Pengembangan Obat herbal di masa pandemi Covid-19 ini menjadi sangat penting, yaitu dimana akses ke fasilitas kesehatan menjadi terbatas bagi banyak orang, termasuk bagi penderita Diabetes Melitus (DM), sehingga penggunaan obat herbal dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan. 

Konsistensi pengembangan obat herbal ditunjukkan Universitas Pancasila dengan  mengukuhkan Dr. Apt. Zuhelmi Aziz, MSi. sebagai Doktor pertama Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Universitas Pancasila, setelah Ia berhasil mempertahankan disertasi yang berjudul "Metabolomik Ekstrak Daun Yakon dan Korelasinya dengan Aktivitas Antidiabetes".

Zuhelmi Aziz mengatakan bahwa DM merupakan salah satu masalah utama kesehatan dunia. Secara global, jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam daftar negara dengan jumlah penderita DM terbanyak. Secara nasional, laporan Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. 

Lanjutnya, lebih dari 95 persen penderita DM merupakan penderita diabetes tipe-2, atau tipe diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Beragam intervensi telah diupayakan dan telah menunjukkan penurunan peningkatan prevalensi diabetes. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan obat hipoglikemik oral sintetis.

Namun demikian banyak dari obat tersebut yang menunjukkan ketidakmampuannya untuk mengendalikan komplikasi yang terkait DM, belum lagi munculnya efek samping yang merugikan pengguna. Oleh karena itu paralel dengan pengembangan obat DM sintetis, juga dilakukan dan dikembangkan penggunaan tanaman obat yang mengandung keragaman fitokimia (phytoconstituent). Salah satunya adalah penggunaan daun yakon (Smallanthus sonchifolius), yang tidak hanya menunjukkan khasiat antidiabetes namun menunjukkan khasiat antioksidan dan anti-inflamasi.

Pada sidang terbuka yang dilakukan secara daring yang diketuai oleh Prof Dr. Apt.Shirly Kumala, M.Biomed, serta bertindak sebagai Promotor adalah Prof. Dr. Apt. Syamsudin, M.Biomed., Dr. Nancy Dewi Yuliana, M.Si. dan Prof. Dr.Partomuan Simanjuntak, M.Sc. Zuhelmi Aziz mengatakan beberapa keterbaruan penelitian yang diperoleh adalah profil sidik jari FTIR dan KCKT ekstrak daun yakon dari Lembang dan Wonosobo yang dapat dijadikan sebagai identitas ekstrak daun yakon, dan adanya empat senyawa penghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang berhasil diidentifikasi dari ekstrak daun yakon yaitu: Nistosa, 1-kestosa dan luteolin -3',7-dI-O-glukosida dan asam 1,3-O- dikafeoilkuinat.

 “Yang menarik, Zuhelmi Aziz menggunakan pendekatan metabolomik untuk mengidentifikasi ke empat senyawa aktif tersebut. Hasil identifikasi senyawa aktif pada daun yakon dengan teknik metabolomik ini sejalan dengan hasil analisis in silico dan isolasi dipandu dgn uji bioaktivitas. Definisi metabolomik adalah analisis komprehensif metabolit pada suatu sampel dengan tujuan untuk mendapatkan profil unik suatu organisme.

Meski sudah dikenal sejak tahun 1990-an, namun di Indonesia riset bertopik metabolomik belum sebanyak di negara lain. Keuntungan yang didapat dengan metoda ini, khususnya dalam bidang obat herbal  adalah ke mampuannya untuk dapat dengan cepat mengidentifikasi sejumlah metabolit penciri yang berkaitan dengan mutu dan aktivitas herbal tersebut.

Zuhelmi Aziz berharap penelitian pengobatan herbal dapat terus dikembangkan, oleh karena pengobatan DM dengan tanaman obat dalam waktu yang lama telah dibuktikan tidak menyebabkan efek samping yang merugikan sehingga dapat membantu penderita DM mempertahankan kualitas hidup yang baik. Ia juga berharap agar kedepannya metabolomik dapat diaplikasikan lebih luas lagi untuk mengeksplorasi potensi herbal Indonesia khususnya yang berpotensi sebagai antidiabetes"

Pewarta: Humas Universitas Pancasila

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020