Bogor, (Antaranews Bogor) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor, Jawa Barat meminta pangkalan gas elpiji menekan harga eceran gas 3 Kg, agar tidak melambung cukup tinggi sehingga membebani masyarakat.

Permintaan itu disampaikan dalam inspeksi mendadak (sidak) oleh Disperindag bersama Hiswana Migas di sejumlah pangkalan yang ada di Kota Bogor, Selasa.

Dalam sidak di Pangkalan LPG 3 Kg, Pertamina Region III Gas Domestik Gala Gas Jalan Pahlawan Nomor 107, Kecamatan Bogor Selatan, petugas mendapati pihak pangkalan menjual harga sesuai HET, yakni Rp16.000 per tabung.

Pangkalan tersebut memiliki 12 hingga 15 pengecer yang jarak paling jauh mencapai 5 Km, gas elpiji bersubsidi di tingkat pengecer sejauh 5 Km dijual seharga Rp18.000 per tabung.

"Ini kan tidak patut, kalau cuma jarak 5 Km dari pangkalan, pengecer menjual dengan harga Rp18.000 per tabung ini membebani masyarakat," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Mangahit Sinaga.

Menurut M Sinaga, pengecer bisa saja menjual seharga Rp18.000 per tabung jika jarak tempuh dari pangkalan mencapai 20 Km, idealnya untuk pengecer berjalan 5 Km harga tabung gas yang dijual Rp17.000 per tabung.

"Pangkalan harus mengawasi harga di pengecer, karena mereka saja hanya dapat untung Rp1.000, sedangkan pengecer ambil untuk Rp2.000, kok lebih besar untung di pengecer dari pada di pangkalan," kata Sinaga.

Ia juga mengatakan bahwa jika pengecer tidak mau mengikuti aturan pangkalan, pihak pangkalan bisa menghetikan pasokan gas elpiji bersubsidi kepada pengecer yang nakal dan tidak mau ikut aturan.

"Ini kan gas bersubsidi, tidak mungkin harga jualnya sampai membebani masyarakat kecil," kata Sinaga.

Selain meminta pangkalan untuk menekan harga gas elpiji 3 Kg di tingkat pengecer, pangkalan juga diminta memasang spanduk informasi harga jual gas di pangkalan yang sudah diatur sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp16.000 per tabung.

Spanduk ini digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat membeli gas elpiji 3 Kg di pangkalan karena sudah memiliki standar harga sesuai HET, sehingga tidak perlu membeli di pengecer dengan harga lebih tinggi.

Pengelola Pangkalan gas elpiji, Fardi Tirta mengatakan sulit untuk menekan harga di tingkat pengecer karena harga tingkat pengecer menjadi kewenangan pasar, selain itu pengencer memiliki tabung sendiri sehingga harga diatur oleh pengecer.

"Sulit ya untuk menekan harga di tingkat pengecer, karena yang punya tabungkan mereka, jadi mereka menentukan harga sendiri. Kalau kita ganti pelanggan baru itu butuh proses," katanya.

Menurut Fardi lagi, ia menyalurkan tabung ke sejumlah pengecer dan konsumen yang menjadi langganan tetapnya yang tersebar di Kecamatan Bogor Selatan, dengan jumlah tabung gas bersubsidi yang dimiliki sebanyak 400 tabung.

Ia menjelaskan pula, stok gas elpiji 3 Kg di tempatnya banyak yang kosong karena pasokan berkurang, hal ini juga yang menyebabkan kelangkaan gas melon di lokasinya.

"Rabu (18/2) kita kirim 400 tabung, tapi yang didrop sama agen hanya 350 tabung. Karena ada libur Imlek pasokan jadi terlambat," katanya.

Sementara itu, sejumlah warga Kota Bogor mengaku kesulitan memperoleh tabung gas elpiji 3 Kg, kondisi itu terjadi sejak kemarin. Selain langka, harga jual tabung cukup mahal karena harus dibeli di lokasi yang cukup jauh.

"Sejak kemarin sulit mendapatkannya, kalaupun ada kami harus mencari sampai luar kelurahan, harganya ada yang jual sampai Rp18.000, biar mahal yang namanya butuh terpaksa dibeli," kata Dewi (27), warga Pasir Kuda.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015