Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengkhawatirkan kemungkinan munculnya kelaster baru penyebaran COVID-19, yakni dari kerumunan orang pada demo mahasiswa yang menolak UU Cipta Kerja di depan Istana Bogor.
"Saya juga khawatir melihat kerumunan itu. Tadi kami bahas juga kemungkinan dan antisipasi adanya klaster baru dari aksi demo," kata Sri Nowo Retno, di Balai Kota Bogor, Jumat.
Baca juga: Relawan Satgas COVID-19: Aksi demo seharusnya patuhi protokol kesehatan
Baca juga: Teruskan aspirasi buruh, DPRD Bogor segera surati DPR RI terkait UU Cipta Kerja
Sri Nowo Retno mengatakan hal itu usai bertemu dengan Wakil Ketua Satuan Tugas COVID-19 Kota Bogor Dedie A Rachim, yang juga Wakil Wali Kota Bogor, serta Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah Dwikorawati.
Menurut Retno, panggilan Sri Nowo Retno, pada saat menghadap Dedie A Rachim dan Syarifah Sofiah, dirinya melaporkan perkembagan penanganan COVID-19 di Kota Bogor, termasuk membicarakan adanya potensi penularan COVID-19 dari kerumunan mahasiswa yang demo di depan Istana Bogor, pada Kamis (8/10).
Sementara itu, Polda Metro Jaya melakukan rapid test terhadap sejumlah orang yang akan melakukan demo di Jakarta, Kamis (8/10). Dari 90 orang yang menjalani rapid test diperoleh data 12 orang di antaranya reaktif. Ke-12 orang tersebut dilakukan tes lanjutan, yakni tes swab, di Biddokes Polda Metero Jaya dan kini masih menunggu hasilnya.
Baca juga: Anggota Fraksi PKS dan Demokrat DPRD Bogor ikut demo tolak UU Cipta Kerja (video)
Menurut Retno, di Kota Bogor tidak ada pendemo yang diamankan dan belum dilakukan rapid test. Ketika ditanya apakah dinas kesehatan ada rencana mendatangi kampus-kampus di Bogor untuk melakukan rapid test, menurut Retno, hal itu masih dalam pembicaraan.
"Namun, dinas kesehatan saat ini masih memprioritaskan melakukan tes swab untuk kontak erat dan suspect dari kasus positif COVID-19," katanya.
Sebelumnya, raturan mahasiswa dari sejumlah kampus dan organisasi kemahasiswaan melakukan demo menolak UU Cipta Kerja yang baru disetujui DPR RI, di depan gerbang Istana Bogor, Kamis (8/10).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Saya juga khawatir melihat kerumunan itu. Tadi kami bahas juga kemungkinan dan antisipasi adanya klaster baru dari aksi demo," kata Sri Nowo Retno, di Balai Kota Bogor, Jumat.
Baca juga: Relawan Satgas COVID-19: Aksi demo seharusnya patuhi protokol kesehatan
Baca juga: Teruskan aspirasi buruh, DPRD Bogor segera surati DPR RI terkait UU Cipta Kerja
Sri Nowo Retno mengatakan hal itu usai bertemu dengan Wakil Ketua Satuan Tugas COVID-19 Kota Bogor Dedie A Rachim, yang juga Wakil Wali Kota Bogor, serta Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah Dwikorawati.
Menurut Retno, panggilan Sri Nowo Retno, pada saat menghadap Dedie A Rachim dan Syarifah Sofiah, dirinya melaporkan perkembagan penanganan COVID-19 di Kota Bogor, termasuk membicarakan adanya potensi penularan COVID-19 dari kerumunan mahasiswa yang demo di depan Istana Bogor, pada Kamis (8/10).
Sementara itu, Polda Metro Jaya melakukan rapid test terhadap sejumlah orang yang akan melakukan demo di Jakarta, Kamis (8/10). Dari 90 orang yang menjalani rapid test diperoleh data 12 orang di antaranya reaktif. Ke-12 orang tersebut dilakukan tes lanjutan, yakni tes swab, di Biddokes Polda Metero Jaya dan kini masih menunggu hasilnya.
Baca juga: Anggota Fraksi PKS dan Demokrat DPRD Bogor ikut demo tolak UU Cipta Kerja (video)
Menurut Retno, di Kota Bogor tidak ada pendemo yang diamankan dan belum dilakukan rapid test. Ketika ditanya apakah dinas kesehatan ada rencana mendatangi kampus-kampus di Bogor untuk melakukan rapid test, menurut Retno, hal itu masih dalam pembicaraan.
"Namun, dinas kesehatan saat ini masih memprioritaskan melakukan tes swab untuk kontak erat dan suspect dari kasus positif COVID-19," katanya.
Sebelumnya, raturan mahasiswa dari sejumlah kampus dan organisasi kemahasiswaan melakukan demo menolak UU Cipta Kerja yang baru disetujui DPR RI, di depan gerbang Istana Bogor, Kamis (8/10).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020