatkan kompensasi dari upayanya tersebut.
"Jadi warga yang menambung sampah di bank dalam jangka waktu tertentu akan diberikan uang. Dan program ini masih berjalan, dan sudah ada 11 bank sampah yang tersebar di Kota Bogor," katanya.
Konferensi Bogor International Club dan Women International Club ke-20 ini diikuti sekitar 200 peserta yang berlangsung selama tiga hari yakni mulai 7 sampai 9 April besok.
Kegiatan dua tahunan ini bertujuan untuk mempererat silaturahim dan saling berbagi pengalaman partisipasi publik dalam mengembangkan kota hijau.
Ketua Pantian Penyelenggaran Konferensi Bogor Internasional Club, Judy Mugijanto menyebutkan kegiatan ini mengangkat isu pelestarian lingkungan hidup yang sudah menjadi topik hangat di seluruh dunia saat ini.
"Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dimulai dari lingkungannya sendiri," katanya.
Menurutnya setiap peserta diharapkan dapat berbagi pengalaman dan menyerap informasi yang diberikan terkait upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan baik yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan.
"Karena dengan kebersamaan, kita optimistis dapat membangun kesadaran masyarakat tentang perlunya berpartisipasi dalam menjaga dan menciptakan lingkungan yang hijau," katanya.
Konferensi Bogor Internasional Club dan Women International Club ini diisi dengan kegiatan bazar kerajinan tangan dan souvenir dari anggota-anggota WIC Indonesia. Dan para peserta dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke Istana Bogor, Istana Batu Tulis dan Kebun Raya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Jangan menggantungkan pada aparat birokrasi untuk menjaga lingkungan. Saya lebih suka masyarakat yang berbuat untuk lingkungan," kata mantan Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup ini dalam konferensi Bogor Internasional Club di Kota Bogor, Rabu.
Emil salim menjadi pembicara tamu dalam konferensi internasional tersebut yang nyampaikan pemaparan tentang perta serta masyarakat dalam pembangunan kota hijau yang bertajuk "Public Participation in Developing a Green City".
Menurut Emil, persoalan lingkungan hidup yang ada di Indonesia saat ini masih lebih besar dibanding upaya pemerintah dalam mencegahnya.
Oleh karena itu mau tidak mau, masyarakat harus memberikan perhatian khusus jika tidak ingin lingkungan hidup menjadi masalah dalam kehidupnya.
"Masyarakat berkewajiban mendorong dan membantu pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian lingkungan," ujarnya.
Dijelaskannya, contoh kecil masalah lingkungan yang terjadi bertahun-tahun dan tidak terselesaikan yakni persoalan banjir. Salah satu penyebabnya adalah perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan tanpa merasa berdosa.
"Makanya pemerintah tidak hanya memberlakukan sanksi tegas, tetapi juga penghargaan untuk menstimulus partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan," kata Emil.
Sementara itu Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyambut baik penyelenggaraan konferensi Bogor International Club dan Women International Club (WIB).
Menurutnya topik yang diangkat dalam konferensi tersebut sangat tepat, relevan dan kontekstual dengan salah satu program Pemerintah Kota Bogor bersama dengan elemen masyarakat yakni membuat 5 juta lubang biopori.
"Banyak kebijakan Pemerintah Kota yang diarahkan untuk mewujudkan Kota Hijau salah satunya melalui gerakan 5 juta lubang biopori. Tetapi kegiatan ini tanpa partisipasi semua lapisan masyarakat tidak akan berarti apa-apa," kata Bima.
Ia mengakui masih banyak warganya yang kurang peduli terhadap lingkungan. Selain membuang sampah, aksi fandalisasi yang dilakukan oleh segelintir orang di beberapa taman milik Pemerintah Kota sampai Istana Bogor ikut dicoret.
"Yang antusias menjaga lingkungan ada, yang tidak juga banyak," kata dia.
Maka dari itu, lanjut Bima, diperlukan revolusi mental dan kultural dalam mengubah perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan.
Salah satunya melalui program Bogoh Ka Bogor yang bertujuan mengajak amsyarakat mencintai lingkungannya.
"Kita mulai dengan menggandeng pelajar dan ibu-ibu rumah tangga. Sudah ada aliansi perempuan Bogor yang melakukan penanaman pohon lintas kecamatan," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya sepakat perlu memberikan penghargaan kepada masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Salah satunya lewat program Bank Sampah dimana masyarakat yang menabungkan sampahnya akan mendapatkan kompensasi dari upayanya tersebut.
"Jadi warga yang menambung sampah di bank dalam jangka waktu tertentu akan diberikan uang. Dan program ini masih berjalan, dan sudah ada 11 bank sampah yang tersebar di Kota Bogor," katanya.
Konferensi Bogor International Club dan Women International Club ke-20 ini diikuti sekitar 200 peserta yang berlangsung selama tiga hari yakni mulai 7 sampai 9 April besok.
Kegiatan dua tahunan ini bertujuan untuk mempererat silaturahim dan saling berbagi pengalaman partisipasi publik dalam mengembangkan kota hijau.
Ketua Pantian Penyelenggaran Konferensi Bogor Internasional Club, Judy Mugijanto menyebutkan kegiatan ini mengangkat isu pelestarian lingkungan hidup yang sudah menjadi topik hangat di seluruh dunia saat ini.
"Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dimulai dari lingkungannya sendiri," katanya.
Menurutnya setiap peserta diharapkan dapat berbagi pengalaman dan menyerap informasi yang diberikan terkait upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan baik yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan.
"Karena dengan kebersamaan, kita optimistis dapat membangun kesadaran masyarakat tentang perlunya berpartisipasi dalam menjaga dan menciptakan lingkungan yang hijau," katanya.
Konferensi Bogor Internasional Club dan Women International Club ini diisi dengan kegiatan bazar kerajinan tangan dan souvenir dari anggota-anggota WIC Indonesia. Dan para peserta dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke Istana Bogor, Istana Batu Tulis dan Kebun Raya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015