Bogor, (Antara Megapolitan) - Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono menyakini produksi masal mesin tanam padi "rice transplanter Jajar Legowo (Jarwo)" oleh produsen lokal Indonesia akan membuat mesin-mesin produksi dari luar negeri tersaingi.

"Jadi mesin-mesin pertanian dari luar negeri siap-siap untuk bersaing dengan mesin produksi dalam negeri," kata Haryono, usai penandatanganan perjanjian lisensi "Rice transplanter Jajaran Legowo dan "Mini combine harvester" di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Badan Litbang Pertanian di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Dikatakannya Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian telah menghasilkan invensi "rice transplanter Jajar Legowo" dimana Jajar Legowo merupakan metode tanam dengan jarak antar baris tanam 20 cm x 20 cm dengan jarak dalam barisan tanam 12,5 - 13 cm, diselingi jarak kelompok antar barisan tanaman berikut selebar 40 cm.

"Keunggulan mesin ini mampu melakukan tanam bibit padi seluas 1 hektar dalam waktu sekitar 5 sampai 6 jam," katanya.

Selain itu juga mesin tanam tersebut dapat digunakan di lahan sawah dengan kedalaman lumpur lebih dari 60 cm, sehingga menurunkan biaya tanam sekaligus mempercepat waktu tanam.

Sedangkan "mini combine harvester memiliki nilai "ground pressure rendah sehingga mesin dapat beroperasi di lahan sawah.

Mesin panen padi ini memiliki tipe mini dengan sistem kombinasi pemotongan, perontokan dan pembersihan.

"Keunggulan dari mesin tanam ini menggunakan metode Jarwo, sedangkan mesin luar tidak. Metode Jarwo ini diyakini dapat meningkatkan produktifitas padi," kata Haryono.

Menurut Haryono, petani bebas untuk memilih menggunakan mesin produksi pemerintah atau perusahaan asing. Tetapi untuk mendorong penggunaan alsinta dalam negeri pemerintah berkewajiban untuk mensosialisasikan mesin tanam tersebut.

"Karena mesin tanam Jarwo hanya ada satu-satunya yang kita punya. "We are the first and the one". Perusahaan asing sudah meliring untuk menggunakan metode Jarwo ini, tetapi karena ini lisensi kita punya," katanya.

Saat ini produksi masal dua alat mesin pertanian akan dilakukan oleh empat lisensor yang sudah menandatangani perjanjian lisensi yang dilakukan hari ini. Empat perusahaan tersebut yakni PT Wika Industri dan Konstruksi, PT Sarandi Karya Nugraha, CV Adi Setia Utama Jaya dan PT Lambang Jaya.

Wakil Direktur PT Lambang Jaya dari Lampung, Arlimda Arkeman mengatakan tahap awal pihaknya akan memproduksi mesin tanam "rice transplanter Jajar Legowo" sebanyak 100 unit untuk tahun ini, sedangkan untuk mesin panen sedang dalam pengkajian.

"Yang kita khawatirkan tidak bersaing dengan produsen asing, tetapi sesama lisensor. Makanya kita berupaya agar produk yang kita hasilkan menjadi pilihan petani," katanya.

Menurutnya ada tantangan untuk memasarkan mesin tersebut kepada petani karena harganya lebih tinggi dari traktor tangan senilai Rp20 juta.

"Kita pernah melakukan survei kepada petani, mereka inginkan alat ini, tetapi kalau harganya lebih mahal dari traktor tangan mereka tidak sanggup beli," katanya.

Ia mengatakan produksi alat mesin tanam tersebut 60 persen menggunakan komponen impor sisanya lokal. Hal ini karena kuantitas produksi alat masih kecil sehingga untuk bisa mencukupi menggunakan bahan impor yang lebih murah.

"Kalau kuantitas produksi ditingkatkan, menjadi 100 persen kita bisa menggunakan perusahaan lokal lain untuk inves," katanya.

Arlimda menambahkan untuk bisa bersaing dengan lisensor lokal lainnya, agar produk mesinnya dipilih oleh petani. Pihaknya sedang menjajaki kerja sama dengan pihak perbankan guna membantu petani memudahkan untuk membeli alat mesin pertanian tersebut.

"Karena tidak ada subsisi dari pemerintah, jadi kita jajaki kerja sama dengan bank. Agar petani diberi bantuan untuk bisa membeli alat," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015