Di Indonesia, pelaku ekonomi yang sudah memiliki aset milyaran atau triliunan rupiah hingga saat ini masih bisa dihitung jari. Meskipun perubahan zaman terus berjalan, mereka tetap tidak goyah, justru tetap nyaman di posisi puncak kejayaan bisnis yang mereka miliki. Meskipun begitu, pelaku ekonomi bukan hanya mereka saja. Tapi juga ada kelompok masyarakat menengah kebawah yang ikut berkecimpung di dunia wirausaha saat ini sudah muncul ke permukaan. Program UMKM yang dicanangkan oleh pemerintah untuk masyarakat kecil merupakan upaya untuk membangun alat perekonomian bagi masyarakat kecil untuk menghasilkan rupiah. Mayoritas pengusaha mikro membuka bisnis di bidang kuliner, jajanan pinggir jalan, kopi, dan hasil pertanian seperti sayuran dan buah.
Meningkatnya motivasi berwirausaha di kalangan masyarakat menengah kebawah merupakan sebuah preseden yang baik bagi negeri ini. Sebab berwirausaha di era Jokowi-Ma'ruf merupakan salah satu agenda utama pemerintah agar prekonomian masyarakat kecil terangkat kepermukaan. Ditengah sulitnya akses lapangan kerja, berwirausaha menjadi solusi agar prekonomian rakyat kecil tetap hidup. Keberlansungan hidup mereka juga lebih memiliki peluang untuk terus berlanjut daripada hanya sebatas melamar ke satu perusahaan ke perusahaan lain dan berujung pada penolakan.
Menurut laporan Kominfo, ada 59,2 juta usaha mikro yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 3,9 % sudah go online, dan selebihnya sedang dalam tahap persiapan. Hanya saja, dengan jumlah yang meningkat, pengusaha kecil atau mikro belum tentu berjalan dengan mulus. Kendala utama adalah minimnya pembiayaan atau modal usaha yang dimiliki rakyat kecil atau pengusaha kecil membuat usaha yang mereka jalankan tidak bisa berkembang dengan pesat karena pembiayaan habis untuk operasional harian. Dengan modal terbatas, produksi juga tidak bisa berakselerasi dengan cepat sehingga menghambat proses penjualan. Imbasnya, keuntungan yang didapatkan tidak selaras dengan kinerja mereka. Diperburuk dengan ketatnya persaingan dan minimnya pengalaman berwirausaha, sehingga tidak jarang pengusaha kecil tidak bisa melanjutkan usahanya karena kehabisan biaya.
Di samping itu, e-commers juga belum mampu menjamin jumlah barang akan terjual di aplikasi karena beberapa faktor. Salah satunya dengan sumber daya yang minim dan minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha mikro. Hal ini banyak terjadi di kalangan masyarakat, tidak jarang pengusaha mikro lebih memilih untuk menjualkan barang dengan cara offline dan tentu akan menghabiskan lebih banyak biaya. Konsumen yang dijangkau juga terbatas sehingga tidak ada jaminan produk yang dijual menghasilkan laba yang sesuai target.
Oleh sebab itu, andil dari para pelaku ekonomi yang sudah banyak bergelut di bidang bisnis sangat dibutuhkan. Tentu dengan semua jenis bisnis yang telah digeluti. Baik bisnis dibidang jasa, transportasi, maupun bisnis secara fisik. Masyarakat kecil tentu sangat berharap bahwa para pelaku pengusaha makro memiliki kepeduliaan yang tinggi terhadap pengusaha mikro. Dengan hadirnya pengusaha makro, usaha mikro seperti UMKM bisa diarahkan sebagai senjata perekonomian masyarakat kecil karena diarahkan sesuai dengan kebutuhan pasar yang ada. Bekal pengalaman dan strategi pemasaran tentu akan sangat dibutuhkan oleh mereka untuk mendulang laba sebanyak-banyaknya. Selain itu, pengusaha makro juga bisa memberikan jaminan modal usaha ketika suatu saat usaha yang mereka jalankan terhambat oleh pembiyaan.
Peran para pelaku ekonomilah yang diharapkan untuk mengurangi hambatan-hambatan para pengusaha mikro agar tetap bisa eksis di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Bagi banyak pelaku usaha mikro, kepedulian para pengusaha makro yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis sangat diharapkan agar mendapatkan hasil yang menjanjikan dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Kepedulian para pengusaha makro tentu bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi mikro yang selama ini diharapkan menjadi solusi alternatif di tengah terbatasnya akses lapangan kerja.
