Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu diprediksi masih menguat dipicu kebijakan terbaru bank sentral AS The Fed.

Pada pukul 09.37 WIB, rupiah menguat 30 poin atau 0,21 persen menjadi Rp14.060 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.090 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan sentimen positif dari kebijakan stimulus baru The Fed kelihatannya masih menjadi pemicu penguatan harga aset-aset berisiko pagi ini.

"Rupiah juga masih bisa menguat terhadap dolar AS hari ini karena sentimen The Fed tersebut," ujar Ariston.

Baca juga: Rupiah kembali menguat 30 poin pada Rabu pagi

Selain itu, sentimen positif juga dipicu rencana stimulus pemerintah AS sebesar satu triliun dolar AS untuk infrastruktur.

Rilis data penjualan ritel AS semalam, yang mengalami kenaikan di Mei juga menguatkan sentimen positif bahwa pembukaan kembali ekonomi mendorong pemulihan.

Data penjualan ritel AS tumbuh 17,7 persen (mom) pada Mei dibandingkan data April yang turun 14,7 persen.

Namun, di sisi lain, lanjut Ariston, munculnya gelombang kedua pandemi dan masih meningginya penyebaran wabah di seluruh dunia masih menjadi kekhawatiran pasar.

Baca juga: Harga emas PT Antam Selasa Rp898.000/gram

"Kekhawatiran ini bisa menahan penguatan dan memicu pelemahan aset berisiko kembali," katanya.

Ia menambahkan laporan IMF soal kontraksi ekonomi global yang diperkirakan melebihi prediksi sebelumnya, juga bisa menjadi penekan aset berisiko.

Baca juga: Ekonom: Kepatuhan masyarakat menjadi penentu dampak pelonggaran PSBB

Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi bergerak menguat ke kisaran Rp14.000 per dolar AS dan potensi pelemahan ke Rp14.150 per dolar AS.

Pada Selasa (16/6) lalu, rupiah menguat 25 poin atau 0,18 persen menjadi Rp14.090 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.115 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020