Depok, (Antaranews Bogor) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal mengatakan ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan konflik sosial karena memperebutkan sandang, pangan, energi, air bersih dan lainnya.

"Tugas yang sangat berat adalah menurunkan angka kemiskinan seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat," katanya dalam seminar bertema Tantangan Masa Depan Indonesia di Auditorium Soeriaatmadja Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Depok, Kamis.

Untuk itu ia mengatakan memang diperlukan strategi efektif dalam menghadapi ledakan jumlah penduduk di Indonesia maupun di dunia. "Daya dukung bumi ini hanya mencapai empat miliar penduduk, agar mampu memenuhi kebutuhan manusia untuk sejahtera," katanya.

Fasli menjelaskan ada beberapa wilayah di Indonesia seperti NTT dan Maluku yang belum mencapai bonus demografi yaitu bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.

"Banyak angkatan muda di NTT dan Maluku yang merantau," katanya.

Sedangkan wilayah Indonesia lain yang mengalami bonus demografi ini dikarenakan proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu yang dipercepat dengan keberhasilan program KB sehingga menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan lainnya.

Dikatakannya jika usia produktif ini tidak berkualitas malah akan menjadi beban negara, untuk itu perlu peningkatan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun, peningkatan pembinaan pola asuh dan tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha ekonomi keluarga, dan peningkatan segala bidang agar SDM Indonesia mampu bersaing di dunia international.

Lebih lanjut ia mengatakan untuk menciptakan generasi muda yang produktif dan positif diperlukan pendekatan pembangunan keluarga berdasarkan siklus hidup. Pendekatan itu sangat diperlukan sehingga generasi muda Indonesia nantinya bisa menjadi generasi yang tangguh.

Untuk itu diperlukan pusat informasi yang bisa menjadi kolega para orang tua yang memiliki remaja sehingga orang tua bisa lebih mengerti bagaimana mendalami karakter anak. Jika orang tua salah melakukan pendekatan, dikhawatirkan anak-anak akan lari keluar dan bertemu dengan orang yang salah.

"Orang tua perlu memahami karakter anak agar mereka bisa menjadi anak yang tangguh," kata Fasli.  

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014