Bagi para pelaku usaha makro, tiga hal yang perlu menjadi perhatian penting agar pengusaha mikro tetap berdaya adalah, modal, jaringan (social capital), dan kemampuan analisa pasar. Bentuknya dapat berupa pendampingan secara langsung atau mentoring agar progres usaha mikro bisa diamati secara lansung. Melalui mentoring tersebut, pengusaha mikro bisa terberdaya secara efektif, belajar strategi market secara matang dan terstruktur, dan peningkatan kualitas sumberdaya pengusana mikro bisa dicapai. Pengusaha mikro juga bisa belajar bagaimana merumuskan strategi pemasaran yang jangkauannya lebih luas melalui e-commers yang sudah tersedia.
Metode mentoring ini juga memberikan ruang bagi para mentor untuk mengevaluasi para pengusaha yang didampingi ketika mengalami kendala dalam menjalankan usahanya. Mentor ini jugalah yang akan membimbing dan menjamin modal usaha (meskipun tidak sepenuhnya) bagi pelaku usaha mikro agar tetap konsisten berwirausaha hingga menjadi mandiri.
Selain mengarahkan, dibutuhkan advokasi yang dikhususkan pada jaminan modal usaha atau bantuan modal usaha agar tidak berhenti dipertengahan jalan.
Pemerintah selaku pemegang kendali kebijakan juga perlu memberikan support kepada pelaku ekonomi mikro berupa kemudahan akses layanan birokraksi, seperti izin usaha dan lembaga kerja sama yang memadai. Karena, usaha yang tidak mendapatkan support berupa izin dan peluang kerja sama akan kesulitan maju sebab minimnya capital sosial yang dimiliki. Kerja sama yang paling strategis adalah kerja sama dibidang periklanan. Karena disadari atau tidak, iklan adalah momok bagi pengusaha mikro karena bebab biaya iklan yang terlampau besar. Disitulah peran pemerintah untuk memberikan support, termasuk dukungan yang datang dari para mentor.
Kedepan, sebagai bangsa yang berdaulat kita tentu berharap bahwa ekonomi tidak hanya dikendalikan oleh segelintir orang. Namun, masyarakat kecil juga memiliki andil yang besar dalam membangun prekonomian negara. Hasil kekayaan alam jangan sampai hanya berputar di kalangan masyarakat elit, tanpa pernah sekalipun bersinggungan dengan masyarakat bawah yang sedari dulu hanya menjadi pekerja.
Mari kita dorong kemajuan ekonomi mikro yang dibangun oleh masyarakat kecil. Kita buat mereka menjadi penggerak prekonomian agar bangsa ini terbebas dari kemiskinan yang telah mendarah daging karena penjajahan dan ketertindasan. Bersama kita wujudkan visi bernegara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (35/*).
*) Penulis adalah, Pemerhati bidang politik dan pemerintahan, menetap di Kota Malang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Meningkatnya motivasi berwirausaha di kalangan masyarakat menengah kebawah merupakan sebuah preseden yang baik bagi negeri ini. Sebab berwirausaha di era Jokowi-Ma'ruf merupakan salah satu agenda utama pemerintah agar prekonomian masyarakat kecil terangkat kepermukaan. Ditengah sulitnya akses lapangan kerja, berwirausaha menjadi solusi agar prekonomian rakyat kecil tetap hidup. Keberlansungan hidup mereka juga lebih memiliki peluang untuk terus berlanjut daripada hanya sebatas melamar ke satu perusahaan ke perusahaan lain dan berujung pada penolakan.
Menurut laporan Kominfo, ada 59,2 juta usaha mikro yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 3,9 % sudah go online, dan selebihnya sedang dalam tahap persiapan. Hanya saja, dengan jumlah yang meningkat, pengusaha kecil atau mikro belum tentu berjalan dengan mulus. Kendala utama adalah minimnya pembiayaan atau modal usaha yang dimiliki rakyat kecil atau pengusaha kecil membuat usaha yang mereka jalankan tidak bisa berkembang dengan pesat karena pembiayaan habis untuk operasional harian. Dengan modal terbatas, produksi juga tidak bisa berakselerasi dengan cepat sehingga menghambat proses penjualan. Imbasnya, keuntungan yang didapatkan tidak selaras dengan kinerja mereka. Diperburuk dengan ketatnya persaingan dan minimnya pengalaman berwirausaha, sehingga tidak jarang pengusaha kecil tidak bisa melanjutkan usahanya karena kehabisan biaya.
