Bogor, 31/3 (ANTARA) - Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB) siap mengembangkan beras yang dibuat dari bahan-bahan campuran non-padi, untuk mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia.

"Kami di Fateta IPB sudah dapat menciptakan 'beras' yang bukan dari padi, tapi bentuknya seperti beras dan bisa ditanak seperti beras biasa," kata Dekan Fateta IPB Dr Ir Sam Herodian dalam acara pertemuan Himpunan Alumni Fateta IPB di Bogor, Sabtu.

Menurut Sam Herodian pengembangan jenis pangan seperti itu akan lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang sudah terlanjur tergantung pada beras sebagai bahan pangan utama.

Beras non-padi ini isinya bisa merupakan campuran dari jagung, umbi-umbian, sorgum dan bahan lainnya berbasis kearifan lokal yang merupakan sumber karbohidrat.

Diharapkan nantinya beras non-padi ini bisa turut berperan dalam upaya memperkokoh ketahanan pangan.

"Kami siap mengembangkan teknologi pertanian ini, dan mengembangkannya menjadi bisnis yang eksis di masyarakat," katanya.

Dia menambahkan untuk mengembangkan dan menyukseskan diversifikasi pangan melalui teknologi beras dari bahan campuran non-padi tersebut, perlu ada "kendaraan" yang pas.

Oleh sebab itulah ia mengimbau dukungan dari pemerintahan maupun sektor swasta dalam upaya menyukseskan diversifikasi pangan tersebut, sehingga ketergantungan pada impor beras dan terigu pun dapat dikurangi.

Dekan Fateta IPB itu mencontohkan Thailand yang bisa mengembangkan mie instan yang sebagian besar bahannya bukan dari terigu

"Dengan dukungan semua pihak, maka diversifikasi pangan bisa kita wujudkan segera, dan bukan hanya mimpi belaka," katanya.

Sementara itu Stefanus Indrayana, Ketua Komite Pengembangan Anggota Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mengatakan, salah satu jalan yang perlu dilakukan dalam gerakan diversifikasi pangan non beras adalah meningkatkan kegiatan industri dalam menyajikan pangan jadi, yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan mengurangi ketergantungan terhadap beras.

"Kita perlu memperhatikan bentuk jadi bahan pangan yang berbasis non-beras, misalnya roti, biskuit, mie basah, mie instan, bubur instan yang populer dan telah diterima umum oleh masyarakat, sebagai kendaraan menuju diversifikasi pangan non-beras," kata Indrayana yang juga alumnus Fateta IPB itu.

Dari bahan pangan non beras seperti ketela, ubi jalar, kentang, jagung, sagu, ada peluang untuk mengembangkan tepung dan pati berdasarkan kearifan lokal.

Ia juga melihat perlunya memberdayakan UKM untuk mendukung diversifikasi pangan non beras tersebut.

Pertemuan tahunan Himpunan Alumni Fateta IPB yang berlangsung di halaman rumah Gurubesar IPB Prof Dr Hidayat Syarief di Jalan Papandayan No. 1 Kota Bogor tersebut mengusung tema "Diversivikasi Pangan: Memberdayakan UKM, Meningkatkan Gizi/Kesehatan Masyarakat".

Acara yang dikemas secara santai di ruang terbuka itu dihadiri sekitar 200 alumni Fateta IPB, termasuk di antaranya Rektor IPB Prof Dr Herry Suhardiyanto.

Rektor dalam sambutannya mengharapkan Fateta beserta para alumninya tetap bersatu dan bisa terus menghasilkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Banyak karya-karya ilmiah IPB berasal dari Fateta," kata Rektor.


Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012