Purwakarta (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mengimbau masyarakat menjauhi lokasi tanah bergerak di sekitar Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana susulan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta Norman Nugraha di Purwakarta, Selasa, mengatakan Desa Pasirmunjul salah satu daerah rawan terjadi tanah bergerak. Atas kejadian tersebut, diperlukan penanganan yang terstruktur dan cepat.
Hingga saat ini, rentang waktu tanah bergerak terjadi setiap satu jam, sedangkan sebelumnya tanah bergerak cukup sering terjadi dengan rentang waktu lima menit.
Seiring dengan kondisi tersebut, ia mengingatkan masyarakat agar tidak mendekati lokasi bencana, apalagi sampai melakukan aktivitas di lokasi bencana.
"Segala upaya berupa bantuan logistik semaksimal mungkin untuk segera didistribusikan sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat di lokasi pengungsian. Jadi kami mengimbau masyarakat tidak beraktivitas di sekitar lokasi bencana," katanya.
Baca juga: Pemkab Purwakarta siapkan relokasi titik pengungsian korban bencana tanah bergerak
Pemkab Purwakarta bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jawa Barat dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), serta instansi vertikal terkait, seperti Baznas terus melakukan inventarisasi terkait dengan kebutuhan yang diperlukan di lokasi bencana.
Ia menyebutkan bencana tanah bergerak yang terjadi beberapa hari terakhir, merupakan bencana terbesar sejak 2007. Untuk itu diperlukan penanganan darurat bencana alam.
BPBD Jawa Barat mengungkapkan bencana di Desa Pasirmunjul mengakibatkan sekitar 250 warga setempat harus mengungsi.
Desa budaya teh Huanglongxian
Desa budaya teh Huanglongxian Jinling juga terletak distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu adalah desa wisata dengan melakukan budidaya teh.
Berada di kawasan seluas 91 hektare tersebut, desa ini dihuni 135 penduduk dari 52 kepala keluarga. Desa ini juga dikenal sebagai "Desa Nomor Satu Pariwisata Budaya Teh Jinling", desa ini telah memenangkan banyak penghargaan termasuk "Desa Percontohan untuk Pariwisata Pedesaan" tingkat nasional.
Berbeda dengan Desa Ideal Xiangban Sujia, Desa budaya teh Huanglongxian masih menunjukkan sisi "tradisional China" dengan kehadiran paifang (牌坊) atau gapura yang dihiasi kaligrafi simbol kebajikan, dan ukiran di depan desa sedangkan jalan desa sepanjang 430 meter terbuat dari batu bata tradisional untuk mempertahankan karakter pedesaan asli.
Desa ini menyediakan beragam kegiatan terkait teh seperti upacara minum teh, seni teh, pengalaman memetik teh, penelitian dan pengembangan teh hingga penjualan produk teh.
Menurut pengurus desa, pendapatan tahunan rata-rata penduduk desa telah meningkat dari 18 ribu RMB (sekitar Rp40,8 juta) menjadi lebih dari 108 ribu RMB (sekitar Rp245 juta) per tahun.
Kualitas teh di daerah tersebut disebut tinggi karena terletak jauh dari polusi perkotaan sehingga tanah tidak asam, tidak menggunakan pestisida buatan, dan menggunakan cara manual untuk memproduksi teh untuk memastikan kualitas teh baik dan stabil.
Ada 42 usaha di desa tersebut termasuk "homestay", restoran, maupun kedai teh dan kopi hingga pertunjukan teh. Selain menikmati berbagai bentuk teh, pengunjung juga bisa berkemah dan "hiking" ke Gunung Gui yang memiliki bentuk seperti kura-kura.
Desa Yucun
Desa Yucun terletak di kecamatan Tianhuangping, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang dengan luas 387 hektare yang termasuk hutan bambu dan sawah dengan 280 kepala keluarga dan sekitar 800 orang warga.
Pada 2024, desa tersebut dilaporkan menghasilkan 22 juta RMB dan mencatat pendapatan per kapita penduduk desa sebesar 74 ribu RMB. Desa Yucun juga telah menarik 1,2 juta wisatawan.
Desa Yucun pernah dikunjungi Xi Jinping saat ia menjabat sebagai Sekretaris PKC provinsi Zhejiang pada 2005. Saat itu Xi sudah memperkenalkan "model pembangunan baru".
