Jakarta, (Antaranews Bogor) - "Tadi beli burung jalak 300 ekor," kata Presiden RI Joko Widodo usai menyambangi pasar burung di Pasar Burung Pramuka, Jakarta, Sabtu siang.

Tak hanya burung jalak 300 ekor, Kepala Negara juga membeli burung cucakrawa dan burung ketilang yang nantinya akan dilepas di Istana Bogor dan Istana Jakarta.

"Mau dilepas di Istana Bogor dan Jakarta. Burungnya kurang," paparnya.

Istana Bogor memang telah menjadi saksi sejarah sejumlah peristiwa penting yang mewarnai perjalanan sejarah Indonesia. Sejak masa kolonial hingga masa pascakemerdekaan, bahkan hingga saat ini.

Sebagai salah satu Istana Presiden yang juga merupakan tempat tinggal resmi Presiden Republik Indonesia, Presiden RI sejak Soekarno hingga Joko Widodo memang secara berkala melangsungkan sejumlah acara di areal Istana seluas 28,4 hektare itu.

Keberadaan Istana Bogor kembali menarik perhatian masyarakat luas ketika pada bulan Februari 2015 Presiden Joko Widodo memutuskan untuk lebih banyak beraktivitas di Bogor, termasuk tinggal di Kompleks Istana tersebut. Sebelumnya, sejak dilantik sebagai presiden ke-7 RI, tinggal di Wisma Negara, Kompleks Istana Presiden, Jakarta.

Bahkan, untuk melengkapi ekosistem di dua Istana itu, Presiden juga membeli tupai yang akan dilepasliarkan. Dengan penambahan burung dan tupai yang akan dilepas, Presiden berharap suasana penuh kicauan burung dan juga pemandangan tupai yang melompat di antara pucuk-pucuk pohon menambah suasana alami kedua istana presiden itu.

"Perubahan suasana kerja saja. Jadi, juga manfaatkan fasilitas-fasilitas Istana Kepresidenan. Secara lingkungan, Istana Bogor itu menyediakan lingkungan yang lebih rileks untuk lakukan pertemuan-pertemuan besar, terutama dengan para bupati," kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.

Presiden memang menginginkan pertemuan dengan gubernur, bupati, dan wali kota dari seluruh Indonesia dilakukan secara berkesinambungan, setidaknya dua hingga tiga kali dalam setahun. Dengan pertemuan itu, Presiden mengharapkan adanya kesamaan persepsi antara pemerintah pusat dan daerah mengenai gerak dan arah pembangunan nasional.

Istana Bogor, yang berjarak tempuh 1,5 jam perjalanan dari Jakarta, memang memiliki suasana yang tenang dan sejuk. Dengan jarak tempuh yang tidak lama dari Jakarta, koordinasi antara Presiden dan menteri pun tidak sulit dilakukan.

Wali Kota Bogor Bima Arya juga menyatakan kesiapannya bila Presiden lebih sering beraktivitas di Istana Bogor dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.

"Sangat siap, warga Bogor sangat siap karena ini kebanggaan kehormatan warga bogor, ini sinkron dengan langkah kita yang ingin menata seputar istana dan kebun raya," katanya.

Sejak lama kota yang dikenal dengan kota hujan itu memang memiliki masalah mendasar, khususnya infrastruktur perkotaan, termasuk di antaranya menyebabkan kemacetan lalu lintas, terutama di akhir pekan ketika warga Jakarta berlibur di kota yang memiliki kebun raya di tengah kota tersebut.

Ketika aktivitas Kepala Negara dan juga menteri di Bogor makin meningkat, tentu perlu disiapkan infrstruktur pendukungnya. Selain rekayasa lalu lintas yang harus dilakukan, drainase dan juga infrastruktur kota lainnya, termasuk lapangan parkir bagi kendaraan pejabat dan juga masyarakat, harus dibenahi.

Menyadari terbatasnya jumlah jalan di Kota Bogor, Wali Kota juga memberikan masukan kepada Presiden mengenai alternatif moda yang digunakan oleh menteri dari Jakarta ke Bogor dengan menggunakan KRL. Meski belum ada tindak lanjut secara teknis, alternatif itu pun patut dipertimbangkan sepanjang tidak merugikan masyarakat.

Sepanjang dua pekan terakhir Februari, Presiden melangsungkan berbagai kegiatan di Istana Bogor, bahkan rapat kabinet menelaah capaian kinerja 100 hari juga dilakukan di Istana yang lokasi awalnya dipilih oleh Gubernur Jenderal Belanda Gustaaf Willem Baron van Imhoff pada tahun 1744.

"Yang diinginkan Presiden adalah karena Presiden suka dengan suasana Bogor. Maka, akan banyak kegiatan kepresidenan yang dilakukan di Istana Bogor. Misalnya, hari ini, lalu Jumat depan. Jadi, setiap satu minggu akan ada minimal satu pertemuan di Istana Bogor," kata Andi Widjajanto dalam sebuah kesempatan kepada wartawan.

Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo memang tidak ringan. Selain keputusan untuk melaksanakan eksekusi hukuman mati bagi terpidana hukuman mati mengundang reaksi sejumlah negara yang warganya akan menjalani putusan hukum itu, Presiden juga dihadapkan dengan kenaikan harga beras di akhir Februari yang diharapkan bisa diatasi pada awal Maret.

Sementara itu, konsolidasi antara KPK, kepolisian, dan kejaksaan juga masih terus berjalan pascakemelut KPK dan Polri yang menjadi polemik di tengah masyarakat.

Kepala Negara tentu telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi berbagai permasalahan itu, terlebih dengan lebih banyak tinggal di Istana Bogor yang diyakini memiliki nuansa alam yang berbeda dibandingkan Istana Presiden Jakarta dapat memberikan inspirasi dan ketenangan Presiden untuk mengambil keputusan menyelesaikan masalah yang ada.

Inspirasi yang hadir di tengah kicauan burung dan pemandangan tupai yang melompat dari satu pohon ke pohon lainnya melengkapi kawanan rusa yang sejak lama telah tinggal di Istana Bogor yang didatangkan oleh presiden ke-1 RI Soekarno berpuluh tahun lalu.

Pewarta: Panca Hari Prabowo

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015