Citeureup, Bogor, 29/9 (ANTARA) -  Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan memberikan anugerah penghargaan "Indonesia Green Awards" 2011 kepada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk karena peran sertanya dalam perbaikan lingkungan hidup.
    "Penghargaan 'Indonesia Green Awards' tahun 2011 oleh Menhut itu diterima oleh Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) Indocement Kuky Permana di Jakarta pada hari Rabu (28/9)," kata Sekretaris Perusahaan Indocement Sahat Panggabean kepada ANTARA di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis pagi.
     "Indonesia Green Awards" digagas oleh Majalah Bisnis & CSR, yang didukung oleh Kementerian Kehutanan dan La Tofi School of CSR.
     Ia menjelaskan bahwa Indocement dianugerahi penghargaan tersebut karena dinilai telah memberi inspirasi kuat kepada publik dalam masalah lingkungan, antara lain dengan upaya penggunaan bahan bakar alternatif dalam proses produksi semen dan mengurangi emisi debu berdasarkan standar nasional.
     Selain itu, kata dia, juga karena menanam dan membudidayakan tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas) di lahan bekas tambangnya.
     Dikemukakannya bahwa Indocement adalah perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil menyelesaikan Proyek Mekanisme Pambangunan Bersih (Clean Development Mechanism (CDM) berupa proyek bahan bakar alternatif, yang bertujuan mengurangi emisi CO2 dengan mengunakan bahan bakar alternatif sebagai 
pengganti bahan bakar fosil dalam proses produksi semen.
     Bahan bakar alternatif yang digunakan, katanya, antara lain berupa bio-fuels, serta bahan bakar yang memiliki emisi CO2 netral seperti sekam padi, cangkang  sawit, sawdust, sludge paper, dan lainnya.
     Di samping itu, kata Sahat Panggaben, sejak 2007, Indocement telah mengembangkan perkebunan Jarak Pagar di seluas 170 hektare lahan bekas tambang batu kapur, yang bertujuan untuk merevitalisasi lahan tersebut.
     Dalam proyek ini, katanya, Indocement mempekerjakan masyarakat sekitar untuk merawat dan memanen. Sementara itu, buah Jarak Pagar akan dibuat menjadi bio-fuels untuk digunakan sebagai salah satu bahan bakar alternatif.
     Ia menambahkan bahwa penghargaan tersebut merupakan yang kedua dianugerahkan kepada Indocement setelah pada 2010 menerima penghargaan "Indonesia Green Award" untuk kategori "Green CSR" dan "Green Manufacture". 
     Sementara itu, Kepala Departemen Humas dan Komunikasi Indocement Aldo Yuliardy menjelaskan bahwa pada tahun 2008, salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia itu juga meraih dua penghargaan sekaligus atas perannya dalam tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
     Pada "Indonesian CSR Awards 2008" yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial dan Corporate Forum of Community Development (CFCD) itu, Indocement meraih "Penghargaan Emas" dan "Penghargaan Terbaik 1" untuk sektor industri dan manufaktur pada Bidang Sosial dan Lingkungan.
     Ia menjelaskan, Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) Indocement Kuky Permana, berhasil meraih Penghargaan Terbaik 1 untuk kategori pimpinan perusahaan tipe perorangan.
     Sedangkan "Penghargaan Emas" diberikan kepada perusahaan itu pada program yang dinilai berhasil meraih nilai tertinggi, yakni Program Pengolahan Sampah Menjadi Energi.
    Perusahaan itu, pada hari ulang tahun (HUT) ke-33 awal Agustus 2008 setelah melakukan program CSR dengan penanaman lahan bekas tambang dengan tanaman jarak pagar (Jathropa curcas) dan pemanfaatan sampah rumah tangga untuk dijadikan kompos dan biomassa, mengembangkan proyek-percontohan konversi energi.
     Menurut Direktur SDM Kuky Permana, program terbaru --meski masih proyek percontohan--berupa konversi energi dari kotoran ternak itu tidak lain adalah untuk pemberdayaan masyarakat, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga di sekitar pabrik, baik yang ada di Citeuereup, Palimanan, 
Cirebon, dan Tarjun, Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel).
     Ia mengatakan, umumnya program "community development" itu selalu berbentuk membangun sarana jalan, tempat ibadah --yang selama ini juga masih dilakukan perusahaan itu--namun bentuk seperti itu umumnya tidak berkesinambungan, dan suatu saat bisa berhenti.
    "Kami tidak ingin membuat kebiasaan masyarakat tergantung, yakni hanya bersifat meminta, sehingga perlu program pemberdayaan yang berkesinambungan," katanya.
 
Andi Jauhari 

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2011