Pada masa lalu, desa tersebut sesungguhnya adalah lokasi tambang dan sejumlah industri, tapi tambang sudah habis maka pemerintah pun mengubah desa dengan mengusung tema desa hijau.
Wakil Sekretaris PKC Desa Yucun sekaligus Wakil Direktur Komite Manajemen Resor Pariwisata Yucun Wang Yucheng yang berusia 40 mengatakan saat ini ada sekitar 200 anak muda asli desa Yucun yang menetap dan bekerja di desa itu.
"Kami adalah yang pertama menutup pabrik semen dari tambang dan mengganti menjadi kawasan ekologi," kata Wang.
Sekitar 60 persen penduduk desa bekerja di sektor pariwisata dengan membangun "homestay", restoran, kedai kopi dan usaha wisata lain, selain itu penduduk juga memperoleh penghasilan dari hasil menyewakan tanah dan bangunan mereka ke pengusaha luar maupun sistem bagi hasil dalam usaha yang masih ada di desa itu.
Desa Yucun juga bermitra dengan Shanghai Film Studio yang membuka bioskop kecil di lokasi tersebut sehingga membawa suasana menonton di bioskop modern yang lengkap dengan kafe tapi dengan suasana pedesaan.
Wang menyebut, saat Desa Yucun masih fokus ke tambang dan industri berat kondisi Danai Taihu dan air tanah mengalami pencemaran berat sehingga sebagian besar warganya sakit dan mencari pengobatan keluar.
"Hal itu menjadi tekanan besar bagi kami, sehingga kami ingin memperbaiki kondisi tersebut," ungkap Wang.
Di Desa Yucun, ungkap Wang tidak ada program "makan gratis bagi anak-anak",tapi pemerintah desa memberikan makanan gratis bagi warga senior karena kebanyakan anak muda maupun penduduk usia produktif bekerja di luar rumah sedangkan ana-anak berada di sekolah, sehingga hanya ada para lansia di rumah.
"Kami punya kantin untuk para lansia di sini, bahkan untuk para lansia yang sulit keluar rumah, kami mengirimkan makanan ke rumah mereka. Sedangkan anak-anak bisa makan makanan di sekolah," tambah Wang.
Seorang mantan pekerja tambang bernama Ge Yuande saat ini pun mengelola "homestay" tiga lantai dan membuat kerajinan batu menjadi karya seni senilai ratusan ribu yuan.
"Dulu saya berjualan batu tapi yang merusak lingkungan, sekarang berjualan batu dengan lebih bertanggung jawab," kata Ge, pria berusia 64 tahun yang sudah menjadi penambang sejak usia 17 tahun.
Desa Xilong
Desa Xilong, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang punya satu lokasi utama bernama "Anji Creative and Design Center" (ACDC) yaitu pusat kreatif dan desain bagi para digital nomad dan pembuat konten yang mencari lingkungan kerja inspiratif di pedesaan.
ACDC terdiri atas ruang kerja bersama (co-working space), perpustakaan, kafe, ruang pameran, area kerja fleksibel dan menyatu dengan Desa Xilong yang dikenal sebagai perkebunan teh putih (Bai Ye Yi Hao).
Di lokasi itu juga hadir "Digital Nomad Anji" (DNA) yaitu satu komunitas yang menyediakan akomodasi bagi para pekerja jarak jauh misalnya desainer, ilustrator, pengembang perangkat lunak, fotografer hingga penulis lepas.
Revitalisasi desa terjadi karena menarik kaum muda urban ke desa, meningkatkan ekonomi lokal sekaligus memperkenalkan konsep kerja modern ke daerah pedesaan.
"China sudah memiliki banyak kota kelas dunia, dan kami juga layak memiliki desa-desa kelas dunia. Kami ingin memperkenalkan keindahan pedesaan China kepada dunia, sekaligus menyediakan berbagai pilihan gaya hidup bagi orang-orang dengan preferensi berbeda," kata Presiden Aijia Group Li Yanyi, pengelola ACDC.
Li yang bersekolah di Kanada sejak sekolah menengah hingga mendapat gelar sarjana kemudian melanjutkan ke Universtas Waseda Jepang untuk mendapat gelar S2 dan S3 mengaku pulang ke China untuk meneruskan bisnis keluarganya. Pengalaman belajar di berbagai negara membantu dia untuk memahami kebutuhan generasi China soal lingkungan kerja.
