Sukabumi, (Antaranews Bogor) - Wali Kota Sukabumi, M Muraz mengimbau dan mengingatkan sekolah untuk selalu mengawasi anak didiknya khususnya di tingkat SD dan SMP dari pelaku pedofilia.
"Pelaku pedofilia sulit dikenali karena mereka sama seperti orang normal lainnya, biasanya si pelaku mengincar anak-anak yang berada di sekolah dan tempat main anak. Untuk itu, saya mengimbau kepada guru atau pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak didiknya," kata Muraz kepada Antara, Senin.
Menurut dia, pelaku pedofil bisa berasal dari berbagai kalangan, biasanya mereka mengincar anak berusia enam sampai 13 tahun, bahkan tidak menutup kemungkinan ada wisatawan asing maupun tenaga pengajar yang mengidap penyakit pedofilia.
Bahkan, kasus kekerasan terhadap anak pada tahun ini melonjak menjadi sekitar 250 kasus yang pada 2013 hanya 70 kasus yang mayoritas korbannya adalah korban kejahatan seksual yang dilakukan oleh Andri Sobari alias Emon (24).
Selain itu, pihak sekolah juga harus bisa mendeteksi dini anak didiknya karena tidak menutup kemungkinan ada pelajar yang mengidap pedofilia, tetapi untuk saat ini belum ada laporan. Namun, pengawasan harus tetap ditingkatkan apalagi kasus kekerasan seksual terhadap anak saat ini di nasional marak.
"Peran serta orang tua juga sangat penting dalam mengawasi anak-anaknya, jangan sampai menjadi korban pedofilia. Tapi, yang dikhawatirkan oleh kami adalah korban yang bisa menjadi pelaku. Maka dari itu, setiap korban kami berikan terapi pengobatan hingga benar-benar sembuh dari traumanya," katanya.
Sementara, Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Sukabumi, Joko Kristianto mengatakan, dari sekian banyak kekerasan yang terjadi terhadap anak, mayoritas adalah pelecehan seksual. Kasus ini tidak hanya menimpa anak laki-laki saja tetapi, perempuan pun banyak.
"Kami juga mengimbau kepada orang tua agar memberanikan diri melapor jika anaknya menjadi korban pelecehan seksual, agar pelakunya diberikan sanksi dan korbannya bisa diberikan terapi untuk keluar dari traumanya. Karena biasanya trauma korban pelecehan seksual sangat lama, untuk itu perlu terapi secara berkala," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Pelaku pedofilia sulit dikenali karena mereka sama seperti orang normal lainnya, biasanya si pelaku mengincar anak-anak yang berada di sekolah dan tempat main anak. Untuk itu, saya mengimbau kepada guru atau pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak didiknya," kata Muraz kepada Antara, Senin.
Menurut dia, pelaku pedofil bisa berasal dari berbagai kalangan, biasanya mereka mengincar anak berusia enam sampai 13 tahun, bahkan tidak menutup kemungkinan ada wisatawan asing maupun tenaga pengajar yang mengidap penyakit pedofilia.
Bahkan, kasus kekerasan terhadap anak pada tahun ini melonjak menjadi sekitar 250 kasus yang pada 2013 hanya 70 kasus yang mayoritas korbannya adalah korban kejahatan seksual yang dilakukan oleh Andri Sobari alias Emon (24).
Selain itu, pihak sekolah juga harus bisa mendeteksi dini anak didiknya karena tidak menutup kemungkinan ada pelajar yang mengidap pedofilia, tetapi untuk saat ini belum ada laporan. Namun, pengawasan harus tetap ditingkatkan apalagi kasus kekerasan seksual terhadap anak saat ini di nasional marak.
"Peran serta orang tua juga sangat penting dalam mengawasi anak-anaknya, jangan sampai menjadi korban pedofilia. Tapi, yang dikhawatirkan oleh kami adalah korban yang bisa menjadi pelaku. Maka dari itu, setiap korban kami berikan terapi pengobatan hingga benar-benar sembuh dari traumanya," katanya.
Sementara, Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Sukabumi, Joko Kristianto mengatakan, dari sekian banyak kekerasan yang terjadi terhadap anak, mayoritas adalah pelecehan seksual. Kasus ini tidak hanya menimpa anak laki-laki saja tetapi, perempuan pun banyak.
"Kami juga mengimbau kepada orang tua agar memberanikan diri melapor jika anaknya menjadi korban pelecehan seksual, agar pelakunya diberikan sanksi dan korbannya bisa diberikan terapi untuk keluar dari traumanya. Karena biasanya trauma korban pelecehan seksual sangat lama, untuk itu perlu terapi secara berkala," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014