Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui, Stasiun Meteorologi Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyampaikan bahwa Kamis (10/10) merupakan hari tanpa bayangan.
Hari tanpa bayangan adalah hari dimana pada pertengahan hari tersebut jika kita berdiri dalam posisi tegak lurus maka bayangan kita akan menutupi badan kita secara sempurna.
"Dalam astronomi kondisi ini disebut dengan kulminasi," kata Kepala Stasiun Meteorologi Citeko Asep Firman Ilahi kepada Antara, Rabu.
Baca juga: Ini penjelasan BMKG soal fenomena hujan di Bogor saat musim kemarau
Menurut dia, fenomena bernama kulminasi ini terjadi sebanyak dua kali dalam setahun. Tahun ini berlangsung pada 22 Maret dan 10 Oktober.
Masing-masing wilayah akan mengalaminya secara bergantian dalam hitungan menit. Khusus di wilayah Bogor, hari tanpa bayangan 10 Oktober berlangsung pada pukul 11:39:54 WIB.
Asep mengatakan, kulminasi adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.
Baca juga: BMKG deteksi tujuh titik panas di Jabar
Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Hari tanpa bayangan disebabkan karena bentuk lintasan bumi mengelilingi matahari yang tidak bulat, melainkan berbentuk elips dengan posisi matahari berada di tengahnya.
Selain itu pada saat mengelilingi matahari, bumi berputar seperti gasing dengan gerak semu matahari 23,5 derajat utara dan selatan. Sehingga seolah-olah matahari berada di utara dan kembali ke selatan.
"Fenomena kulminasi identik dengan masa transisi atau pancaroba. Dalam fase ini, ketika matahari bergulir ke selatan maka di belahan bumi selatan akan mengalami kenaikan suhu permukaan laut dan ditandai dengan musim hujan di selatan. Begitu juga sebaliknya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Hari tanpa bayangan adalah hari dimana pada pertengahan hari tersebut jika kita berdiri dalam posisi tegak lurus maka bayangan kita akan menutupi badan kita secara sempurna.
"Dalam astronomi kondisi ini disebut dengan kulminasi," kata Kepala Stasiun Meteorologi Citeko Asep Firman Ilahi kepada Antara, Rabu.
Baca juga: Ini penjelasan BMKG soal fenomena hujan di Bogor saat musim kemarau
Menurut dia, fenomena bernama kulminasi ini terjadi sebanyak dua kali dalam setahun. Tahun ini berlangsung pada 22 Maret dan 10 Oktober.
Masing-masing wilayah akan mengalaminya secara bergantian dalam hitungan menit. Khusus di wilayah Bogor, hari tanpa bayangan 10 Oktober berlangsung pada pukul 11:39:54 WIB.
Asep mengatakan, kulminasi adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.
Baca juga: BMKG deteksi tujuh titik panas di Jabar
Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Hari tanpa bayangan disebabkan karena bentuk lintasan bumi mengelilingi matahari yang tidak bulat, melainkan berbentuk elips dengan posisi matahari berada di tengahnya.
Selain itu pada saat mengelilingi matahari, bumi berputar seperti gasing dengan gerak semu matahari 23,5 derajat utara dan selatan. Sehingga seolah-olah matahari berada di utara dan kembali ke selatan.
"Fenomena kulminasi identik dengan masa transisi atau pancaroba. Dalam fase ini, ketika matahari bergulir ke selatan maka di belahan bumi selatan akan mengalami kenaikan suhu permukaan laut dan ditandai dengan musim hujan di selatan. Begitu juga sebaliknya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019