Cikarang (Antaranews Bogor) - Sejumlah nelayan di Desa Pantaimekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengeluhkan hasil tangkapan rajungan yang semakin berkurang.
"Sudah dua bulan ini saya tidak melaut. Sayang bahan bakar kapal, soalnya rajungan sekarang sudah sedikit," kata nelayan rajungan, Nesan (44), di Muaragembong, Senin.
Menurut dia, kondisi yang sama juga terjadi pada hasil tangkapan laut jenis ikan rampus yang kian menurun.
"Sebelumnya saya biasa menangkap rata-rata 2 kuintal rajungan, tapi sejak Maret lalu berkurang rata-rata hanya 1 kuintal per hari," katanya.
Hasil tangkapan itu dirasa tidak sebanding dengan penggunaan bahan bakar kapal serta membayar pegawainya.
"Kalau sedang dapat banyak, saya bisa dapat Rp1 juta per hari dari pengepul. Tapi sekarang rata-rata hanya Rp300 ribu. Itu pun harus dibagi lagi ke lima pegawai masing-masing Rp50 ribu per hari," katanya.
Dia menduga, langkanya tangkapan hasil laut itu salah satunya dikarenakan pencemaran air laut oleh limbah industri di bagian hulu.
"Banyak rajungan yang ditemukan mati karena keracunan limbah pabrik di pesisir laut Muaragembong," katanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Rodin (44), nelayan rajungan di kawasan yang sama.
"Saya terpaksa kerja sampingan mencari sampah plastik dan menjadi tukang ojek. Hasilnya lumayan bisa menambah kekurangan pendapatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Sudah dua bulan ini saya tidak melaut. Sayang bahan bakar kapal, soalnya rajungan sekarang sudah sedikit," kata nelayan rajungan, Nesan (44), di Muaragembong, Senin.
Menurut dia, kondisi yang sama juga terjadi pada hasil tangkapan laut jenis ikan rampus yang kian menurun.
"Sebelumnya saya biasa menangkap rata-rata 2 kuintal rajungan, tapi sejak Maret lalu berkurang rata-rata hanya 1 kuintal per hari," katanya.
Hasil tangkapan itu dirasa tidak sebanding dengan penggunaan bahan bakar kapal serta membayar pegawainya.
"Kalau sedang dapat banyak, saya bisa dapat Rp1 juta per hari dari pengepul. Tapi sekarang rata-rata hanya Rp300 ribu. Itu pun harus dibagi lagi ke lima pegawai masing-masing Rp50 ribu per hari," katanya.
Dia menduga, langkanya tangkapan hasil laut itu salah satunya dikarenakan pencemaran air laut oleh limbah industri di bagian hulu.
"Banyak rajungan yang ditemukan mati karena keracunan limbah pabrik di pesisir laut Muaragembong," katanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Rodin (44), nelayan rajungan di kawasan yang sama.
"Saya terpaksa kerja sampingan mencari sampah plastik dan menjadi tukang ojek. Hasilnya lumayan bisa menambah kekurangan pendapatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014