Bogor (Antaranews Bogor) - Ikatan Sarjana Perikanan Nasional (ISPIKANI) menyatakan, perhatian terhadap isu perikanan pada pemerintah terdahulu dirasakan kurang, oleh karena itu diharapkan pemimpin mendatang dapat memberikan perhatian lebih.

"Siapapun presiden yang akan terpilih nanti, isu-isu perikanan yang masih kurang ini dapat diberikan perhatian lebih," kata Sekretaris Jenderal ISPIKANI, Gellwynn Jusuf dalam acara Kongres Nasional ISPIKANI VII di IPB Conferention Center, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Gellwyn mengatakan, isu yang terus dialami atau terjadi di sektor perikanan seperti kesejahteraan nelayan, budi daya, sektor perikanan tangkap, dan perikanan berkelanjutan.

Menurut Gellwynn, dari sisi kelautan ada permasalahan yang harus diselesaikan yakni mengintegrasikan semua sektor yang ada, seperti perikanan, pertambangan, pariwisata dan pemberdayaan masyarakat.

"Selama ini di sektor kelautan belum terbentuk sinergitas yang baik karena jalan masing-masing. Sinergitas ini penting mengingat kelautan sangat berperan bagi bangsa," kata Gellwynn.

Sementara itu, lanjut Gellwynn, ISPIKANI melihat ada tantangan berbeda antara sektor perikanan dengan sektor lainnya seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Tantangan tersebut kebutuhan pangan perikanan yang sangat besar untuk mencukupi gizi sekitar 246 juta penduduk Indonesia.

"Jumlah besar saja tidak cukup, tetapi harus memenuhi standar kecukupan gizi yang baik," ujarnya.

Masalah lainnya, lanjut Gellwynn adalah kemiskinan. Masyarakat nelayan yang hidup di pesisir masih banyak yang hidup miskin.

Angka BPS tahun 2008 menyatakan sebanyak 7,8 juta masyarakat nelayan Indonesia hidup miskin, baik itu yang tinggal di pesisir pantai, maupun di darat dengan tekni budi daya, tambak dan danau.

Persoalan berikutnya adalah keberlanjutan dari pengelolaan perikanan. Di beberapa daerah stok ikan sudah menurun (over fishing), sehingga diperlukan langkah untuk mengelola perikanan berkelanjutan.

"Pengelolaan perikanan berkelanjutan tidak hanya di kawasan domestik saja, tetapi secara global, karena ikan itu bermigrasi. Sehingga bagaimana pengelolaan berkelanjutan yang global," ujar Gellwynn yang juga menjabat Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Keluatan dan Perikanan.

Persoalan lainnya, lanjut Gellwynn adalah daya saing perikanan yang berbeda dengan komoditi pangan pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Menurutnya, impor banyak dilakukan di sektor tanaman pangan pertanian. Tetapi di sektor perikanan produksi yang dihasilkan surplus, sehingga bagaimana hasil perikanan tersebut dapat diterima di luar negeri.

Surplusnya produksi perikanan juga menjadi bagian dari penerimaan negara dari pendapatan nelayan, dan harga menentukan pendapatan nelayan.

"Jadi bagaimana mendorong daya saing kita agar ikan-ikan yang dihasilkan oleh nelayan dapat bersaing dengan ikan-ikan dari luar negeri," ujarnya.

Gellwyn mengatakan, pemikiran-pemikiran ini yang akan disampaikan oleh ISPIKANI kepada capres yang akan terpilih nanti, sehingga dapat menjadi pemikiran untuk memberikan perhatian kepada sektor kelautan dan perikanan.

Menurut Gellwynn, penyelenggaraan Kongres ISPIKANI ke-VII kali ini merupakan momen yang sangat strategis mengingat akan adanya pemilihan presiden.

"Oleh karena itu kita sengaja menggelar kongres bulan ini, yang tadinya dijadwalkan pada Februari. Tujuannya dengan momen Pilpres ini, ISPIKANI dapat memberikan pemikiran-pemikiran terkait perikanan dan keluatan agar ke depannya dapat lebih dikembangkan dan dimajukan," ujarnya.

Kongres ISPIKANI ke-VII dihadiri sejumlah anggotanya dari berbagai daerah, serta pejabat struktural di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014