Jakarta (Antara-Megapolitan-Bogor) - Pemerintah Indonesia akan merevisi target produksi beras nasional setelah mendapat data kebutuhan konsumsi beras per kapita.

"Jadi kalau kemudian kita ekstrapolasi berarti produksi Indonesia yang harus direvisi kembali, berapa produksi yang sebenarnya. Itu dikaitkan dengan luas lahan dan hilangnya lahan akibat dari banyak penggunaan untuk kepentingan yang lain," kata Menteri Koordinator Bidang perekonomian Sofyan Djalil ketika ditemui di kantor Wapres, Jakarta, Jumat.

Pemerintah pada Jumat melakukan penyesuaian data terkait konsumsi beras per kapita dengan membandingkan sejumlah nilai yang digunakan oleh beberapa kementerian dan institusi negara seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik.

Jumlah takaran tersebut antara lain yang pertama dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) rumah tangga ukuran 87,63kg/tahun atau 240gr/hari, kedua dari BPS/Kemendag rumah tangga+rumah makan 114kg/tahun atau 312gr/hari. Lalu yang ketiga yaitu takaran data neraca beras Kementan 124kg/tahun atau 340gr/hari dan yang keempat dari Badan Pusat Statistik 139kg/hari atau 380gr/hari.

Sebelumnya pemerintah Indonesia menggunakan data jumlah konsumsi beras pertahun perkapita adalah sebesar 124kg per tahun.

"Oleh sebab itu, data konsumsi beras mungkin sekitar 114kg pertahun dan itu data yang sudah dilakukan studi oleh BPS," kata Sofyan.

Sofyan menjelaskan pemerintah akan merevisi target produksi beras karena selama ini jumlah konsumsi beras tidak sebesar yang dianggap oleh sejumlah kementerian dan institusi negara.

"Oleh sebab itu, kalau konsumsi sudah jelas maka kita perlu kalkulasi kembali tentang tingkat produksi," tegas Sofyan.

Sementara itu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengatakan dengan menggunakan 114kilogram tersebut maka ditemukan total konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 28 juta ton.

Andrinof menilai dengan produksi beras yang sudah dimiliki Indonesia saat ini maka swasembada beras dapat tercapai.

"Kalau begitu kemungkinan besar produksi beras Indonesia ya optimis surplus. Itu yang kami akan verifikasi lebih lanjut," kata Andrinof.

Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla yakin bahwa dengan total konsumsi tersebut maka dengan menambah 1,5 juta ton beras dibanding tahun sebelumnya maka Indonesia sudah bisa mencapai swasembada beras.

"Jadi swasembada itu bukan kerja yang terlalu berat sebenarnya. Kalau pemerintah memperbaiki maka dapat membuktikan itu," kata Kalla.

Kalla mengatakan pencapaian swasembada beras tergantung kepada pengairan sawah, kualitas dan kuantitas pupuk dan ketersediaan lahan.

"Jadi produksi beras memang harus kita review kembali. Mungkin luasan sawah tidak banyak efektif lagi selama ini. Itu juga tentu menurut saya adalah angka-angka sebelumnya," kata Kalla.

Pada 2013, Indonesia mencatat produktivitas beras nasional rata-rata pertahun sekitar 38 juta ton dari 71,28 juta ton gabah kering giling.

Data sementara Badan Pusat Statistik pada Maret 2015 mencatat produksi gabah kering giling pada 2014 sebanyak 70,83 juta ton. Nilai tersebut menurun dari produksi pada 2013 sebesar 0,45 juta ton yang diperkirakan karena penurunan luas panen dan produktivitas tanaman.

Pewarta: Bayu Prasetyo

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015