Jakarta, (Antaranews Bogor) - Universitas Trisakti (Usakti) mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) setelah mengelilingi 69 pulau dengan menggunakan kapal nelayan berbahan bakar solar air yang merupakan hasil inovasi dan penelitiannya.

"Hari ini MURI mempersembahkan penghargaan untuk Universitas Trisakti, yang telah membuat inovasi yaitu mengelilingi dan mengibarkan bendera merah putih di pulau terbanyak dengan menggunakan kapal berbahan bakar bio diesel air," kata Deputi Manager MURI, Awan Raharjo di Universitas Trisakti, Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan tersebut pada hari ini bertepatan dengan perayaan HUT RI ke 69 atas prestasi dan karya anak bangsa yang dibuat oleh Universitas Trisakti.

"Rekor yang ditorehkan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri dan didukung penuh oleh Universitas Trisakti tersebut merupakan rekor baru dan bertaraf internasional," jelas dia dalam keterangan tertulisnya melalui surat elektronik.

Menurut dia selain mencatat peristiwa-peristiwa yang skalanya nasional atau rekor Indonesia, kami juga mencatat kegiatan-kegiatan dengan rekor dunia, dan setelah kami mensurvey dan mencari-cari informasi, di negeri lain ini belum ada para ilmuwan maupun para pelajar yang mampu menghasilkan inovasi seperti yang sudah dilakukan oleh Universitas Trisakti.

Oleh karena itu MURI kata dia mempersembahkan piagam rekor dunia untuk memberikan penghargaan yang tinggi terhadap mahasiswa.

Sementara itu Dosen Teknik Mesin Usakti Muhammad Hafnan menjelaskan penelitian mengenai bahan bakar solar air tersebut telah dilakukannya dengan melibatkan mahasiswa semenjak tahun 2002.

"Tujuannya adalah untuk mengurangi zat NOX yang berbahaya dan dan asap hitam yang dihasilkan oleh pembakaran solar, yang membedakan formula penemuan solar air kami dengan yang lainnya adalah bentuknya yang bening dan bersih, serta ketika didiamkan tidak terpisah kembali, formula inilah yang kita patenkan, dan setelah diujicoba di mesin hasilnya bagus," ujarnya.

Formula solar air yang dihasilkan oleh Usakti ini lanjut dia merupakan campuran dari 70 persen solar, 20 persen zat adiktif dan 10 persen air.

Dikatakannya Zat adiktif menggunakan sisa-sisa limbah minyak sawit bekas yang banyak tersedia di indonesia, serta harganya murah, dengan menggunakan solar air ini, selain lebih hemat, zat NOX yang dihasilkan oleh mesin diesel berkurang hingga 40 persen serta kepekatan asap hitam juga turun hingga 60 persen.

Menurut Hafnan, saat ini saja penggunaan solar di Indonesia mencapai 40 juta liter per hari, dengan inovasi solar air, maka dapat menghemat penggunaan solar sebesar 30 persen, atau 12 juta liter per hari.

Saat ini katanya pihaknya sedang melakukan penjajakan kerja sama dengan pertamina, dan sedang dalam tahap percobaan uji ketahanan 250 jam dengan pertamina di Lemigas, dan kedepannya kami juga akan terus meneliti agar kandungan airnya dapat diperbanyak.

Sedangkan Mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 2013 yang tergabung dalam tim riset solar air, Aditya Kristanto, menyebutkan bahwa setelah melakukan perjalanan selama lima hari menggunakan dua kapal nelayan dengan bahan bakar solar air yang dilakukan oleh sembilan orang mahasiswa Usakti, pihaknya memeriksa kondisi mesin kapal tersebut.

"Setelah kami bongkar dan periksa, kami menemukan bahwa mesin kapal tetap bersih dan tidak ada masalah apapun, ini membuktikan bahwa bahan bakar solar air ini aman untuk dipergunakan," ujarnya.

Aditya berharap dengan penemuan solar air ini maka dapat membantu mengurangi beban pengeluaran nelayan pasca-dikuranginya subsidi solar sebesar 20 persen.

"Setelah kami hitung harga yang harus dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan harga solar biasa, selain itupun penggunaannya lebih irit dibandingkan dengan solar biasa, suhu mesin juga lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan solar biasa serta lebih ramah lingkungan," ujarnya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014