Depok,  (Antaranews Bogor) - Dosen Administrasi Publik FISIP Universitas Indonesia Vishnu Juwono menilai mundurnya kandidat Presiden Prabowo dalam proses penghitungan resmi dari KPU amat disayangkan karena bisa menghilangkan kesempatan rekonsiliasi dari kedua kandidat presiden.

"Seharusnya keduanya bisa bersama-sama menatap ke depan untuk membangun negara secara konstruktif, setelah melalui proses pilpres yang cukup panjang dan menguras energi kedua kandidat," kata Vishnu di Depok, Rabu.

Vishnu mengatakan penarikan diri dari Prabowo Subianto tersebut tidak mengurangi legitimasi dari proses pelaksanaan pemilihan presiden kali ini. Apabila tidak melaksanakan hak konstitusionalnya dengan melakukan penuntutan kepada Mahkamah Konstitusi dalam tiga hari ke depan terhadap hasil penghitungan KPU.

Ia berharap jiwa besar dari Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa beserta para pendukungnya agar menerima hasil pemilihan presiden untuk mempercepat proses rekonsiliasi di kalangan elit.

"Menciptakan suasana politik yang teduh dan memberikan kesempatan kepada Presiden terpilih Joko Widodo untuk bekerja membuktikan janji yang disampaikan semasa kampanye presiden lalu," katanya.

Apresiasi perlu juga diberikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta jajaran Polkam yang selama dua minggu terakhir menjelang pengumuman hasil pilpres oleh KPU memberi sinyal kuat baik melalui pagelaran pasukan maupun pernyataan kepada publik menjamin netralitas aparat dan rasa aman warga.

Usaha Presiden Yudhoyono dengan memfasilitasi pertemuan kedua kandidat Presiden dan Wakil Presiden beberapa hari yang lalu perlu dihargai sebagai usaha beliau untuk menciptakan suasana politik yang teduh dan menunjukkan ketidakberpihakan terhadap kedua kandidat.

Tentu saja, kata Vishnu, apresiasi juga perlu diberikan kepada KPU yang dipimpin oleh Husni Kamil Malik. Mengingat baru kali ini diselenggarakanya Pilpres dengan dua kandidat saja hanya dalam satu ronde dengan tensi politik yang begitu tinggi serta sorotan media tradisional ditambah dengan social media, membuat tekanan-tekanan terhadap KPU menjadi sangat intens dan keras.

"Akan tetapi dengan kerja keras dan sangat responsif terhadap kritikan dari berbagai pihak (termasuk kedua tim kampanye), KPU berhasil menjaga integritas serta kredibilitas dari proses pemilihan presiden tahun ini mulai dari kegiatan pemungutan suara, hingga penghitungannya," katanya.

Diselesaikannnya perhitungan suara pemilihan presiden (Pilpres) secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum pada malam hari tanggal 22 Juli 2014, mengukuhkan secara resmi Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih Republik Indonesia untuk periode 2014-2019.

Hal ini mengukuhkan bahwa sistem demokrasi melalui pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung semakin terkonsolidasi, setelah Permilihan Presiden yang diikuti oleh hampir lebih dari 130 juta pemilih ini berlangsung relatif aman, jujur dan adil.

Tidak heran hasil kerja mereka pada akhirnya dapat dipercaya oleh mayoritas rakyat, penyelenggara negara dan komunitas internasional. Hal ini terbukti dengan ucapan selamat kepada Joko Widodo sebagai presiden terpilih oleh Presiden SBY sendiri, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak - begitu selesai pengumuman hasil akhir pilpres oleh KPU.  

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014