Magelang (Antara-Megapolitan-Bogor) - Paket kebijakan ekonomi yang baru saja dikeluarkan pemerintah sejalan dengan upaya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, kata Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Lailly Prihatiningtyas.

"Kalau dari sisi segmen pasar (paket kebijakan ekonomi, red.) 'matching' dengan upaya kami meningkatkan kunjungan wisata, termasuk wisman," katanya ketika dihubungi dari Magelang, Jawa Tengah, Rabu.

Pada Senin (16/3), pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan performa dan melanjutkan reformasi struktur ekonomi nasional, salah satunya pemberlakuan kebijakan bebas visa bagi kunjungan singkat wisatawan kepada 30 negara, mulai April mendatang.

Ia mengatakan selama ini wisman utama yang berkunjung ke Candi Borobudur dan kawasannya, umumnya berasal dari Jepang, Malaysia, dan negara-negara di Eropa Barat.

Sebanyak 30 negara yang masyarakatnya mendapat pemberlakuan bebas visa berdasarkan paket kebijakan ekonomi tersebut, adalah Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, Mexico, Rusia, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Spanyol, Swiss, Belgia, Swedia, Austria, Denmark, Norwegia, Finlandia, Polandia, Hongaria, Ceko, Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, dan Afrika Selatan.

Sebelumnya, ketentuan bebas visa diberlakukan untuk wisatawan berasal dari Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Hong Kong Special Administration Region (Hong Kong SAR), Makau Special Administration Region (Makau SAR), Chile, Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos, dan Myanmar.

Ia mengemukakan pentingnya kalangan industri, termasuk kepariwisataan, menyambut positif paket kebijakan ekonomi tersebut.

"Industri tentu menyambut positif paket kebijakan penyehatan ekonomi ini. Agar bisa berdampak maksimal, perlu dibarengi dengan perbaikan yang sifatnya mendasar, seperti infrastruktur dan regulasi," katanya.

Target kunjungan wisman ke Candi Borobudur yang juga warisan budaya dunia itu pada 2015 sekitar 250 ribu orang, sedangkan capaian pada 2014 sekitar 240.000 wisman.

Pada kesempatan itu, Lailly yang juga dirut termuda perusahaan di bawah Badan Usaha Milik Negara tersebut, mengemukakan persoalan utama kunjungan ke Candi Borobudur yang letaknya relatif tidak jauh dari Daerah Istimewa Yogyakarta itu, menyangkut masalah konektivitas.

"Selama bandara yang menjadi pintu masuk wisatawan masih terbatas kapasitasnya, 'leverage' kebijakan ini saya rasa tidak bisa optimal. Kalau dari 'entrance', berdasarkan data BPS Yogyakarta, hampir 50 persen turis asing masuk via Bandara Adisucipto Yogyakarta, sayangnya 'direct flight' ke luar dan ke Yogya sangat terbatas," katanya.

Jika melalui Bandara Adi Soemarmo Solo, Jawa Tengah, katanya, jaraknya relatif terlalu jauh untuk ke Candi Borobudur, sedangkan lalu lintas penumpang juga relatif rendah.

Ia mengemukakan peluang cukup baik untuk memperkuat upaya peningkatan kunjungan wisman ke Candi Borobudur juga bisa dengan memanfaatkan "pintu masuk" Jakarta.

"Kita punya 'opportunity' yang cukup besar buat memanfaatkan 'pintu' Jakarta, karena  'connecting flight' yang cukup banyak dan terdiversifikasi, termasuk yang mengarah ke Candi Borobudur. Dari sisi 'airflight carrier', ongkos domestik perlu dukungan untuk promosi terutama buat 'inbound'," katanya.

Pewarta: M. Hari Atmoko

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015