Kekhawatiran gelombang kedua infeksi Virus Corona telah meningkatkan permintaan untuk aset-aset safe-haven, mendorong dolar AS pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) ke kenaikan mingguan terbaiknya dalam sebulan.

Pasar minggu ini telah difokuskan pada peningkatan kasus Virus Corona di banyak negara bagian AS, serta infeksi baru yang terdeteksi di Beijing, meningkatkan kekhawatiran untuk kembali ke penguncian global.

Mata uang cadangan dunia, yang membuat sedikit kemajuan di sesi Amerika Utara, pekan ini menguat 0,54 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, merupakan kinerja terbaiknya sejak pertengahan Mei.

Indeks dolar naik 0,18 persen menjadi 97,61 pada perdagangan sore, mendekati level tertinggi sejak 2 Juni.

Baca juga: Dibuka naik, Kurs Rupiah diprediksi menguat tipis di akhir pekan

“Dengan COVID-19 dan bagaimana hubungannya dengan ekonomi, kita tahu bahwa hal ini tidak akan hilang dan kita harus belajar bagaimana mengatasi hal ini. Maka dengan itu muncul sedikit risiko di pasar,” kata Juan Perez, pedagang valuta asing senior dan ahli strategi di Tempus, Inc.

"Ada kepercayaan bahwa pemulihan akan kuat secara ekonomi, tetapi ada keraguan karena sepertinya kita memiliki banyak pemisahan dalam hal negara-negara bagian."

Dia menambahkan bagaimanapun dampak besar pada ekonomi Amerika dibandingkan dengan seluruh dunia pada akhirnya akan membebani dolar, terlepas dari daya tarik safe-haven.

Baca juga: Rupiah menguat tipis Kamis petang usai suku bunga acuan BI turun

Euro sedikit lebih lemah, turun 0,14 persen menjadi 1,119 dolar, setelah pertemuan puncak Uni Eropa, di mana blok itu akan berusaha menjembatani perpecahan regional atas dana pemulihan Virus Corona 750 miliar euro, mulai berjalan.

Ketua Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa bahwa ekonomi mereka berada dalam "kejatuhan dramatis" dan menyerukan blok itu untuk bertindak mempelopori kebangkitan, kata sumber dan pejabat diplomatik.

Baca juga: Kurs Rupiah bergerak positif menjelang pengumuman hasil RDG BI

Swedia, Denmark, Austria dan Belanda - yang disebut blok "empat hemat" - mengatakan dana pemulihan yang diusulkan terlalu besar dan alokasi uang tidak cukup terkait dengan pandemi.

"Harapan terobosan pada dana pemulihan telah menurun baru-baru, dan tanda-tanda itu malah menunjuk pada suatu perjanjian tidak lebih dari pertemuan puncak yang belum dijadwalkan pada Juli," analis Deutsche Banks mengatakan kepada klien dalam catatan pagi mereka.

 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020