Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) yang diketuai oleh Dosen FTUI Dr Cindy Rianti Priadi menyerahkan hibah berupa 11 unit toren biogas yang dapat mengolah sampah organik hingga 90 kg per hari dan menghasilkan biogas untuk memasak selama 30 – 60 menit/hari per unitnya kepada masyarakat di Provinsi Banten, yang terdampak bencana tsunami beberapa waktu lalu.

"Awalnya, masyarakat mengeluh mengenai sampah yang tidak diangkut. Maka masyarakat kerap membuang sampah di tebing dekat hunian sementara (huntara), lalu kemudian menguburnya dalam tanah," kata Ketua Tim Pengmas FTUI  Cindy Rianti Priadi dalam penjelasan di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa.

Baca juga: Tim Pengmas FMIPA UI kembangkan Sentra Koi Sentul

Hal tersebut menyebabkan adanya sumber bau yang tidak sedap dan menjadi sumber penyakit. Berangkat dari keluhan tersebut, Tim Pengmas FTUI berupaya memberikan solusi yang berkesinambungan dan ramah lingkungan.

Ia menjelaskan bahwa Desa Sumberjaya, Pandeglang, Banten merupakan salah satu desa yang terkena dampak tsunami paling parah. Akibatnya, masyarakat harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi di huntara di Bukit Pasir Malang.

Cindy Rianti Priad mengatakan Tim Pengmas FTUI menggelar program pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan pengolahan sampah organik.

Baca juga: Tim Pengmas FIB UI promosikan Desa Tumang sebagai pusat kerajinan Logam

Pelatihan berlangsung selama 14 hari pada bulan Desember 2019 yang ditujukan bagi masyarakat di huntara di Bukit Pasir Malang dan Pondok Pesantren Darul Afkar, Pandeglang, Banten.

Sementara itu Koordinator Huntara, Jamal mengatakan selama ini, ia  dan warga membuang sampah di tebing, di mana biasanya sampah dibuang jika tong sampah di huntara sudah penuh.

"Soalnya, di daerah ini sampai sekarang masih belum diangkut sampahnya. Dulu pernah, tapi sekarang udah tidak ada ada lagi," katanya.

Baca juga: FIB UI kembangkan digitalisasi Museum Puro Mangkunegaran Surakarta

Menurut Jamal, warga sangat tertolong dengan adanya hibah toren biogas itu dikarenakan permasalahan bau sampah dapat teratasi.

"Dan warga huntara memiliki kemampuan tambahan di dalam mengelola sampah organik dengan baik dan mendapat hasil berupa biogas yang dapat digunakan untuk memasak dan juga pupuk cair untuk tanaman di lahan Huntara," katanya.

Untuk itu, saat kini warga tidak perlu pakai gas elpiji lagi sehingga lebih hemat, yakni tinggal memasukkan sampah organik ke dalam alat tersebut dan menjadi biogas.

"Juga ada pupuk, biasanya pupuknya saya pakai untuk menyiram tanaman di depan rumah, ada cabai rawit, hasilnya bagus, subur tanamannya," kata Jamal.
 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019