Saat ini hampir sepertiga dari populasi dunia merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Diberbagai belahan dunia, jumlah anak dan populasi muda mencapai 50 persen dari populasi. Oleh karena itu, setiap jenis bisnis tidak dapat dihindari untuk berinteraksi dan berada dalam lingkungan kehidupan anak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Melalui kegiatan Webinar yang diselenggarakan oleh Save The Children dengan mengangkat tema tentang “Family-Friendly Workplaces: A Stronger Business for Companies, A Brighter Future for Children”. Acara ini dipandu oleh Chief of Business Development Save the Children, Rizal Algamar bersama dengan narasumber lainnya seperti Executive Director The Center for Child Rights and Corporate Social Responsibility (CCR CSR) Asia, Ines Kaempfer dan Head of Cocoa Life South East Asia, Andi Sitti Asmayanti.

Rizal menjelaskan anak merupakan masa depan bangsa dan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang kelak menjadi penerus cita-cita penerus bangsa. Anak memiliki peran yang sangat strategis dalam Pembangunan Nasional, maka tentunya diharapkan menjadi manusia yang berkualitas.

“Karena dampak Covid-19 ini, - Anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar, dan para pekerja sedang menghadapi masalah ekonomi. Hal ini akan mengarah kepada meningkatnya pekerja anak-anak/usia muda. Seharusnya anak-anak dapat bermain, berkreatifitas, memperoleh edukasi, kesehatan dan sejahtera tanpa merasa khawatir jauh dari orangtua mereka dalam mendukung tumbuh kembang anak itu sendiri. Sebaliknya para orangtua tetap dapat bekerja dengan tenang tanpa perlu kekhawatiran untuk kehilangan waktu bersama anaknya dan tentunya kondisi ini juga dapat mendukung proses tumbuh kembang anak dengan baik," ujar Rizal di Jakarta, melalui siaran pers (7/11).

Berdasarkan hasil polling yang diadakan oleh CCR CSR terkait tantangan terbesar bagi pekerja dengan low-income di masa Covid-19 menunjukkan bahwa 92 persen adalah masalah ekonomi. Ia pun mengungkapkan berbagai tantang bagi para keluarga di masa pandemi ini.

“Tantangan tersebut adalah risiko putus sekolah, kesehatan, keamanan, meningkatnya tingkat stress dan eksploitasi pekerja. Selain itu, pada masa pandemi ini juga meningkatkan risiko para pekerja usia dini khususnya anak-anak, karena adanya tekanan finansial, kerja serabutan, lingkungan kerja yang tidak baik, banyaknya pekerja yang dijadikan pekerja harian. Para orang tua yang terpaksa membawa anak ke tempat kerja, serta kekurangan pekerja,” ujar Inez.

Ia pun menambahkan melalui polling lainnya terkait tanggapan tentang tempat kerja yang ramah lingkungan, 88 persen responden memilih menginginkan untuk memiliki waktu yang seimbang antara bekerja dan keluarga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “tempat kerja ramah keluarga” adalah tempat bekerja yang dapat memiliki kesimbangan dari waktu, fasilitas, dan finansial.

“Melalui ‘Tempat Kerja Ramah Keluarga’ akan lebih menguntungkan, karena 92 persen responden mengungkapkan bahwa para pekerja dapat memiliki kemampuan lebih banyak, 87 persen mendapatkan harapan kerja yang lebih baik, dan 89 persen pekerja bersedia kerja lebih lama. Selain itu, responden juga menambahkan bahwa melalui produktivitas yang meningkat akan menambah jaringan relasi dengan klien, sehingga dapat meningkatkan keuntungan,” tambah Inez.

Salah satu perusahaan yang telah mencoba untuk menjalankan kebijakan “Kebijakan “family-friendly” adalah Mondelez Internasional. Melalui Cocoa Life, Mondelez berkomitmen pada hak asasi manusia dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan solusi serta perubahan di masyarakat. 

“Kami dari Cocoa Life ingin meningkatkan hak anak secara berkelanjutan. Selain itu, kami percaya pada pemberdayaan masyarakat akan memiliki dampak pada perlindungan anak sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang ramah anak. Dalam mendukung supply chain di dalam perusahaan, kami memastikan kendala bagi petani coklat ditangani dengan baik termasuk kemiskinan, pekerja anak, dan produktivitas,” ujar Andi Sitti.

Ia pun menambahkan Cocoa Life saat ini sedang berusaha meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani coklat. Langkah yang dilakukan adalah melalui pemberian akses literasi keuangan dan pelatihan kerja kepada remaja, agar lingkungan para petani coklat dapat bekerja secara nyaman dan seimbang.

Tidak hanya itu Andi Sitti pun menambahkan bahwa selama pandemi ini, Cocoa Life mendukung serta menggalang dana dalam pelaksanaan protokol kesehatan, memberikan dukungan pangan kepada keluarga petani di beberapa daerah, dan mendukung para petugas kesehatan dalam menangani pandemi COVID-19 ini.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : M Fikri Setiawan


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020