Palang Merah Indonesia (PMI) memanfaatkan media radio untuk membantu masyarakat korban bencana alam tsunami, likuifaksi dan gempa bumi di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu, Kabupaten Sigi, Parigi dan Donggala.
"Ide untuk memanfaatkan media radio dalam membantu masyarakat korban bencana ini karena pada saat terjadi bencana jaringan komunikasi hanya bisa dilakukan lewat radio, sehingga kami memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan media radio di daerah terdampak bencana untuk memberikan infomasi terkait penanggulangan bencana," kata Kepala Biro Humas PMI Pusat Aulia Ariani melalui sambungan telepon.
Menurutnya, kerja sama yang dilakukan lembaga kemanusiaan tersebut melalui kegiatan radio talk show yang diberi nama PMI Nolelei mulai dari masa tanggap darurat bencana pada 31 Oktober 2018 hingga saat ini (masa pemulihan).
Adapun tujuan dari kegiatan radio talk show ini adalah PMI sebagai lembaga yang ikut serta pada penanggulangan bencana tersebut menjembatani keinginan dari para korban.
Baca juga: JICA dan PMI menghibur anak korban bencana gempa dan tsunami Sulteng
Dia mengatakan saat mengudara pihaknya mengundang narasumber dari pemerintah daerah hingga pusat, lembaga kemanusiaan lokal hingga internasional serta pemangku amanah lainnya. Nantinya korban bencana bisa menyalurkan aspirasinya dan bertanya langsung kepada narasumber.
Dia mengatakan saat keadaan darurat tersebut sumber informasi terbatas, meskipun ada media sosial tetapi kebanyakan informasi simpang siur dan belum tentu kebenarannya.
Maka dari itu, pihaknya mencoba menggandeng media radio setempat untuk memberikan informasi yang akurat terkait kejadian bencana. Ternyata program yang digagasnya tersebut bisa dinilai efektif, sebab masyarakat terlibat langsung karena bisa terjalin komunikasi dua arah.
Bahkan, talk show ini juga membantu pamerintah maupun korban bencana perihal bantuan, karena masyarakat yang menelepon langsung ke narasumber itu bisa menyalurkan aspirasinya sehingga bantuan yang dikucurkan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya sesuai dengan keinginan masyarakat.
Selain masyarakat bisa menyalurkan keinginannya tersebut, katanya, pihaknya juga menyebarkan berbagai informasi penting lainnya khususnya seputar bantuan. Adapun tema yang diambil setiap talk show disesuaikan dengan isu yang terjadi di masyarakat seperti pengungsian.
Baca juga: PMI gelar khitanan massal untuk anak korban gempa di Sulteng
Untuk meningkatkan efektivitas programnya, PMI juga sudah menyalurkan sekitar seribu solar radio ke sejumlah pengungsian, sehingga saat acara talk show ini berlangsung masyarakat bisa mendengarkan dan tentunya bisa berkomunikasi langsung baik melalui telepon maupun pesan pendek.
Ternyata, kegiatan talk show yang sudah berlangsung 20 episode sangat efektif bahkan ada beberapa permintaan dari korban bencana yang langsung dikabulkan oleh narasumber yang berasal dari pemerintah.
"Dengan adanya talk show ini tentunya bisa membantu semua pihak yang ingin memberikan bantuan kepada korban bencana khususnya pada masa pemulihan ini. Namun yang terpenting adalah efektivitas bantuan yang diberikan agar sesuai dengan keinginan masyarakat tambahnya.
Ola sapaan Aulia Ariani menjelaskan talk show tersebut juga tidak hanya membahas sebatas bantuan, tetapi memberikan memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat.
Selain itu, dengan adanya acara ini isu hoaks yang kerap beredar di warga korban bencana bisa diminimalisasikan seperti akan terjadi bencana serupa yang lebih dahsyat.
Baca juga: PMI gelar kilas balik satu tahun peristiwa bencana Sulteng
Karena itu, katanya, pihaknya mengundang narasumber seperti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk memberikan penjelasan.
Pada program ini pun PMI selalu memberikan semangat kepada korban bencana agar bisa melalui musibah ini hingga kehidupan mereka kembali normal seperti sediakala.
Di sisi lain, talk show ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali di hari Rabu, namun pada masa pemulihan ini acara tersebut dilakukan dua minggu sekali dari pukul 08.00 WITA hingga 09.00 WITA.
