Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Depok, KH. Yusron Ash-Shidqi berharap agar para lulusan dari Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur'an (STKQ) Al-Hikam yang juga hafidz Al-Qur'an bisa mengamalkan ilmunya di masyarakat dan mampu mendirikan serta menjadi Pimpinan Pondok Pesantren di kemudian hari.
"Jadi, mereka tidak hanya bisa mengaji dan mengajar saja.Tapi, mampu terjun di tengah-tengah masyarakat, memiliki kemampuan manajerial, leadership, daya juang serta dakwah di masyarakat," kata Yusron seusai Rapat Senat Terbuka Wisuda STKQ Al-Hikam Angkatan IV di Depok, Minggu.
Baca juga: Depok sedang gencar sosialisasikan gerakan "Maghrib Mengaji"
Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur'an (STKQ) Al-Hikam Depok menggelar acara wisuda, setelah para siswanya mengabdi selama setahun di daerah terpencil dan tertinggal di daerah perbatasan nusantara, para mahasiswa yang hafal Al-Qur'an 30 juz tersebut berhasil menyelesaikan masa studinya.
Menurutnya, sebagai seorang Hafidz tidak hanya mampu membacanya kembali denqan baik. Mereka juga dituntut untuk terus meningkatkan kualitas diri, mampu menjawab tantangan zaman dan menjadi solusi bagi masyarakat.
Ia menambahkan, dengan dikirim ke daerah terpencil mengabdi di Pondok Pesantren akan mendapatkan banyak pengalaman berharga.
Baca juga: Wali Kota Depok ajak umat beragama saling jaga toleransi
Baca juga: Kampung KB Depok dibentuk untuk ketahanan keluarga
Karena, lanjut dia keberadaan Pesantren tidak serta merta langsung menjadi besar. Namun, melalui rintisan dan tahapan yang berliku serta panjang.
"Pesantren itu tidak langsung besar tapi melalui proses dan tahapan yang panjang. Berkembangnya pribadi atau institusi dengan baik, itu dimulai dengan niatan baik dan fasenya yang baik," ujar putra sulung alm. KH. Hasyim Muzadi ini.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Modern Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal mengaku keberadaan Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam. Untuk itu, lanjutnya adanya kajian dalam lembaga tersebut seperti ilmu agama Islam, Iptek dan lainnya.
"Tentunya, dalam Pondok Pesantren diajarkan kemandirian, adanya santri dan kiyai. Adanya ruh Pesantren," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Jadi, mereka tidak hanya bisa mengaji dan mengajar saja.Tapi, mampu terjun di tengah-tengah masyarakat, memiliki kemampuan manajerial, leadership, daya juang serta dakwah di masyarakat," kata Yusron seusai Rapat Senat Terbuka Wisuda STKQ Al-Hikam Angkatan IV di Depok, Minggu.
Baca juga: Depok sedang gencar sosialisasikan gerakan "Maghrib Mengaji"
Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur'an (STKQ) Al-Hikam Depok menggelar acara wisuda, setelah para siswanya mengabdi selama setahun di daerah terpencil dan tertinggal di daerah perbatasan nusantara, para mahasiswa yang hafal Al-Qur'an 30 juz tersebut berhasil menyelesaikan masa studinya.
Menurutnya, sebagai seorang Hafidz tidak hanya mampu membacanya kembali denqan baik. Mereka juga dituntut untuk terus meningkatkan kualitas diri, mampu menjawab tantangan zaman dan menjadi solusi bagi masyarakat.
Ia menambahkan, dengan dikirim ke daerah terpencil mengabdi di Pondok Pesantren akan mendapatkan banyak pengalaman berharga.
Baca juga: Wali Kota Depok ajak umat beragama saling jaga toleransi
Baca juga: Kampung KB Depok dibentuk untuk ketahanan keluarga
Karena, lanjut dia keberadaan Pesantren tidak serta merta langsung menjadi besar. Namun, melalui rintisan dan tahapan yang berliku serta panjang.
"Pesantren itu tidak langsung besar tapi melalui proses dan tahapan yang panjang. Berkembangnya pribadi atau institusi dengan baik, itu dimulai dengan niatan baik dan fasenya yang baik," ujar putra sulung alm. KH. Hasyim Muzadi ini.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Modern Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal mengaku keberadaan Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam. Untuk itu, lanjutnya adanya kajian dalam lembaga tersebut seperti ilmu agama Islam, Iptek dan lainnya.
"Tentunya, dalam Pondok Pesantren diajarkan kemandirian, adanya santri dan kiyai. Adanya ruh Pesantren," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019