Bogor,  (Antaranews Bogor) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, Jawa Barat, Senin, menggelar pertemuan dengan sejumlah budayawan, seniman, pakar, pengamat Benda Cagar Budaya serta tokoh masyarakat dalam rangka menyerap aspirasi terkait pengembangan sektor budaya dan wisata kota itu.

Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah tokoh, budayawan dan seniman Bogor di antaranya, Wahyu Affandi Suradinata, atau lebih dikenal Wahyu Kujang, budayawan Dadang HP, Tjetjep Toriq, pendongeng Mama Arif Hidayat, Anto Yamuna Samanto selaku Dosen Unversitas Pamamadina Jakarta, serta pengamat Benda Cagar Budaya (BCB) Rachmat Iskandar. Selain itu juga hadir Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Bogor Bagus Karyanegara, serta Dewan Penasehat HPI Sjafrudin Bustomi.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Shahlan Rasyidi mengatakan, pertemuan dengan sejumlah tokoh, budayawan, seniman dan para tersebut ditujukan untuk memberikan masukan kepada pihaknya dalam menyelesaikan persoalan di bidang kebudayaan dan pariwisata di Kota Bogor.

"Pertamuan ini sebagai salah satu upaya menjaring aspirasi dari para stakeholder dan pemerihati budaya dan wisata di Kota Bogor agar target Pemerintah Kota selama enam bulan untuk membenahi program-program kerja di sektor Kebudayaan dan Pariwisata dapat terlaksana," kata Shahlan di Bogor.

Shahlan menyebutkan, sejak dilantik sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, ia dan sejumlah pejabat lainnya telah menandatangani pakta integritas untuk menyelesaikan target kerja dalam waktu enam bulan.

"Wali Kota telah meminta saya dalam kurun waktu enam bulan harus bisa membuat program-program baru untuk kemajuan Kebudayaan dan Kepariwistaan di Kota Bogor. Jika tidak, konsekwensinya saya harus siap dipindahtugaskan ke tempat lain," ujar Shahlan.

Sejumlah aspirasi baik usulan, dan masukan disampaikan dalam pertemuan tersebut seperti yang disampaikan Wahyu Kujang yang mengusulkan reformasi di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor.

"Kita ingin di bawah kepemimpinan Kepala Disbudpar yang baru adanya perubahan mendasar," usul Wahyu.

Selain reformasi di lingkungan Disbudpar Kota Bogor, Wahyu juga mengusulkan agar dibangunya Museum Kebudayaan dan Monumen Kujang yang baru.

"Saya mendapat informasi Pemerintah Kota Bogor akan membangun monumen Kujang di pintu Tol Jagorawi. Kita harapkan rencana Pemerintah Kota bisa segera direalisasikan secepatnya," kata Wahyu.

Usulan lainnya disampaikan Rachmat Iskandar selaku pengamat BCB yang menyampaikan perihal penamaan Jalan Gedong Sawah menjadi Jalan Silaban.

"Kalaupun tidak nama jalan bisa nama gedung atau Wisma Silaban. Saya menyarankan Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) diberi nama Gedung atau Wisama Silaban," katanya.

Menurut Rachmat, penamaan Jalan Gedung Sawah menjadi Jalan Silaban karena Friedrich Silaban seorang arsitek terkenal yang pernah tinggal di Jalan Gedung Sawah yang rumahnya kini menjadi Kantor Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Bogor.

Di rumah tersebut menjadi saksi sejarah saat Bung Karno dan Silaban berdiskusi mengenai rancangan arsitektural bangunan di Indonesia.

"Kantor DKP baiknya diberi nama Gedung atau Wisma Silaban, karena Silaban pernah berkantor sekitar 23 tahun di lokasi tersebut sebagai Kepala Dinas PU dari Kota Praja sampai Kota Madya Bogor," kata Rachmat.

Dijelasknnya, Silaban adalah salah satu arsitek yang tinggal di Kota Bogor selama 45 tahun yakni dari 1939 sampai 1984. Ia dikenal sebagai arsitek kesayangan Bung Karno.

"Karena dia (Silaban-red) yang merancang Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar dan termegah di Asia Tenggara," kata Rachmat.

Menurut Rachmat, Silaban banyak menuangkan karya arsitekturnya dengan membangun sejumlah bangunan di Kota Bogor diantaranya Rumah Dinas Wali Kota, Makan Raden Saleh yang terletak di Bondongan Kecamatan Bogor Selatan, termasuk juga lambang Kota Bogor.

"Silaban tercatat sebagai pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Praja Bogor. Menjadi sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum paling lama selama tiga zaman yakni Kolonial Belanda, Jepang dan Republik Indonesia. Artinya, Silaban menjabat Kepala Dinas PU sekitar 23 tahun dari 1942 sampai 1965 saat pensiun," kata Rachmat.

Selain Rachmat, usulan lainnya juga disampaikan para budayawan Sunda asal Kota Bogor yakni untuk merealisasikan program "Rebo Nyunda" yakni program setiap hari Rabu wajib mengenaikan pakaian sunda di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. Serta usulan untuk menghidupkan kembali tradisi kesenian Wayang Golek masuk sekolah.

Saran lainnya disampaikan Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Bogor Bagus Karyanegara yang mengusulkan penambahan "Tourist Information Center" (TIC) atau pusat informasi wisata bagi turis.

"TIC yang sekarang ada di area Taman Topi sudah tidak strategis lagi. Perlu ada tambahan TIC dengan membangun di sejumlah lokasi," kata Bagus.

Menanggapi usulan yang disampaikan oleh para tokoh, budayawan, seniman dan pakar, Shahlan Rasyidi selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengaku sangat terbantu dengan usulan dan masukan yang diberikan.

"Usulan dan masukan ini sangat berharga untuk menyusun program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ke depan. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua sumbang saran yang telah disampaikan," kata Shahlan.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014