Rencananya acara terus berlangsung hingga korban bencana khususnya yang berada di pengungsian sudah bisa membuat rumah sendiri, bekerja maupun berwirausaha untuk menghidupi keluarganya atau dengan kata lain kehidupan ekonomi dan sosialnya sudah kembali normal.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Ide untuk memanfaatkan media radio dalam membantu masyarakat korban bencana ini karena pada saat terjadi bencana jaringan komunikasi hanya bisa dilakukan lewat radio, sehingga kami memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan media radio di daerah terdampak bencana untuk memberikan infomasi terkait penanggulangan bencana," kata Kepala Biro Humas PMI Pusat Aulia Ariani melalui sambungan telepon.
Menurutnya, kerja sama yang dilakukan lembaga kemanusiaan tersebut melalui kegiatan radio talk show yang diberi nama PMI Nolelei mulai dari masa tanggap darurat bencana pada 31 Oktober 2018 hingga saat ini (masa pemulihan).
Adapun tujuan dari kegiatan radio talk show ini adalah PMI sebagai lembaga yang ikut serta pada penanggulangan bencana tersebut menjembatani keinginan dari para korban.
Baca juga: JICA dan PMI menghibur anak korban bencana gempa dan tsunami Sulteng
Dia mengatakan saat mengudara pihaknya mengundang narasumber dari pemerintah daerah hingga pusat, lembaga kemanusiaan lokal hingga internasional serta pemangku amanah lainnya. Nantinya korban bencana bisa menyalurkan aspirasinya dan bertanya langsung kepada narasumber.
Dia mengatakan saat keadaan darurat tersebut sumber informasi terbatas, meskipun ada media sosial tetapi kebanyakan informasi simpang siur dan belum tentu kebenarannya.
Maka dari itu, pihaknya mencoba menggandeng media radio setempat untuk memberikan informasi yang akurat terkait kejadian bencana. Ternyata program yang digagasnya tersebut bisa dinilai efektif, sebab masyarakat terlibat langsung karena bisa terjalin komunikasi dua arah.
Bahkan, talk show ini juga membantu pamerintah maupun korban bencana perihal bantuan, karena masyarakat yang menelepon langsung ke narasumber itu bisa menyalurkan aspirasinya sehingga bantuan yang dikucurkan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya sesuai dengan keinginan masyarakat.
Selain masyarakat bisa menyalurkan keinginannya tersebut, katanya, pihaknya juga menyebarkan berbagai informasi penting lainnya khususnya seputar bantuan. Adapun tema yang diambil setiap talk show disesuaikan dengan isu yang terjadi di masyarakat seperti pengungsian.
Baca juga: PMI gelar khitanan massal untuk anak korban gempa di Sulteng
Untuk meningkatkan efektivitas programnya, PMI juga sudah menyalurkan sekitar seribu solar radio ke sejumlah pengungsian, sehingga saat acara talk show ini berlangsung masyarakat bisa mendengarkan dan tentunya bisa berkomunikasi langsung baik melalui telepon maupun pesan pendek.
Ternyata, kegiatan talk show yang sudah berlangsung 20 episode sangat efektif bahkan ada beberapa permintaan dari korban bencana yang langsung dikabulkan oleh narasumber yang berasal dari pemerintah.
"Dengan adanya talk show ini tentunya bisa membantu semua pihak yang ingin memberikan bantuan kepada korban bencana khususnya pada masa pemulihan ini. Namun yang terpenting adalah efektivitas bantuan yang diberikan agar sesuai dengan keinginan masyarakat tambahnya.
Ola sapaan Aulia Ariani menjelaskan talk show tersebut juga tidak hanya membahas sebatas bantuan, tetapi memberikan memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat.
Selain itu, dengan adanya acara ini isu hoaks yang kerap beredar di warga korban bencana bisa diminimalisasikan seperti akan terjadi bencana serupa yang lebih dahsyat.
Baca juga: PMI gelar kilas balik satu tahun peristiwa bencana Sulteng
Karena itu, katanya, pihaknya mengundang narasumber seperti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk memberikan penjelasan.
Pada program ini pun PMI selalu memberikan semangat kepada korban bencana agar bisa melalui musibah ini hingga kehidupan mereka kembali normal seperti sediakala.
Di sisi lain, talk show ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali di hari Rabu, namun pada masa pemulihan ini acara tersebut dilakukan dua minggu sekali dari pukul 08.00 WITA hingga 09.00 WITA.
Rencananya acara terus berlangsung hingga korban bencana khususnya yang berada di pengungsian sudah bisa membuat rumah sendiri, bekerja maupun berwirausaha untuk menghidupi keluarganya atau dengan kata lain kehidupan ekonomi dan sosialnya sudah kembali normal.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019