Pencurian kerang hijau (Perna viridis) di perairan Teluk Jakarta terutama di Pantai Ancol menjadi tantangan dalam upaya restorasi kerang hijau yang digalakkan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol.
"Kebanyakan yang datang mengambil kerang itu pengunjung juga, mereka masuk dengan cara membayar, pulang-pulang sudah bawa kerang empat sampai lima kilo," kata Kepala Regu Nelayan Wisata Pantai Ancol
Warsono (55) di Jakarta Utara, Minggu.
Warsono menyebutkan, mereka yang ketahuan mengambil kerang hijau dari Pantai Ancol kebanyakan warga luar Ancol. Mereka memanfaatkan tiket murah bagi pengunjung pagi jam 05.00 sampai dengan 06.00 WIB sebesar Rp5.000 per orang.
Selain itu pencurian juga marak terjadi pada tengah malam hingga pagi, yakni antara pukul 00.00 sampai jam 05.00 WIB.
"Pernah ada yang bawa dua sampai tiga karung," katanya.
Baca juga: Ancol menjadi kawasan restorasi Kerang Hijau pertama di Indonesia
Satu karung seberat 25 kilogram penuh terisi oleh kerang hijau yang diambil di pinggiran Pantai Ancol. Pengambil kerang hijau tersebut untuk dijual lagi kepada penjual kerang keliling seharga Rp11 ribu per kilogram.
Menurut Warsono, mengambil kerang di tepian Pantai Ancol lebih mudah dibandingkan di luar reklamasi, karena airnya dangkal dan banyak kerang ditemukan di bebatuan.
Tapi, lanjut pria asal Indramayu tersebut, sejak ada penelitian tentang kualitas kerang hijau di Teluk Jakarta yang mengandung logam berat, PT Pembangunan Jaya Ancol telah melarang warga maupun pengunjung untuk melakukan pengambilan kerang hijau di laut Ancol.
"Sudah ada larangan dikeluarkan oleh manajemen, kalau mau ambil kerang silahkan di luar laut Ancol, setelah reklamasi boleh, tapi tidak untuk dikonsumsi," akta Warsono.
Baca juga: Mahasiswa IPB Sulap limbah cangkang kerang dan keong untuk patah tulang dan sakit gigi
Hasil penelitian pakar kelautan dan perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa tahun lalu menunjukkan, air laut Teluk Jakarta mengandung silika berat, 52.156 ton, fosfat 6.1741 ton dan nitrogen 21.260 ton. Di kerang hijau yang hidup di Teluk Jakarta ditemukan logam berat seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr) dan timah (Sn).
"Kerang hijau di Teluk Jakarta tidak layak dikonsumsi, ini berdasarkan hasil penelitian pakar IPB yang menemukan kandungan logam berat pada kerang hijau di Teluk Jakarta," kata Manajer Konservasi PT Pembangunan Jaya Ancol Yus Anggoro Saputra.
Menurut Yus, kerang hijau merupakan filter feeder atau filter alami dari perairan laut yang dapat memperbaiki kualitas air, sementara kualitas air laut Jakarta sudah tercemar sedemikian rupa.
Baca juga: Peneliti IPB Manfaatkan Kerang Hijau sebagai Alternatif Bahan Baku Pakan Ikan
Dari hasil uji coba yang dilakukan Ancol, satu kilogram kerang mampu menjernihkan 10 liter air laut yang keruh dalam waktu satu jam.
Ancol sejak 2018 telah memulai program restorasi kerang hijau untuk memulihkan kembali kualitas perairan Teluk Jakarta, khususnya Pantai Ancol dengan introduksi kerang hijau.
"Mungkin setelah air laut Jakarta jernih baru kita bisa pertimbangkan konsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta," kata Yus.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Kebanyakan yang datang mengambil kerang itu pengunjung juga, mereka masuk dengan cara membayar, pulang-pulang sudah bawa kerang empat sampai lima kilo," kata Kepala Regu Nelayan Wisata Pantai Ancol
Warsono (55) di Jakarta Utara, Minggu.
Warsono menyebutkan, mereka yang ketahuan mengambil kerang hijau dari Pantai Ancol kebanyakan warga luar Ancol. Mereka memanfaatkan tiket murah bagi pengunjung pagi jam 05.00 sampai dengan 06.00 WIB sebesar Rp5.000 per orang.
Selain itu pencurian juga marak terjadi pada tengah malam hingga pagi, yakni antara pukul 00.00 sampai jam 05.00 WIB.
"Pernah ada yang bawa dua sampai tiga karung," katanya.
Baca juga: Ancol menjadi kawasan restorasi Kerang Hijau pertama di Indonesia
Satu karung seberat 25 kilogram penuh terisi oleh kerang hijau yang diambil di pinggiran Pantai Ancol. Pengambil kerang hijau tersebut untuk dijual lagi kepada penjual kerang keliling seharga Rp11 ribu per kilogram.
Menurut Warsono, mengambil kerang di tepian Pantai Ancol lebih mudah dibandingkan di luar reklamasi, karena airnya dangkal dan banyak kerang ditemukan di bebatuan.
Tapi, lanjut pria asal Indramayu tersebut, sejak ada penelitian tentang kualitas kerang hijau di Teluk Jakarta yang mengandung logam berat, PT Pembangunan Jaya Ancol telah melarang warga maupun pengunjung untuk melakukan pengambilan kerang hijau di laut Ancol.
"Sudah ada larangan dikeluarkan oleh manajemen, kalau mau ambil kerang silahkan di luar laut Ancol, setelah reklamasi boleh, tapi tidak untuk dikonsumsi," akta Warsono.
Baca juga: Mahasiswa IPB Sulap limbah cangkang kerang dan keong untuk patah tulang dan sakit gigi
Hasil penelitian pakar kelautan dan perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa tahun lalu menunjukkan, air laut Teluk Jakarta mengandung silika berat, 52.156 ton, fosfat 6.1741 ton dan nitrogen 21.260 ton. Di kerang hijau yang hidup di Teluk Jakarta ditemukan logam berat seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr) dan timah (Sn).
"Kerang hijau di Teluk Jakarta tidak layak dikonsumsi, ini berdasarkan hasil penelitian pakar IPB yang menemukan kandungan logam berat pada kerang hijau di Teluk Jakarta," kata Manajer Konservasi PT Pembangunan Jaya Ancol Yus Anggoro Saputra.
Menurut Yus, kerang hijau merupakan filter feeder atau filter alami dari perairan laut yang dapat memperbaiki kualitas air, sementara kualitas air laut Jakarta sudah tercemar sedemikian rupa.
Baca juga: Peneliti IPB Manfaatkan Kerang Hijau sebagai Alternatif Bahan Baku Pakan Ikan
Dari hasil uji coba yang dilakukan Ancol, satu kilogram kerang mampu menjernihkan 10 liter air laut yang keruh dalam waktu satu jam.
Ancol sejak 2018 telah memulai program restorasi kerang hijau untuk memulihkan kembali kualitas perairan Teluk Jakarta, khususnya Pantai Ancol dengan introduksi kerang hijau.
"Mungkin setelah air laut Jakarta jernih baru kita bisa pertimbangkan konsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta," kata Yus.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019