Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan kembali bekerja pada hari Senin, setelah pulih dari kasus virus corona yang menyebabkannya menjalani perawatan intensif selama tiga malam pada awal April.
Johnson, 55, akan kembali memegang kendali pemerintahan di tengah kemerosotan ekonomi akibat pemberlakuan karantina wilayah yang bertujuan untuk menahan penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19, serta meningkatnya jumlah kematian.
Baca juga: Masuki bulan Ramadhan, Masyarakat Banda Aceh banyak jual emas
Hingga Sabtu, Inggris telah mencatat lebih dari 20.000 kematian akibat COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru.
Kritik berkembang atas respons pemerintah terhadap pandemi ini, terkait keterbatasan pengujian terhadap tes kesehatan dan juga kekurangan peralatan perlindungan bagi pekerja medis dan perawat.
Baca juga: Perubahan tren pascapandemi COVID-19 diperkirakan kondusif bagi pariwisata
Pemimpin Inggris dihadapkan pada pertanyaan tentang bagaimana negara akan mengurangi pembatasan sosial tanpa gelombang infeksi kedua yang mematikan.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Inggris mendesak warga Inggris untuk tetap berpegang pada aturan karantina wilayah
Namun banyak anggota parlemen ingin pembatasan dilonggarkan agar kegiatan ekonomi pulih kembali.
Baca juga: Warga jangan mudik karena sudah ada penyekatan di sejumlah titik
Sejumlah analis memperkirakan Ekonomi Inggris akan memasuki resesi terdalamnya dalam lebih dari 300 tahun.
Johnson dibawa ke Rumah Sakit St Thomas di London pusat menderita gejala COVID-19 pada 5 April, dan menghabiskan waktu selama empat hari yaitu 6-9 April dalam perawatan intensif.
Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Johnson, 55, akan kembali memegang kendali pemerintahan di tengah kemerosotan ekonomi akibat pemberlakuan karantina wilayah yang bertujuan untuk menahan penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19, serta meningkatnya jumlah kematian.
Baca juga: Masuki bulan Ramadhan, Masyarakat Banda Aceh banyak jual emas
Hingga Sabtu, Inggris telah mencatat lebih dari 20.000 kematian akibat COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru.
Kritik berkembang atas respons pemerintah terhadap pandemi ini, terkait keterbatasan pengujian terhadap tes kesehatan dan juga kekurangan peralatan perlindungan bagi pekerja medis dan perawat.
Baca juga: Perubahan tren pascapandemi COVID-19 diperkirakan kondusif bagi pariwisata
Pemimpin Inggris dihadapkan pada pertanyaan tentang bagaimana negara akan mengurangi pembatasan sosial tanpa gelombang infeksi kedua yang mematikan.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Inggris mendesak warga Inggris untuk tetap berpegang pada aturan karantina wilayah
Namun banyak anggota parlemen ingin pembatasan dilonggarkan agar kegiatan ekonomi pulih kembali.
Baca juga: Warga jangan mudik karena sudah ada penyekatan di sejumlah titik
Sejumlah analis memperkirakan Ekonomi Inggris akan memasuki resesi terdalamnya dalam lebih dari 300 tahun.
Johnson dibawa ke Rumah Sakit St Thomas di London pusat menderita gejala COVID-19 pada 5 April, dan menghabiskan waktu selama empat hari yaitu 6-9 April dalam perawatan intensif.
Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020