Jakarta, 7/1 (ANTARA) - Ketua Umum Majelis Nasional Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia Jaya Santoso mengemukakan bahwa pengurus serikat pekerja berpeluang untuk mengikuti pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional sebagai tahapan menjadi pemimpin bangsa di masa depan.

"Peluang itu hendaknya bisa direspons sebagai bagian dari penguatan kapasitas aktivis serikat pekerja untuk mengisi peluang menjadi pimpinan di berbagai bidang bersama dengan komponen lain," katanya pada rapat tahunan Majelis Nasional Aspek Indonesia di Gedung PT Pos Indonesia, Jakarta, Sabtu sore.

Berbicara di depan pengurus DPP Aspek Indonesia dan puluhan serikat pekerja afilisasi, serta Direktur UNI Global Union Asia Pasifik Dr Kun Wardana Abiyoto, ia menegaskan bahwa dengan peluang semacam itu, hendaknya pegiat serikat buruh/pekerja hendaknya bisa terus meningkatkan kapasitas di berbagai bidang.

Menurut dia, Lemhannas adalah sarana pendidikan dan latihan tertinggi di Indonesia yang menjadi wahana untuk mengisi posisi kepemimpinan masa depan bangsa.

"Dengan adanya unsur dari serikat pekerja yang masuk dalam Lemhannas, maka isu-isu untuk memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan juga lebih terbuka untuk diwujudkan," kata Jaya Santoso, yang baru saja lulus pendidikan reguler Lemhannas dan menjadi salah satu lulusan terbaik dengan mengusung tema keterkaitan jaminan sosial dengan ketahanan nasional itu.

Atas prestasi selama pendidikan Lemhannas itu, ia mendapat beasiswa dari Universitas Gadjah Mada untuk program strata 2 (master) hingga strata 3 (doktor).

Aktivis yang juga Ketua Umum Serikat Pekerja Pos Indonesia (SPPI) itu menambahkan bahwa pada 2012, selain memperjuangkan kesejahteraan dengan aksi dan advokasi, dirinya memberikan saran bahwa yang juga perlu dibangun adalah gerakan berbasis komunikasi.

"Gerakan aksi memang tetap perlu, namun kita juga sudah perlu untuk membangun gerakan komunikasi, karena tantangannya juga kian beragam," katanya.

Sementara itu, Presiden DPP Aspek Indonesia Muhammad Hakim dalam kesempatan itu menyatakan bahwa parameter standar suatu negara maju atau tidak, adalah terwujud dan diaplikasikannya sistem jaminan sosial nasional (SJSN).

Karena itu, konsep perjuangan yang perlu disempurnakan adalah berupa kemitraan sosial, upah dan pengupahan, perjanjian kerja bersama (PKB), SJSN dan negara kesejahteraan, serta solusi "free trade" dan integrasi ekonomi.

"Itulah konsep gerakan pekerja/buruh ke depan yang harus kita suarakan," katanya.

    
                           Penghargaan

Sementara itu, Direktur UNI Global Union Asia Pasifik Kun Wardana Abiyoto dalam kesempatan itu menyatakan bahwa atas prestasinya, Aspek Indonesia mendapatkan penghargaan internasional.

"Aspek Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang mendapat 'Uni Global Award Breaking Through'," katanya.

Menurut dia, apresiasi penghargaan yang diberikan kepada Aspek Indonesia, yang merupakan anggota dari UNI Global Union Asia Pasifik yang beranggotakan 900 serikat pekerja di 152 negara itu tidak lepas dari kerja keras semua pihak.

"Prinsipnya adalah kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas yang dilakukan semua pihak terkait di Aspek Indonesia dan serikat pekerja afiliasinya," katanya.

Sekjen DPP Aspek Indonesia Muhammad Rusdi menambahkan, hingga awal 2012 berdasarkan verifikasi yang dilakukan, keanggotaan asosiasi itu mencapai 71 ribu orang.

Keanggotaan tersebut berasal dari sebanyak 61 serikat pekerja afiliasi Aspek Indonesia dari berbagai sektor, di antaranya komersial, telekomunikasi, media massa, pos dan logistik, grafika.

Selain itu, dari sektor keuangan, multisektor, farmasi dan kesehatan.
 

Pewarta:

Editor : Budisantoso Budiman


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012