Oleh Andi Jauhari



Bogor, 9/9 (Antara) - Kepala Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IPB Rudi Heryanto, S.Si, M.Si mengemukakan pihaknya sedang mengembangkan Sistem Informasi Indonesia Jamu Herb (SIIJAH) yang akan menjadi pusat data ramuan-ramuan jamu dari berbagai daerah di Tanah Air.

"Sementara ini, sistem SIIJAH yang berbasis `website` masih dikembangkan secara internal untuk disiapkan lebih optimal," katanya kepada Antara di Bogor, Jawa Barat, Senin.

Disela-sela lokakarya "Jamu Informatics" dalam rangkaian Dies Natalis IPB ke-50 dan Dies Natalis Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB ke-15, ia menjelaskan bahwa melalui sistem tersebut, pihaknya juga memperluas basis penelitian mengenai jamu, yang selama ini lebih dikenal hanya dalam ranah farmasi saja.

Menurut dia, dalam sistem SIIJAH itu, bidang keilmuan yang terlibat kini menjadi lebih luas, yakni dengan masuknya ilmu statistik serta ilmu komputer.

Ia menjelaskan bahwa dengan kolaborasi dengan ilmu tambahan itu, maka PSB terus mengembangkan ide baru bagaimana formula jamu yang berbasis tumbuhan herbal di Indonesia dengan standar-standar ilmu pengetahuan dan teknologi yang ilmiah.

Melalui pengembangan sistem dimaksud, kata Rudi Heryanto yang juga staf pengajar Departemen Kimia FMIPA IPB, maka penelitian ditujukan untuk semaksimal mungkin bisa mengumpulkan data mengenai khasiat jamu yang ada di masyarakat.

Dikemukakannya bahwa dengan bantuan ilmu statistik dan komputer, maka bisa dibuat sebuah model yang juga membantu dan memudahkan untuk menemukan formula khasiat jamu.

Ia memberi contoh, dalam penelitian untuk menemukan jamu dengan khasiat anti-diabetes, bisa digali dari puluhan tumbuhan herbal yang punya khasiat untuk penyakit tersebut.

"Nah, dengan bantuan ilmu statistik dan komputer itu, maka sekian banyak formula yang ada kemudian bisa diketahui dari formula mana yang punya khasiat paling baik," katanya.

Pada lokakarya tersebut, kata dia, diundang pemangku kepentingan terkait, seperti dari Litbangkes Kementerian Kesehatan, pelaku industri jamu, BPPT, Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Kementerian Pertanian, perguruan tinggi, dan lainnya.

Pihaknya berharap dengan kegiatan tersebut, akan semakin banyak masukan dari pemangku kepentingan sehingga jamu sebagai produk obat berbasis lokal dan herbal akan semakin dapat berkembang dengan baik, dengan dilandasi basis ilmiah dan keilmuan.

"Bila jamu lokal ini bisa dikembangkan semakin baik, maka jika terjadi krisis ekonomi atas terapresiasinya mata uang kita terhadap mata uang asing, maka masyarakat tetap bisa mendapatkan obat dari jamu ini, yang tentu harganya tidak semahal obat yang diimpor," katanya.

Pewarta: Oleh Andi Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013