Harga emas menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), rebound dari penurunan tajam akhir pekan lalu ketika menghentikan reli pemecahan rekor beberapa hari terakhir, di tengah ketegangan geopolitik Amerika Serikat dan China serta setelah legislatif AS gagal mencapai kesepakatan paket stimulus baru.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terangkat 11,7 dolar AS atau 0,58 persen menjadi ditutup pada 2.039,70 dolar AS per ounce. Emas berjangka anjlok 41,4 dolar AS atau 2,00 persen menjadi ditutup pada 2.028,00 dolar AS per ounce pada akhir pekan lalu (7/8/2020).
Baca juga: Kurs Rupiah menguat dampak sinyal pemulihan ekonomi global
Para analis pasar berpendapat bahwa harga emas akan berada dalam tren naik karena langkah-langkah stimulus yang diadopsi oleh pemerintah-pemerintah dan bank-bank sentral di seluruh dunia untuk menyelamatkan ekonomi yang dirugikan oleh COVID-19, kemungkinan pandemi gelombang kedua yang mungkin datang pada musim gugur, dan ketegangan antara China dan Amerika Serikat.
Baca juga: Pemkot Bogor terapkan WFO 50 persen tekan penyebaran COVID-19
“Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia tidak akan berhenti mencetak uang untuk memerangi COVID dalam jangka pendek dan emas akan mendapatkan keuntungan darinya. Target emas berikutnya adalah 2.090 dolar AS per ounce," kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures, Bob Haberkorn, seperti dikutip oleh Reuters.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 1,721 dolar AS atau 6,25 persen menjadi ditutup pada 29,261 dolar AS per ounce. Harga platinum untuk pengiriman Oktober naik 32,3 dolar AS atau 3,33 persen menjadi menetap pada 1.002,7 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terangkat 11,7 dolar AS atau 0,58 persen menjadi ditutup pada 2.039,70 dolar AS per ounce. Emas berjangka anjlok 41,4 dolar AS atau 2,00 persen menjadi ditutup pada 2.028,00 dolar AS per ounce pada akhir pekan lalu (7/8/2020).
Baca juga: Kurs Rupiah menguat dampak sinyal pemulihan ekonomi global
Harga emas berjangka melonjak 20,1 dolar AS atau 0,98 persen menjadi 2.069,40 dolar AS pada Kamis (6/8/2020), setelah terangkat 28,3 dolar AS atau 1,4 persen menjadi 2.049,30 dolar AS pada Rabu (5/8/2020) dan melambung 34,7 dolar AS atau 1,75 persen menjadi 2.021,00 dolar AS pada Selasa (4/8/2020).
Emas menemukan dukungan tambahan ketika para investor menyaksikan disfungsi di cabang legislatif AS yang gagal mencapai kesepakatan tentang rancangan undang-undang (RUU) baru untuk meringankan kesengsaraan ekonomi yang dirasakan oleh penduduk AS.
Sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Senin (10/8/2020) menunjukkan bahwa lowongan kerja meningkat sebesar 518.000 menjadi 5,9 juta pada Juni. Angka tersebut lebih baik dari yang diperkirakan dan membatasi kenikan emas lebih lanjut.Para analis pasar berpendapat bahwa harga emas akan berada dalam tren naik karena langkah-langkah stimulus yang diadopsi oleh pemerintah-pemerintah dan bank-bank sentral di seluruh dunia untuk menyelamatkan ekonomi yang dirugikan oleh COVID-19, kemungkinan pandemi gelombang kedua yang mungkin datang pada musim gugur, dan ketegangan antara China dan Amerika Serikat.
Baca juga: Pemkot Bogor terapkan WFO 50 persen tekan penyebaran COVID-19
“Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia tidak akan berhenti mencetak uang untuk memerangi COVID dalam jangka pendek dan emas akan mendapatkan keuntungan darinya. Target emas berikutnya adalah 2.090 dolar AS per ounce," kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures, Bob Haberkorn, seperti dikutip oleh Reuters.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 1,721 dolar AS atau 6,25 persen menjadi ditutup pada 29,261 dolar AS per ounce. Harga platinum untuk pengiriman Oktober naik 32,3 dolar AS atau 3,33 persen menjadi menetap pada 1.002,7 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020