Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri memberikan apresiasi atas dibangunnya Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali.
"Saya mendukung dan memberikan apresiasi atas berdirinya Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha," kata I Gusti Ayu Mas Sumatri usai melakukan peresmian museum tersebut di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali, Selasa (13/11).
Ia mengatakan pihaknya mempunyai program untuk mewujudkan berdirinya 1.000 museum di Karangasem. Dan museum Sanghyang Dedari Giri Amertha ini merupakan museum yang keempat berdiri di Karangasem.
"Dalam waktu dekat juga akan berdiri museum-museum lainnya," ujarnya.
Baca juga: UI resmikan Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha di Bali
Museum tersebut lanjut bupati nantinya merupakan tempat pengetahuan bagi murid-murid sekolah agar lebih mengenal budaya dan asal usulnya serta untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, bersih dan bermartabat.
Menurut Bupati Tarian Sanghyang Dedari ini tidak didapatkan desa lainnya, jadi ini tarian tersebut semacam ciri khas atau ikon desa tersebut yang membedakan dengan desa lainnya di Karangasem.
Pemerintah katanya wajib menjaga agar jangan sampai tarian tersebut punah dan asal usulnya juga dipahami masyarakat setempat.
"Leluhur kita sudah menggariskan setiap desa mempunyai ikonnya sendiri," jelasnya.
Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI serta Masyarakat Adat Geriana Kauh meresmikan “Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha” di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali.
Baca juga: FKM UI bantu berdayakan kader dan perangkat desa dalam deteksi dini stunting di Bogor
"Di tengah dinamika globalisasi yang menjadikan sebagian wajah Bali sebagai kota metropolitan, kami memiliki kekhawatiran bahwa Tarian Sang Hyang Dedari akan terancam punah,” kata Pengabdi Utama FIB UI Saraswati Putri di Karangasem, Bali, Selasa.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang juga sekaligus meresmikan Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha tersebut.
Saraswati dan tim telah terjun langsung ke Desa Adat tersebut sejak tahun 2016, untuk memahami, berafeksi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
“Kami melihat bahwa masyarakat Desa Adat Geriana Kauh menyadari akan pentingnya melestarikan warisan budaya leluhur mereka," katanya.
Baca juga: FKG UI edukasi kaum lansia untuk pemakaian gigi tiruan
Untuk itu, kami menggagas pendirian museum ini sehingga dapat menopang keberadaan Tari Sang Hyang Dedari.
Usai peluncuran, Museum yang kami dirikan ini akan kami serahkan kepada masyarakat sehingga bangunan akan menjadi milik komunitas yang nantinya akan dijalankan untuk kepentingan warga desa.
"Kami mengarahkan warga adat setempat untuk dapat mempertahankan tradisi mereka sehingga ke depannya diharapkan Desa Adat Geriana Kauh dapat menjadi pusat ekowisata desa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Saya mendukung dan memberikan apresiasi atas berdirinya Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha," kata I Gusti Ayu Mas Sumatri usai melakukan peresmian museum tersebut di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali, Selasa (13/11).
Ia mengatakan pihaknya mempunyai program untuk mewujudkan berdirinya 1.000 museum di Karangasem. Dan museum Sanghyang Dedari Giri Amertha ini merupakan museum yang keempat berdiri di Karangasem.
"Dalam waktu dekat juga akan berdiri museum-museum lainnya," ujarnya.
Baca juga: UI resmikan Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha di Bali
Museum tersebut lanjut bupati nantinya merupakan tempat pengetahuan bagi murid-murid sekolah agar lebih mengenal budaya dan asal usulnya serta untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, bersih dan bermartabat.
Menurut Bupati Tarian Sanghyang Dedari ini tidak didapatkan desa lainnya, jadi ini tarian tersebut semacam ciri khas atau ikon desa tersebut yang membedakan dengan desa lainnya di Karangasem.
Pemerintah katanya wajib menjaga agar jangan sampai tarian tersebut punah dan asal usulnya juga dipahami masyarakat setempat.
"Leluhur kita sudah menggariskan setiap desa mempunyai ikonnya sendiri," jelasnya.
Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI serta Masyarakat Adat Geriana Kauh meresmikan “Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha” di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali.
Baca juga: FKM UI bantu berdayakan kader dan perangkat desa dalam deteksi dini stunting di Bogor
"Di tengah dinamika globalisasi yang menjadikan sebagian wajah Bali sebagai kota metropolitan, kami memiliki kekhawatiran bahwa Tarian Sang Hyang Dedari akan terancam punah,” kata Pengabdi Utama FIB UI Saraswati Putri di Karangasem, Bali, Selasa.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang juga sekaligus meresmikan Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha tersebut.
Saraswati dan tim telah terjun langsung ke Desa Adat tersebut sejak tahun 2016, untuk memahami, berafeksi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
“Kami melihat bahwa masyarakat Desa Adat Geriana Kauh menyadari akan pentingnya melestarikan warisan budaya leluhur mereka," katanya.
Baca juga: FKG UI edukasi kaum lansia untuk pemakaian gigi tiruan
Untuk itu, kami menggagas pendirian museum ini sehingga dapat menopang keberadaan Tari Sang Hyang Dedari.
Usai peluncuran, Museum yang kami dirikan ini akan kami serahkan kepada masyarakat sehingga bangunan akan menjadi milik komunitas yang nantinya akan dijalankan untuk kepentingan warga desa.
"Kami mengarahkan warga adat setempat untuk dapat mempertahankan tradisi mereka sehingga ke depannya diharapkan Desa Adat Geriana Kauh dapat menjadi pusat ekowisata desa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019