Harga emas diperkirakan akan mengalami penguatan pada bulan Juli 2020 karena adanya kekhawatiran gelombang kedua ‘second wave’ penyebaran virus COVID-19 di seluruh dunia.

Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Rabu, mengatakan, emas diperkirakan bakal menjadi pilihan investasi karena dinilai sebagai aset investasi yang berisiko rendah di tengah ketidakpastian global atau ‘safe haven instruments’.

“Emas memang merupakan alat hedging paling tradisional di dunia, setiap kali ada risiko yang meningkat, keunggulan utama emas yaitu dari likuiditas dan adanya penerimaan publik yang luas pada produk ini,” kata dia.

Nilai aset tersebut juga diharapkan beriringan dengan inflasi untuk jangka waktu yang lama serta dipercaya sebagai alat penyimpan nilai atau "store of value".

Selain itu, nilai emas juga tidak dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang ditetapkan pemerintah.

Baca juga: Emas turun karena aksi ambil untung, namun ditopang lonjakan kasus corona

Meskipun demikian, ada sejumlah risiko terhadap investasi emas fisik batangan, seperti risiko kehilangan dan pencurian. Karena itu, investasi emas dalam jumlah besar memerlukan biaya lebih bila ingin aman, seperti menyewa brankas di bank atau di pegadaian.

Pada Juli 2020, Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan akan mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya.

lnflasi diprediksi terjadi karena tekanan pada kelompok volatile food seiring naiknya harga beberapa komoditas makanan menjelang Idul Adha.

Selain itu, inflasi juga diperkirakan bersumber dari kenaikan harga emas pada kelompok inti dan kenaikan tarif angkutan udara pada kelompok administered prices.

Sementara itu, kenaikan tarif angkutan udara disebabkan oleh kebijakan relaksasi kapasitas penumpang memasuki kondisi kenormalan baru.

Baca juga: Rupiah kembali berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus COVID-19

Namun demikian, laju inflasi diperkirakan tertahan oleh terjaganya pasokan beras di Gudang Bulog selama 6-7 bulan ke depan dan tercukupinya pasokan gula pasir yang dipenuhi dar impor luar neqeri.

Sejauh ini laju inflasi di Provinsi Sumatera Selatan terbilang rendah pada Juni 2020 yakni 0,20 persen (month-to-month) karena dipengaruhi penurunan harga tiga kebutuhan pokok, yakni bawang putih, gula pasir dan cabai merah.

Melihat perkembangan inflasi hingga Juni 2020, inflasi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 diperkrakan terkendali pada rentang 3,0 persen plus minus 1,0 persen dengan kecenderungan bias ke bawah.

Pewarta: Dolly Rosana

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020