"Selama tiga tahun kami beroperasi di sini, kami menemukan karakteristik unik: ada digital nomad senior maupun mahasiswa yang mencoba hidup sebagai pekerja lepas. Mereka saling berbagi pengalaman tentang keseimbangan kerja, beberapa bahkan berkolaborasi dengan pengusaha teh di desa untuk desain kemasan produk," ungkap Li.
ANTARA memang hanya mengikuti tur ke desa-desa yang "berhasil" direvitalisasi, tapi 4 contoh desa dari 38755 daerah setingkat desa atau subdistrik setidaknya menunjukkan bahwa China ingin melakukan apa yang disebut oleh Xi Jinping "Orang Tiongkok harus memiliki mangkuk nasi mereka sendiri, dan mengisinya dengan makanan mereka sendiri"
Desa budaya teh Huanglongxian
Desa budaya teh Huanglongxian Jinling juga terletak distrik Jiangning, kota Nanjing provinsi Jiangsu adalah desa wisata dengan melakukan budidaya teh.
Berada di kawasan seluas 91 hektare tersebut, desa ini dihuni 135 penduduk dari 52 kepala keluarga. Desa ini juga dikenal sebagai "Desa Nomor Satu Pariwisata Budaya Teh Jinling", desa ini telah memenangkan banyak penghargaan termasuk "Desa Percontohan untuk Pariwisata Pedesaan" tingkat nasional.
Berbeda dengan Desa Ideal Xiangban Sujia, Desa budaya teh Huanglongxian masih menunjukkan sisi "tradisional China" dengan kehadiran paifang (牌坊) atau gapura yang dihiasi kaligrafi simbol kebajikan, dan ukiran di depan desa sedangkan jalan desa sepanjang 430 meter terbuat dari batu bata tradisional untuk mempertahankan karakter pedesaan asli.
Desa ini menyediakan beragam kegiatan terkait teh seperti upacara minum teh, seni teh, pengalaman memetik teh, penelitian dan pengembangan teh hingga penjualan produk teh.
Menurut pengurus desa, pendapatan tahunan rata-rata penduduk desa telah meningkat dari 18 ribu RMB (sekitar Rp40,8 juta) menjadi lebih dari 108 ribu RMB (sekitar Rp245 juta) per tahun.
Kualitas teh di daerah tersebut disebut tinggi karena terletak jauh dari polusi perkotaan sehingga tanah tidak asam, tidak menggunakan pestisida buatan, dan menggunakan cara manual untuk memproduksi teh untuk memastikan kualitas teh baik dan stabil.
Ada 42 usaha di desa tersebut termasuk "homestay", restoran, maupun kedai teh dan kopi hingga pertunjukan teh. Selain menikmati berbagai bentuk teh, pengunjung juga bisa berkemah dan "hiking" ke Gunung Gui yang memiliki bentuk seperti kura-kura.
Desa Yucun
Desa Yucun terletak di kecamatan Tianhuangping, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang dengan luas 387 hektare yang termasuk hutan bambu dan sawah dengan 280 kepala keluarga dan sekitar 800 orang warga.
Pada 2024, desa tersebut dilaporkan menghasilkan 22 juta RMB dan mencatat pendapatan per kapita penduduk desa sebesar 74 ribu RMB. Desa Yucun juga telah menarik 1,2 juta wisatawan.
Desa Yucun pernah dikunjungi Xi Jinping saat ia menjabat sebagai Sekretaris PKC provinsi Zhejiang pada 2005. Saat itu Xi sudah memperkenalkan "model pembangunan baru".
Pada masa lalu, desa tersebut sesungguhnya adalah lokasi tambang dan sejumlah industri, tapi tambang sudah habis maka pemerintah pun mengubah desa dengan mengusung tema desa hijau.
Wakil Sekretaris PKC Desa Yucun sekaligus Wakil Direktur Komite Manajemen Resor Pariwisata Yucun Wang Yucheng yang berusia 40 mengatakan saat ini ada sekitar 200 anak muda asli desa Yucun yang menetap dan bekerja di desa itu.
"Kami adalah yang pertama menutup pabrik semen dari tambang dan mengganti menjadi kawasan ekologi," kata Wang.
Sekitar 60 persen penduduk desa bekerja di sektor pariwisata dengan membangun "homestay", restoran, kedai kopi dan usaha wisata lain, selain itu penduduk juga memperoleh penghasilan dari hasil menyewakan tanah dan bangunan mereka ke pengusaha luar maupun sistem bagi hasil dalam usaha yang masih ada di desa itu.
