Bogor, (Antaranews Bogor) - Konferensi Nasional peneliti dan pemerhati burung di Fakultas Kehutanan IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menekankan pentingnya pengamatan dan penelitian terhadap burung untuk menambah jumlah atau daftar penemuan jenis baru.

"Kegiatan pengamatan dan penelitian burung di tempat-tempat yang kurang dikenal memberikan sumbangan besar pada penemuan jenis burung maupun catatan baru di Indonesia," kata Agus Budi Utomo, Direktur Eksekutif Burung Indonesia, di Bogor, Sabtu.

Ia menjelaskan, sebagai contoh penemuan kembali dara-laut cina di Indonesia setelah lebih dari 100 tahun tidak terlihat merupakan hasil temuan para pengamat burung.

"Dara-laut cina Thalasseus bernsteini merupakan jenis burung migrasi dari Tiongkok dan Jepang yang statusnya di alam saat ini kritis," katanya.

Hasil penelitian lainnya lanjut dia, serak seram Tyto almae, salah satu jenis burung baru yang ditemukan pada 2013, ditemukan para peneliti di tempat yang jarang ditelaah yakni di kawasan Taman Nasional Manusela, Pulau Seram, Maluku.

Menurut dia, selain pengamatan dan penelitian, pemisahan jenis dalam temuan jenis dan catatan baru turut berkontribusi menambah kekayaan jenis burung di tanah air. Berdasarkan hasil studi literatur Burung Indonesia pada Januari-Oktober 2014, Indonesia saat ini memiliki 1.666 jenis burung atau bertambah 61 jenis dibanding tahun sebelumnya.

Dari 61 jenis tersebut, tiga diantaranya merupakan jenis baru dan sembilan jenis merupakan catatan baru untuk Indonesia.

"Jumlah jenis ini belum termasuk jenis-jenis burung pengicau (Passerine-red) yang saat ini masih dalam proses analisis," katanya.

Ia mengatakan, dengan penambahan jenis baru ini, Indonesia berada di posisi keempat dunia dalam hal kekayaan total jenis burung.

"Tetapi dalam hal endemisitas, Indonesia tetap paling unggul dari negara-negara lain," katanya.

Konferensi Nasional Peneliti dan Pemerhati Burung diselenggarakan oleh Yayasan Burung Indonesia bekerja sama dengan IPB dan LIPI bertujuan untuk mendorong publikasi penelitian maupun studi terkait burung di Indonesia.

Kegiatan tersebut berlangsung di kampus IPB selama dua hari 13-14 Februari 2015 yang diikuti oleh organisasi pemerhati burung, dan universitas dari seluruh Indonesia. Tampil sebagai pembicara kunci dalam acara tersebut Bas Van Balen, ahli burung asal Belanda dan Prof Dr Ani Mardiastuti peneliti burung IPB.

Dekan Fakultas IPB Prof Dr Bambang Hero Suharjo membuka secara resmi konferensi yang untuk pertama kali diselenggarakan tersebut menyampaikan, apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

"Kegiatan ini merupakan ajang pertukaran untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti burung di Indonesia atau terhadap spesies burung Indonesia," katanya.

Ketua Panitia konferensi nasional Prof Dr Ani Mardiastuti menambahkan, tujuan terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai ajang tukar menukar informasi terkini tentang perburungan di Indonesia.

"Konferensi ini juga bertujuan untuk meningkatkan jejaring di antara para peneliti dan pemerhati burung dari berbagai kalangan, serta upaya meningkatkan peran peneliti dalam mendukung konservasi burung di Indonesia serta pengembangan ilmu pengetahuan tentang burung di Indonesia," katanya.

Konferensi Nasional Pemerhati dan Peneliti Burung Indonesia diikuti sekitar 180 orang peserta. Konferensi ini akan diakhiri dengan kegiatan ekskursi atau kunjungan ke lapangan pada 15 Februari 2015 mendatang.

Selain presentasi yang diatur dalam Simposium (oral presentation), peserta mempresentasikan hasil penelitiannya dalam bentuk poster. Selain itu, kegiatan ini juga diramaikan dengan adanya pameran foto burung.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015