Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan teknologi water treatment deep injection (WTDI) untuk dimanfaatkan Pemerintah Kota Tangerang dalam penanganan banjir di Periuk.
Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nur Hidayat di Tangerang, Rabu menuturkan WTDI adalah mengumpulkan genangan air ke dalam sebuah kolam bawah tanah yang di dalamnya ada pengolah air secara cepat, kemudian masuk dalam sumur yang kemudian ditekan (injeksi) ke akuifer dalam.
Ia menjelaskan bahwa wilayah Kota Tangerang Kota pada bagian atasnya tersusun oleh endapan aluvial yang air tanah dekat permukaan dangkal dan mudah jenuh saat musim hujan dan mudah kering saat musim kemarau.
Oleh karena itu, kata dia, harus dipetakan akuifer-akuifer lain yang lebih dalam dan yang bisa dimasuki oleh air hujan sebagai salah satu solusi mengatasi dampak dari banjir.
"Namun demikian tidak begitu saja air hujan boleh dimasukkan ke dalam sumur resapan atau sumur injeksi, melainkan perlu treatment dulu di sumur resapan tersebut," ujarnya.
Nur Hidayat mengatakan, sebelumnya telah dilakukan kerja sama antara Pemkot Tangerang dan BPPT pada Tahun 2019 meliputi pemetaan akuifer dan air bawah tanah di wilayah Kota Tangerang yang akan di gunakan untuk menentukan daerah resapan, luasannya dan jumlah akuifer yang berpotensi sebagai tujuan resapan.
Hal ini, ujar Nur Hidayat, sesuai dengan program Pemerintah Kota Tangerang dalam merencanakan aplikasi sumur resapan dan sumur injeksi.
"Tidak semua daerah bisa dipasang sumur resapan karena sangat tergantung pada kondisi geologinya," ujarnya.
Selain itu dalam upaya mengurangi debit air pada sungai utama, maka dibuatkan saluran limpasan di anak-anak sungai yang akan masuk sungai utama dengan cascade vertical infiltration (CVI).
Dikatakannya, CVI yaitu menyodet sebagian aliran anak sungai untuk dimasukkan ke dalam sumur infiltrasi yang dirangkai secara simultan dan bertingkat dengan beberapa sumur dalam.
Targetnya adalah debit air dari anak sungai bisa dikurangi dengan diinfiltrasikan ke dalam akuifer-akuifer dalam dari beberapa sumur yang disusun.
Bila masih limpas juga, katanya, maka limpasannya akan dikembalikan masuk ke anak sungai kembali untuk diteruskan ke sungai utama.
"Selain itu BPPT juga memasang AWLR di tiga titik yang berfungsi untuk memantau ketinggian muka air di beberapa tempat," ujarnya.
Pemerintah Kota Tangerang sebelumnya akan melakukan kerja sama dengan BPPT terkait pembuatan program penanganan banjir jangka pendek, menengah dan panjang.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, Dinas PUPR sudah melakukan komunikasi dengan BPPT terkait rencana kerja sama itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nur Hidayat di Tangerang, Rabu menuturkan WTDI adalah mengumpulkan genangan air ke dalam sebuah kolam bawah tanah yang di dalamnya ada pengolah air secara cepat, kemudian masuk dalam sumur yang kemudian ditekan (injeksi) ke akuifer dalam.
Ia menjelaskan bahwa wilayah Kota Tangerang Kota pada bagian atasnya tersusun oleh endapan aluvial yang air tanah dekat permukaan dangkal dan mudah jenuh saat musim hujan dan mudah kering saat musim kemarau.
Oleh karena itu, kata dia, harus dipetakan akuifer-akuifer lain yang lebih dalam dan yang bisa dimasuki oleh air hujan sebagai salah satu solusi mengatasi dampak dari banjir.
"Namun demikian tidak begitu saja air hujan boleh dimasukkan ke dalam sumur resapan atau sumur injeksi, melainkan perlu treatment dulu di sumur resapan tersebut," ujarnya.
Nur Hidayat mengatakan, sebelumnya telah dilakukan kerja sama antara Pemkot Tangerang dan BPPT pada Tahun 2019 meliputi pemetaan akuifer dan air bawah tanah di wilayah Kota Tangerang yang akan di gunakan untuk menentukan daerah resapan, luasannya dan jumlah akuifer yang berpotensi sebagai tujuan resapan.
Hal ini, ujar Nur Hidayat, sesuai dengan program Pemerintah Kota Tangerang dalam merencanakan aplikasi sumur resapan dan sumur injeksi.
"Tidak semua daerah bisa dipasang sumur resapan karena sangat tergantung pada kondisi geologinya," ujarnya.
Selain itu dalam upaya mengurangi debit air pada sungai utama, maka dibuatkan saluran limpasan di anak-anak sungai yang akan masuk sungai utama dengan cascade vertical infiltration (CVI).
Dikatakannya, CVI yaitu menyodet sebagian aliran anak sungai untuk dimasukkan ke dalam sumur infiltrasi yang dirangkai secara simultan dan bertingkat dengan beberapa sumur dalam.
Targetnya adalah debit air dari anak sungai bisa dikurangi dengan diinfiltrasikan ke dalam akuifer-akuifer dalam dari beberapa sumur yang disusun.
Bila masih limpas juga, katanya, maka limpasannya akan dikembalikan masuk ke anak sungai kembali untuk diteruskan ke sungai utama.
"Selain itu BPPT juga memasang AWLR di tiga titik yang berfungsi untuk memantau ketinggian muka air di beberapa tempat," ujarnya.
Pemerintah Kota Tangerang sebelumnya akan melakukan kerja sama dengan BPPT terkait pembuatan program penanganan banjir jangka pendek, menengah dan panjang.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, Dinas PUPR sudah melakukan komunikasi dengan BPPT terkait rencana kerja sama itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020