Desa Yucun juga bermitra dengan Shanghai Film Studio yang membuka bioskop kecil di lokasi tersebut sehingga membawa suasana menonton di bioskop modern yang lengkap dengan kafe tapi dengan suasana pedesaan.
Wang menyebut, saat Desa Yucun masih fokus ke tambang dan industri berat kondisi Danai Taihu dan air tanah mengalami pencemaran berat sehingga sebagian besar warganya sakit dan mencari pengobatan keluar.
"Hal itu menjadi tekanan besar bagi kami, sehingga kami ingin memperbaiki kondisi tersebut," ungkap Wang.
Di Desa Yucun, ungkap Wang tidak ada program "makan gratis bagi anak-anak",tapi pemerintah desa memberikan makanan gratis bagi warga senior karena kebanyakan anak muda maupun penduduk usia produktif bekerja di luar rumah sedangkan ana-anak berada di sekolah, sehingga hanya ada para lansia di rumah.
"Kami punya kantin untuk para lansia di sini, bahkan untuk para lansia yang sulit keluar rumah, kami mengirimkan makanan ke rumah mereka. Sedangkan anak-anak bisa makan makanan di sekolah," tambah Wang.
Seorang mantan pekerja tambang bernama Ge Yuande saat ini pun mengelola "homestay" tiga lantai dan membuat kerajinan batu menjadi karya seni senilai ratusan ribu yuan.
"Dulu saya berjualan batu tapi yang merusak lingkungan, sekarang berjualan batu dengan lebih bertanggung jawab," kata Ge, pria berusia 64 tahun yang sudah menjadi penambang sejak usia 17 tahun.
Desa Xilong
Desa Xilong, kabupaten Anji, provinsi Zhejiang punya satu lokasi utama bernama "Anji Creative and Design Center" (ACDC) yaitu pusat kreatif dan desain bagi para digital nomad dan pembuat konten yang mencari lingkungan kerja inspiratif di pedesaan.
ACDC terdiri atas ruang kerja bersama (co-working space), perpustakaan, kafe, ruang pameran, area kerja fleksibel dan menyatu dengan Desa Xilong yang dikenal sebagai perkebunan teh putih (Bai Ye Yi Hao).
Di lokasi itu juga hadir "Digital Nomad Anji" (DNA) yaitu satu komunitas yang menyediakan akomodasi bagi para pekerja jarak jauh misalnya desainer, ilustrator, pengembang perangkat lunak, fotografer hingga penulis lepas.
Revitalisasi desa terjadi karena menarik kaum muda urban ke desa, meningkatkan ekonomi lokal sekaligus memperkenalkan konsep kerja modern ke daerah pedesaan.
"China sudah memiliki banyak kota kelas dunia, dan kami juga layak memiliki desa-desa kelas dunia. Kami ingin memperkenalkan keindahan pedesaan China kepada dunia, sekaligus menyediakan berbagai pilihan gaya hidup bagi orang-orang dengan preferensi berbeda," kata Presiden Aijia Group Li Yanyi, pengelola ACDC.
Li yang bersekolah di Kanada sejak sekolah menengah hingga mendapat gelar sarjana kemudian melanjutkan ke Universtas Waseda Jepang untuk mendapat gelar S2 dan S3 mengaku pulang ke China untuk meneruskan bisnis keluarganya. Pengalaman belajar di berbagai negara membantu dia untuk memahami kebutuhan generasi China soal lingkungan kerja.
"Selama tiga tahun kami beroperasi di sini, kami menemukan karakteristik unik: ada digital nomad senior maupun mahasiswa yang mencoba hidup sebagai pekerja lepas. Mereka saling berbagi pengalaman tentang keseimbangan kerja, beberapa bahkan berkolaborasi dengan pengusaha teh di desa untuk desain kemasan produk," ungkap Li.
ANTARA memang hanya mengikuti tur ke desa-desa yang "berhasil" direvitalisasi, tapi 4 contoh desa dari 38755 daerah setingkat desa atau subdistrik setidaknya menunjukkan bahwa China ingin melakukan apa yang disebut oleh Xi Jinping "Orang Tiongkok harus memiliki mangkuk nasi mereka sendiri, dan mengisinya dengan makanan mereka sendiri"