Bogor, (Antaranews Bogor) - Wali Kota Bogor Bima Arya mengundang komunitas, pakar, dan pemerhati yang memiliki kepedulian terhadap penataan Daerah Aliran Sungai Ciliwung agar kawasan tersebut lebih ramah lingkungan, indah, dan berestetika.

"Sungai Ciliwung dan Cisadane adalah anugrah bagi Kota Bogor. Bila kawasan sungai ini dijadikan wajah depan, ada objek wisata," kata Bima saat menghadiri Halalbihalal Konsorsium Aksi Bersama Penyelamatan Kawasan Puncak di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Lebih lanjut Bima mengatakan, "Saya membayangkan wisatawan dapat menikmati perahu di Sungai Ciliwung yang membelah Kebun Raya Bogor, ini suatu yang indah tentunya, kami akan cari kawasan yang cocok untuk arung jeram di sungai-sungai ini."

Belum lama ini, kata dia, dirinya menjadi penguji salah satu disertasi mahasiswa doktoral IPB yakni Budi Susetyo yang memberikannya informasi bahwa ruang terbuka hijau di kawasan Ciliwung sekitar 108 hektare atau dua kali lipat dari luas Kebun Raya Bogor.

"Ternyata jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bogor ini banyak presepsinya. Saat ini Pemerintah Kota sedang berjuang membangun ruang terbuka hijau, terutama di sepadan sungai ini sangat penting," kata Bima.

Menyinggung soal penyelamatan kawasan Puncak yang berkaitan dengan pengelolaan Sungai Ciliwung, Bima mengemukakan bahwa Kota Bogor darurat bencana. Hampir setiap hujan, warga yang tinggal di pinggiran sungai maupun tebing was-was bencana apa yang akan terjadi.

Menurut Bima, peran Kantor Pengawas Bangunan dan Pemukiman di Kota Bogor tidak maksimal. Oleh karena itu, menjadi penting menata rumah-rumah warga agar terhindar dari bencana.

"Setiap hujan selama tiga jam saja saya stres, bencana apa lagi yang akan terjadi? Persoalan ini perlu pendekatan terpadu. Bangunan liar harus ditertibkan, kalau tidak, khawatir akan banyak, apalagi ada yang sudah menggunakan perizinan," katanya.

Ia mengatakan, sejalan dengan konsep penyelamatan kawasan Ciliwung, pihaknya telah melakukan penandatangan dengan Kementerian Riset dan Teknologi terkait dengan pengelolaan air dan sampah di Kota Bogor.

Hal ini, lanjut Bima, sesuai dengan tiga isu besar yang menjadi fokus perhatian pertemuan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN yang membahas tentang air, energi, dan pangan.

"Jadi, Kemeristek sudah punya program pengelolaan air yang telah dilakukan di Tasik Malaya serta pengelolaan sampah di Serpong. Dan, ini akan kami kerja samakan untuk dilakukan di Kota Bogor," ujarnya.

Bima menambahkan bahwa lima poin pemikiran yang telah disampaikan olehnya, antara lain darurat bencana, penataan permukiman penduduk, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air sungai adalah sebuah peluang yang bisa dikembangkan.

"Terlalu mahal kalau kita melakukan pembiaran di lima aspek ini. Saya harapkan Komunitas Peduli Ciliwung tugasnya tidak hanya memulung sampah, akan sangat sayang sekali. Mari sama-sama semua komunitas maupun pemerhati yang punya kepedulian yang sama kita lakukan pengelolaan secara bersama-sama," kata Bima.

Sementara itu, Halalbihalal Konsorsium Aksi Bersama Penyelamatan Kawasan Puncak yang dikoordinatori oleh Dr. Ernan Rustian, pakar tata ruang IPB, membahas pencapaian yang telah dilakukan konsorsium tersebut.

Ernan mengatakan bahwa kawasan Puncak sudah mengalami krisi multidimensi, tidak hanya dari aspek sosial dan ekonomi, tetapi juga budaya yang kini mulai dihiasi wisatawan Timur Tengah.

Konsorsium Penyelamatan Kawasan Puncak, lanjut Ernan, hanya salah satu wadah yang sengaja dibuat oleh berbagai elemen setelah adanya wadah seperti Komunitas Peduli Ciliwung yang jumlahnya ada 21 komunitas.

"Berbicara Puncak, kaitannya Ciliwung yang suka banjir. Disebabkan oleh pembangunan vila. Masyarakat Puncak juga banyak tidak berdaya. Puncak alami krisis identitas, bukan masalah sosial, melainkan juga budaya (Arab), bahkan budaya kembang api siang hari sudah marak di sana," kata Ernan.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014