Bogor, 2/2 (ANTARA) - Sebuah riset yang dilakukan ilmuwan Institut Pertanian Bogor menemukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) dapat bermanfaat untuk menghambat proses penuaan (anti-aging).

"Pada kulit bagian dalam buah manggis terdapat senyawa 'xanthone', yang merupakan bahan aktif yang bersifat anti-kanker dan anti-oksidan yang sangat tinggi, bahkan beberapa kali lipat melebihi kekuatan vitamin C dan E, di mana 'xanthone' juga mampu menghambat proses penuaan," kata Dr Ir Indah Yuliasih, peneliti Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB di Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Usai pemaparan mengenai "xanthone juice" di Kampus IPB Baranangsiang, kepada ANTARA ia mengemukakan bahwa "xanthone" adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai struktur cincin enam karbon dengan kerangka karbon rangkap.

"Turunan 'xanthone' berupa @-mangostin, merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada kulit manggis," katanya.

Ia menjelaskan bahwa "xanthone" dari kulit manggis itu menunjukkan bahwa pada buah tersebut, "limbah" berupa kulit tersebut dapat bermanfaat bagi kesehatan.

"Selama ini, buah manggis hanya diambil manfaat pada buahnya saja, padahal justru pada kulitnya bermanfaat dan punya nilai ekonomi yang lebih tinggi," katanya.

Menurut dia, di pasaran saat musim panen buah manggis seperti sekarang antara Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram.

"Padahal, bila diambil bagian dalam kulitnya yang mengandung 'xanthone', untuk ukuran 350 mililiter bisa mencapai Rp200 ribu," katanya dan menambahkan bahwa sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Malaysia dan Thailand secara ajeg kiriman ekspor dari Indonesia.

Pelaku bisnis di negara-negara tersebut, katanya, mengimpor buah manggis Indonesia dalam bentuk segar, namun sebenarnya yang "diincar" adalah justru kulit buah tersebut.

"Karena itulah kita sampaikan kepada khalayak luas bahwa kulit buah manggis ini, bila mampu diolah secara 'integrated' akan memberikan nilai tambah ekonomi yang jauh lebih tinggi, sehingga jangan hanya berorientasi impor buah segarnya saja," katanya.

Menurut data Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian yang dilansir akhir Desember 2011 (http://pphp.deptan.go.id/), berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor manggis yang lazim disebut "exotic fruit" untuk periode
Januari dan Februari 2010 mencapai 8.225 ton melejit 91 persen dibandingkan volume ekspor Januari-Februari 2009 yang hanya 4.285 ton.

Sementara nilainya melejit 120 persen dari 2.781.712 dolar AS di Januari-Februari 2010 menjadi 6.310.272 dolar AS.

Disebutkan bahwa kinerja ekspor manggis pada dua bulan pertama tahun 2011 mendekati realisasi ekspor sepanjang 2009 yang volumenya 9.987 ton dengan nilai 6.451.923 dolar AS.

Manggis yang diekspor umumnya berasal dari daerah penghasil utama di sentra produksi manggis, seperti Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Kampar, Purworejo, Belitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan
Banyuwangi.

Menurut Indah Yuliasih, cukup mudah untuk memanfaatkan kulit buah manggis bagi kemanfaatan kesehatan dimaksud, yakni membuatnya menjadi jus, dan kemudian dicampur dengan bahan herbal dan organik lainnya.

Untuk formulasi dalam bentuk sirup, rinciannya, kata dia, sumber "xanthone" dari filtrat kulit manggis, ditambah sumber pemanis dari madu atau gula, dengan pewarna alami ekstrak bunga rosela, sedangkan untuk "flavor" bisa dari buah-buahan seperti apel atau anggur.

"Pemanfaatan kulit buah manggis tersebut bisa dilakukan dalam skala rumah tangga hingga industri besar," katanya dan menambahkan bahwa pelaku usaha di Indonesia sudah ada yang memanfaatkannya dalam skala bisnis, namun dilakukan dengan pemasaran multi level marketing (MLM).

Dengan sistem MLM, kata dia, membuat produknya menjadi agak eksklusif sehingga produk-produknya masih sulit ditemui di pasaran umum.

Andi J   

Pewarta:

Editor : Budisantoso Budiman


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012