Di samping itu, e-commers juga belum mampu menjamin jumlah barang akan terjual di aplikasi karena beberapa faktor. Salah satunya dengan sumber daya yang minim dan minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha mikro. Hal ini banyak terjadi di kalangan masyarakat, tidak jarang pengusaha mikro lebih memilih untuk menjualkan barang dengan cara offline dan tentu akan menghabiskan lebih banyak biaya. Konsumen yang dijangkau juga terbatas sehingga tidak ada jaminan produk yang dijual menghasilkan laba yang sesuai target.
Oleh sebab itu, andil dari para pelaku ekonomi yang sudah banyak bergelut di bidang bisnis sangat dibutuhkan. Tentu dengan semua jenis bisnis yang telah digeluti. Baik bisnis dibidang jasa, transportasi, maupun bisnis secara fisik. Masyarakat kecil tentu sangat berharap bahwa para pelaku pengusaha makro memiliki kepeduliaan yang tinggi terhadap pengusaha mikro. Dengan hadirnya pengusaha makro, usaha mikro seperti UMKM bisa diarahkan sebagai senjata perekonomian masyarakat kecil karena diarahkan sesuai dengan kebutuhan pasar yang ada. Bekal pengalaman dan strategi pemasaran tentu akan sangat dibutuhkan oleh mereka untuk mendulang laba sebanyak-banyaknya. Selain itu, pengusaha makro juga bisa memberikan jaminan modal usaha ketika suatu saat usaha yang mereka jalankan terhambat oleh pembiyaan.
Peran para pelaku ekonomilah yang diharapkan untuk mengurangi hambatan-hambatan para pengusaha mikro agar tetap bisa eksis di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Bagi banyak pelaku usaha mikro, kepedulian para pengusaha makro yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis sangat diharapkan agar mendapatkan hasil yang menjanjikan dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Kepedulian para pengusaha makro tentu bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi mikro yang selama ini diharapkan menjadi solusi alternatif di tengah terbatasnya akses lapangan kerja.
Bagi para pelaku usaha makro, tiga hal yang perlu menjadi perhatian penting agar pengusaha mikro tetap berdaya adalah, modal, jaringan (social capital), dan kemampuan analisa pasar. Bentuknya dapat berupa pendampingan secara langsung atau mentoring agar progres usaha mikro bisa diamati secara lansung. Melalui mentoring tersebut, pengusaha mikro bisa terberdaya secara efektif, belajar strategi market secara matang dan terstruktur, dan peningkatan kualitas sumberdaya pengusana mikro bisa dicapai. Pengusaha mikro juga bisa belajar bagaimana merumuskan strategi pemasaran yang jangkauannya lebih luas melalui e-commers yang sudah tersedia.
Metode mentoring ini juga memberikan ruang bagi para mentor untuk mengevaluasi para pengusaha yang didampingi ketika mengalami kendala dalam menjalankan usahanya. Mentor ini jugalah yang akan membimbing dan menjamin modal usaha (meskipun tidak sepenuhnya) bagi pelaku usaha mikro agar tetap konsisten berwirausaha hingga menjadi mandiri.
Selain mengarahkan, dibutuhkan advokasi yang dikhususkan pada jaminan modal usaha atau bantuan modal usaha agar tidak berhenti dipertengahan jalan.
Pemerintah selaku pemegang kendali kebijakan juga perlu memberikan support kepada pelaku ekonomi mikro berupa kemudahan akses layanan birokraksi, seperti izin usaha dan lembaga kerja sama yang memadai. Karena, usaha yang tidak mendapatkan support berupa izin dan peluang kerja sama akan kesulitan maju sebab minimnya capital sosial yang dimiliki. Kerja sama yang paling strategis adalah kerja sama dibidang periklanan. Karena disadari atau tidak, iklan adalah momok bagi pengusaha mikro karena bebab biaya iklan yang terlampau besar. Disitulah peran pemerintah untuk memberikan support, termasuk dukungan yang datang dari para mentor.
Kedepan, sebagai bangsa yang berdaulat kita tentu berharap bahwa ekonomi tidak hanya dikendalikan oleh segelintir orang. Namun, masyarakat kecil juga memiliki andil yang besar dalam membangun prekonomian negara. Hasil kekayaan alam jangan sampai hanya berputar di kalangan masyarakat elit, tanpa pernah sekalipun bersinggungan dengan masyarakat bawah yang sedari dulu hanya menjadi pekerja.
Mari kita dorong kemajuan ekonomi mikro yang dibangun oleh masyarakat kecil. Kita buat mereka menjadi penggerak prekonomian agar bangsa ini terbebas dari kemiskinan yang telah mendarah daging karena penjajahan dan ketertindasan. Bersama kita wujudkan visi bernegara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (35/*).
*) Penulis adalah, Pemerhati bidang politik dan pemerintahan, menetap di Kota Malang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020