Di dalam buku Sejarah Bogor yang ditulis almarhum Saleh Danasamita, disinggung tentang keberadaan Kampung Empang. Di dalam bab Purwacarita pada buku itu disebutkan, “Dalam tahun tersebut (1754) kedudukan Bupati Bogor pindah dari Tanah Baru ke Sukahati yang kemudian dikenal dengan nama Kampung Empang. Sejak saat itu Kota Bogor mulai tumbuh sebagai pusat pemerintahan yang makin mantap”.
Dikisahkan pula di buku itu, kediaman Bupati di Sukahati terletak di sebelah Timur Cisadane, dekat muara Cipakancilan. Rumah yang terdiri dari dua bangunan yang berdampingan tersebut menghadap ke lapangan dan empang atau kolam besar. Namun penulis buku menekankan, “Tetapi yang lebih penting lagi ialah kenyataan, bahwa rumah bupati itu didirikan pada tepi bekas alun-alun luar Pakuan”.
Baca juga: Bima Arya: Pembangunan Alun Alun Empang upaya pemanfaatan lahan
Gambaran tentang kediaman Bupati Bogor di Sukahati diperoleh dari lukisan yang dibuat oleh Van der Parra antara tahun 1761 – 1775. Lukisan itu menggambarkan pula, apabila seseorang berdiri di bawah jembatan kereta api (arah Sukabumi sekarang), akan tepat berhadapan dengan rumah Bupati yang disebut berada di sebuah lembah. Bupati pertama yang berkedudukan di Sukahati diperkirakan adalah Demang Wiranata (1761 – 1758).
Jika merujuk pada apa yang diungkap di dalam buku tersebut, maka penataan Alun Alun Empang sekarang, boleh jadi terkait dengan alun-alun yang disebutkan di buku itu. Dengan demikian, upaya ini menjadi sebuah langkah terpuji. Sebuah langkah yang sekaligus mengembalikan wibawa Empang atau Sukahati sebagai sebuah situs sejarah, tilas pusat pemerintahan Bogor.
Pemerintah Kota Bogor memang sedang menata kembali Alun Alun Empang. Pada lahan seluas 2.905 meter persegi itu rencananya akan dibangun fasilitas publik yang terdiri dari taman, sarana olahraga, kios makanan/UMKM dan lain sebagainya.
Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Alun-Alun Empang, pada Jumat (31/1/2020) oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya.
Baca juga: Pembangunan Alun-Alun Empang Kota Bogor akan dimulai 31 Januari 2020
Ia mengatakan, Pemerintah Kota Bogor terus berikhtiar menata wilayah-wilayah agar memberikan manfaat bagi seluruh warga.
“Insya Allah setiap tempat, setiap sudut di Kota Bogor diikhtiarkan agar manfaat dan maslahat,” katanya.
Ia juga mengingatkan, proses pelaksanaan proyek ini memerlukan semangat kebersamaan dan keikhlasan dari berbagai elemen agar pembangunannya bisa rampung secepatnya.
Alun Alun Empang dibangun menggunakan anggaran corporate social responsibility (CSR) PT Duta Graha Afiah. Najamudin selaku Direktur PT Duta Graha Afiah mengatakan, pembangunannya ditargetkan rampung 6 sampai 7 bulan ke depan.
Tujuan utama dibangunnya alun-alun tersebut untuk memberikan ruang terbuka yang memang sangat diperlukan. Bukan saja bagi warga setempat melainkan warga Kota Bogor secara keseluruhan
Pembangunan ini juga ditujukan untuk menata PKL yang sudah banyak beroperasi di kawasan itu. "Total ada 46 PKL, jadi nanti tidak ada lagi pedagang yang berjualan di sekitar trotoar alun-alun. Nanti akan difokuskan di dalam sebagai area kuliner, termasuk nanti ada fasilitas juga di dalam alun-alun seperti tempat berolahraga dan ruang terbuka hijau," ungkap Najamudin.
Baca juga: Pemkot Bogor akan bangun Lapangan Empang jadi alun-alun
Ia melanjutkan, pembangunan ini akan mengakomodir keinginan para pedagang yang sudah lama berjualan disitu.
“Nanti akan disiapkan space untuk mengakomodir para pedagang dan ada juga masukan-masukan mengenai desain dan lain sebagainya untuk segera kami sesuaikan,” lanjutnya.
Langkah ini sejalan dengan harapan Pemerintah Kota Bogor, agar dalam proses pembangunannya tidak ada yang dirugikan atau dipinggirkan. Hal itu seperti disampaikan Wali Kota, “Tidak boleh ada yang dipinggirkan, semuanya harus dirangkul, semuanya harus mendapatkan keberkahan disini”.
