Pada awal tahun 2020 sejumlah lembaga diketahui mengeluarkan hasil survei Pilpres 2024. Sejumlah lembaga tersebut antara lain Indo Barometer, Parameter Politik Indonesia, dan Politika Research and Consulting, dan Media Survei Nasional. Hasil survei dari lembaga-lembaga tersebut memunculkan nama seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil dan lainnya.
Aktivitas lembaga survei yang merilis hasil untuk Pilpres 2024 tersebut mendapat respon negatif dari banyak pihak terutama anggapan bahwa survei tersebut terlalu dini. Seperti diketahui bahwa Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 mulai bekerja pada bulan Oktober 2019. Hanya beberapa bulan kemudian sudah ada lembaga survei tertentu yang memunculkan nama-nama potensial untuk Pilpres 2024.
Publikasi hasil survei untuk Pilpres 2024 kepada publik tersebut dapat disebut prematur, mengingat saat ini pemerintah pada periode 2019-2024 sedang memulai program-programnya. Selain itu iklim politik yang sedang tenang pasca selesainya Pilpres 2019 perlu dipertahankan supaya program-program pembagunan dapat dijalankan dengan baik.
Melihat survei yang masih sangat prematur tersebut, kemungkinan mempunyai tujuan tertentu selain untuk mengetahui calon potensial pada Pilpres 2024. Melihat nama-nama yang muncul dalam hasil survei tersebut diduga bahwa hasil survei memang mempunyai tujuan untuk mempopulerkan atau mengenalkan nama tertentu kepada masyarakat. Lembaga survei tersebut patut diduga sengaja mengenalkan nama tokoh tertentu, mendaftarkan namanya kepada masyarakat, agar dikenal sebagai capres 2024.
Pilpres 2024 dapat disebut pesta demokrasi yang akan menghasilkan generasi baru untuk memimpin Indonesia. Dalam Pilpres tersebut Presiden petahanan tidak mungkin lagi mengikuti Pilpres karena sudah menjabat dua periode. Hal tersebut menjadi peluang bagi tokoh-tokoh muda dan potensial untuk maju dalam Pilpres 2024.
Untuk maju dalam Pilpres 2024, tokoh-tokoh muda atau pemain baru dalam politik praktis perlu unjuk diri kepada masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan pemunculan nama oleh lembaga survei. Peunculan nama ini dapat dianggap penting oleh tokoh pendatang baru tersebut terutama bagi tokoh yang belum mempunyai track record dalam dunia politik atau pemerintahan, maupun tokoh yang belum mempunyai kendaraan politik.
Kepentingan lain dalam survei pilpres 2024 yang prematur tersebut diduga juga sebagai wahana eksistensi kelompok oposisi agar terus mendapatkan momentum unjuk diri di masyarakat. Jika menunggu proses resmi Pilpres 2024 maka masih cukup lama waktu tersebut sehingga bisa kehilangan momentum atau bahkan dilupakan oleh publik.
Survei pilpres 2024 dapat diduga sebagai pengingat bagi masyarakat tentang keberadaan dan ambisi tokoh tersebut.
Apapun kepentingan dari survei pilpres 2024 yang sudah muncul pada awal tahun 2020 ini, hal tersebut dapat disebut sebagai tindakan prematur dan menganggu iklim politik. Masyarakat diharapkan tidak terpengaruh dengan hasil survei tersebut, mengingat proses Pilpres 2024 masih cukup lama. Masyarakat sebaiknya fokus pada agenda pembangunan yang sedang dijalankan oleh pemerintahan Joko Widodo pada periode 2019-2024 ini. (16/*).
*) Penulis adalah, Pengamat politik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Aktivitas lembaga survei yang merilis hasil untuk Pilpres 2024 tersebut mendapat respon negatif dari banyak pihak terutama anggapan bahwa survei tersebut terlalu dini. Seperti diketahui bahwa Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 mulai bekerja pada bulan Oktober 2019. Hanya beberapa bulan kemudian sudah ada lembaga survei tertentu yang memunculkan nama-nama potensial untuk Pilpres 2024.
Publikasi hasil survei untuk Pilpres 2024 kepada publik tersebut dapat disebut prematur, mengingat saat ini pemerintah pada periode 2019-2024 sedang memulai program-programnya. Selain itu iklim politik yang sedang tenang pasca selesainya Pilpres 2019 perlu dipertahankan supaya program-program pembagunan dapat dijalankan dengan baik.
Melihat survei yang masih sangat prematur tersebut, kemungkinan mempunyai tujuan tertentu selain untuk mengetahui calon potensial pada Pilpres 2024. Melihat nama-nama yang muncul dalam hasil survei tersebut diduga bahwa hasil survei memang mempunyai tujuan untuk mempopulerkan atau mengenalkan nama tertentu kepada masyarakat. Lembaga survei tersebut patut diduga sengaja mengenalkan nama tokoh tertentu, mendaftarkan namanya kepada masyarakat, agar dikenal sebagai capres 2024.
Pilpres 2024 dapat disebut pesta demokrasi yang akan menghasilkan generasi baru untuk memimpin Indonesia. Dalam Pilpres tersebut Presiden petahanan tidak mungkin lagi mengikuti Pilpres karena sudah menjabat dua periode. Hal tersebut menjadi peluang bagi tokoh-tokoh muda dan potensial untuk maju dalam Pilpres 2024.
Untuk maju dalam Pilpres 2024, tokoh-tokoh muda atau pemain baru dalam politik praktis perlu unjuk diri kepada masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan pemunculan nama oleh lembaga survei. Peunculan nama ini dapat dianggap penting oleh tokoh pendatang baru tersebut terutama bagi tokoh yang belum mempunyai track record dalam dunia politik atau pemerintahan, maupun tokoh yang belum mempunyai kendaraan politik.
Kepentingan lain dalam survei pilpres 2024 yang prematur tersebut diduga juga sebagai wahana eksistensi kelompok oposisi agar terus mendapatkan momentum unjuk diri di masyarakat. Jika menunggu proses resmi Pilpres 2024 maka masih cukup lama waktu tersebut sehingga bisa kehilangan momentum atau bahkan dilupakan oleh publik.
Survei pilpres 2024 dapat diduga sebagai pengingat bagi masyarakat tentang keberadaan dan ambisi tokoh tersebut.
Apapun kepentingan dari survei pilpres 2024 yang sudah muncul pada awal tahun 2020 ini, hal tersebut dapat disebut sebagai tindakan prematur dan menganggu iklim politik. Masyarakat diharapkan tidak terpengaruh dengan hasil survei tersebut, mengingat proses Pilpres 2024 masih cukup lama. Masyarakat sebaiknya fokus pada agenda pembangunan yang sedang dijalankan oleh pemerintahan Joko Widodo pada periode 2019-2024 ini. (16/*).
*) Penulis adalah, Pengamat politik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020