Spirlee Anesta Sanas mahasiswi yang pernah bekerja sebagai penyetrika di tempat usaha laundry, terpilih sebagai wisudawati terbaik IPB University pada upacara wisuda IPB University di Bogor, Rabu.
Spirlee yang diterima di IPB melalui jalur seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN) pada tahun 2015, meraih indeks prestasi kumulatif 3,78 dan predikat "cum laude".
Alumni SMAN 1 Madiun, Jawa Timur ini bercerita, banyak perjuangan heroik yang dilaluinya saat kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, diantaranya harus pandai membagi waktu antara menyelesaikan skripsi dan bekerja.
"Karena kendala keuangan dari keluarga pada saat akhir studi, membuat saya harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah," katanya.
Baca juga: IPB mewisuda sebanyak 800 lulusan
Kerja paruh waktu yang dijalaninya adalah, mulai dari magang di klinik, menjadi agen pemasaran, berjualan roti, dan bekerja di tempat laundry, pernah pernah dijalani sambil menyusun skripsi.
Spirlee bercerita, selama kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan di IPB University, dirinya menyadari bahwa profesi dokter hewan memiliki peran sangat strategis guna mewujudkan kesehatan hewan yang berdampak pada kesehatan lingkungan. "Bagi saya, ilmu kedokteran hewan, benar-benar menuntut kemampuan praktik dalam menangani kesehatan hewan," katanya.
Baca juga: IPB siap menerima 4.100 mahasiswa baru tahun ajaran 2020/2021
Spirlee bekerja paruh waktu, semula untuk menutupi kekurangan biaya tempat tinggal atau kos di sekitar kampus. Ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko roti setiap sore dengan upah 750 ribu rupiah per bulan. Ia juga pernah bekerja di tempat usaha laundry sebagai penyetrika dan penjaga kasir.
"Alhamdulillah saya berhasil lulus pada 9 Juli 2019, dua minggu sebelum pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) semester 9," ujarnya.
Pada libur semester genap Juni-Juli 2019, serta lebaran pada 5 dan 6 Juni 2019, Spirlee tidak mudik ke kampungnya di Madiun, tapi mengejar target menyelesaikan skripsi hingga ujian sarjana. "Pada waktu libur itu, sambil mengerjakan skripsi saya juga bekerja paruh waktu di klinik untuk anak-anak autis. Hasilnya, lumayan untuk menambah biaya hidup," ungkapnya.
Baca juga: Anak buruh dari Semarang jadi wisudawan terbaik di IPB
Spirlee yang diwisuda pada hari ini, menjadi kebanggaan keluarganya, karena dia adalah sarjana dari keluarganya yang hidup sederhana. "Orang tua saya dulu pernah kuliah, tapi tidak selesai, karena kesulitan biaya," tambahnya.
Spirlee juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua, yang terus bertekad membiayai kuliah dirinya di IPB, meskipun setiap pergantian smester harus meminjam uang untuk biaya SPPnya.
Saat ini Spirlee bekerja di sebuah perusahaan swasta, mengumpulkan biaya untuk menyelesaikan pendidikan profesi kedokteran hewan. Spirlee bekerja di klinik autis yang bertugas untuk memberikan terapi anak-anak autis agar dapat melakukan aktivitas sesuai dengan standar yang ada di masyarakat. "Bekerja di klinik autis, saya mengambil hikmahnya karena dapat melatih kesabaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Spirlee yang diterima di IPB melalui jalur seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN) pada tahun 2015, meraih indeks prestasi kumulatif 3,78 dan predikat "cum laude".
Alumni SMAN 1 Madiun, Jawa Timur ini bercerita, banyak perjuangan heroik yang dilaluinya saat kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, diantaranya harus pandai membagi waktu antara menyelesaikan skripsi dan bekerja.
"Karena kendala keuangan dari keluarga pada saat akhir studi, membuat saya harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah," katanya.
Baca juga: IPB mewisuda sebanyak 800 lulusan
Kerja paruh waktu yang dijalaninya adalah, mulai dari magang di klinik, menjadi agen pemasaran, berjualan roti, dan bekerja di tempat laundry, pernah pernah dijalani sambil menyusun skripsi.
Spirlee bercerita, selama kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan di IPB University, dirinya menyadari bahwa profesi dokter hewan memiliki peran sangat strategis guna mewujudkan kesehatan hewan yang berdampak pada kesehatan lingkungan. "Bagi saya, ilmu kedokteran hewan, benar-benar menuntut kemampuan praktik dalam menangani kesehatan hewan," katanya.
Baca juga: IPB siap menerima 4.100 mahasiswa baru tahun ajaran 2020/2021
Spirlee bekerja paruh waktu, semula untuk menutupi kekurangan biaya tempat tinggal atau kos di sekitar kampus. Ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko roti setiap sore dengan upah 750 ribu rupiah per bulan. Ia juga pernah bekerja di tempat usaha laundry sebagai penyetrika dan penjaga kasir.
"Alhamdulillah saya berhasil lulus pada 9 Juli 2019, dua minggu sebelum pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) semester 9," ujarnya.
Pada libur semester genap Juni-Juli 2019, serta lebaran pada 5 dan 6 Juni 2019, Spirlee tidak mudik ke kampungnya di Madiun, tapi mengejar target menyelesaikan skripsi hingga ujian sarjana. "Pada waktu libur itu, sambil mengerjakan skripsi saya juga bekerja paruh waktu di klinik untuk anak-anak autis. Hasilnya, lumayan untuk menambah biaya hidup," ungkapnya.
Baca juga: Anak buruh dari Semarang jadi wisudawan terbaik di IPB
Spirlee yang diwisuda pada hari ini, menjadi kebanggaan keluarganya, karena dia adalah sarjana dari keluarganya yang hidup sederhana. "Orang tua saya dulu pernah kuliah, tapi tidak selesai, karena kesulitan biaya," tambahnya.
Spirlee juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua, yang terus bertekad membiayai kuliah dirinya di IPB, meskipun setiap pergantian smester harus meminjam uang untuk biaya SPPnya.
Saat ini Spirlee bekerja di sebuah perusahaan swasta, mengumpulkan biaya untuk menyelesaikan pendidikan profesi kedokteran hewan. Spirlee bekerja di klinik autis yang bertugas untuk memberikan terapi anak-anak autis agar dapat melakukan aktivitas sesuai dengan standar yang ada di masyarakat. "Bekerja di klinik autis, saya mengambil hikmahnya karena dapat melatih kesabaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020