Tidak hanya para pedagang dan masyarakat yang kelak diuntungkan dengan penataan ini. Masjid Agung At Tohiriyah atau Masjid Empang, diharapkan akan menjadi lebih nampak, karena lahan di depannya akan tampil lebih rapi dan cantik. Masjid akan berdampingan dengan sebuah ruang publik terbuka yang tidak lagi kumuh dan terkesan tidak terurus seperti sebelumnya. (Advertorial).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Dikisahkan pula di buku itu, kediaman Bupati di Sukahati terletak di sebelah Timur Cisadane, dekat muara Cipakancilan. Rumah yang terdiri dari dua bangunan yang berdampingan tersebut menghadap ke lapangan dan empang atau kolam besar. Namun penulis buku menekankan, “Tetapi yang lebih penting lagi ialah kenyataan, bahwa rumah bupati itu didirikan pada tepi bekas alun-alun luar Pakuan”.
Baca juga: Bima Arya: Pembangunan Alun Alun Empang upaya pemanfaatan lahan
Gambaran tentang kediaman Bupati Bogor di Sukahati diperoleh dari lukisan yang dibuat oleh Van der Parra antara tahun 1761 – 1775. Lukisan itu menggambarkan pula, apabila seseorang berdiri di bawah jembatan kereta api (arah Sukabumi sekarang), akan tepat berhadapan dengan rumah Bupati yang disebut berada di sebuah lembah. Bupati pertama yang berkedudukan di Sukahati diperkirakan adalah Demang Wiranata (1761 – 1758).
Jika merujuk pada apa yang diungkap di dalam buku tersebut, maka penataan Alun Alun Empang sekarang, boleh jadi terkait dengan alun-alun yang disebutkan di buku itu. Dengan demikian, upaya ini menjadi sebuah langkah terpuji. Sebuah langkah yang sekaligus mengembalikan wibawa Empang atau Sukahati sebagai sebuah situs sejarah, tilas pusat pemerintahan Bogor.
Pemerintah Kota Bogor memang sedang menata kembali Alun Alun Empang. Pada lahan seluas 2.905 meter persegi itu rencananya akan dibangun fasilitas publik yang terdiri dari taman, sarana olahraga, kios makanan/UMKM dan lain sebagainya.
Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Alun-Alun Empang, pada Jumat (31/1/2020) oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya.
Baca juga: Pembangunan Alun-Alun Empang Kota Bogor akan dimulai 31 Januari 2020
Ia mengatakan, Pemerintah Kota Bogor terus berikhtiar menata wilayah-wilayah agar memberikan manfaat bagi seluruh warga.
“Insya Allah setiap tempat, setiap sudut di Kota Bogor diikhtiarkan agar manfaat dan maslahat,” katanya.
Ia juga mengingatkan, proses pelaksanaan proyek ini memerlukan semangat kebersamaan dan keikhlasan dari berbagai elemen agar pembangunannya bisa rampung secepatnya.
Alun Alun Empang dibangun menggunakan anggaran corporate social responsibility (CSR) PT Duta Graha Afiah. Najamudin selaku Direktur PT Duta Graha Afiah mengatakan, pembangunannya ditargetkan rampung 6 sampai 7 bulan ke depan.
Tujuan utama dibangunnya alun-alun tersebut untuk memberikan ruang terbuka yang memang sangat diperlukan. Bukan saja bagi warga setempat melainkan warga Kota Bogor secara keseluruhan
Pembangunan ini juga ditujukan untuk menata PKL yang sudah banyak beroperasi di kawasan itu. "Total ada 46 PKL, jadi nanti tidak ada lagi pedagang yang berjualan di sekitar trotoar alun-alun. Nanti akan difokuskan di dalam sebagai area kuliner, termasuk nanti ada fasilitas juga di dalam alun-alun seperti tempat berolahraga dan ruang terbuka hijau," ungkap Najamudin.
Baca juga: Pemkot Bogor akan bangun Lapangan Empang jadi alun-alun
Ia melanjutkan, pembangunan ini akan mengakomodir keinginan para pedagang yang sudah lama berjualan disitu.
“Nanti akan disiapkan space untuk mengakomodir para pedagang dan ada juga masukan-masukan mengenai desain dan lain sebagainya untuk segera kami sesuaikan,” lanjutnya.
Langkah ini sejalan dengan harapan Pemerintah Kota Bogor, agar dalam proses pembangunannya tidak ada yang dirugikan atau dipinggirkan. Hal itu seperti disampaikan Wali Kota, “Tidak boleh ada yang dipinggirkan, semuanya harus dirangkul, semuanya harus mendapatkan keberkahan disini”.
Tidak hanya para pedagang dan masyarakat yang kelak diuntungkan dengan penataan ini. Masjid Agung At Tohiriyah atau Masjid Empang, diharapkan akan menjadi lebih nampak, karena lahan di depannya akan tampil lebih rapi dan cantik. Masjid akan berdampingan dengan sebuah ruang publik terbuka yang tidak lagi kumuh dan terkesan tidak terurus seperti sebelumnya. (Advertorial).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020