Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan keterlibatan pemerintah, swasta, masyarakat, dan generasi muda dalam mengelola sumber daya air.
"Keterlibatan yang besar dari pemerintah, swasta, masyarakat dan anak muda sangat diperlukan. Generasi muda bahkan diharapkan bisa mempengaruhi bagaimana kita bertindak ke arah yang benar," kata UN Resident Coordinator (UNRC) Indonesia Anita Nirody dalam seminar mengenai Hari Air Sedunia 2019 di Kampus UI Depok, Senin.
Ia mengatakan keterlibatan semua pihak termasuk geberasi muda diharapkan untuk bisa ikut ambil bagian dalam pengelolaan air sesuai mandatnya sebagai hak manusia.
President of Indonesia Global Compact Network (IGCN) YW Junardy, dalam kesempatan yang sama, menegaskan akses air bersih dan sanitasi baik bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk akademisi.
Hal itu penting dipahami lantaran air mencakup semua tujuan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
"Kita harus bekerja bersama karena kemitraan ini kunci suksesnya," katanya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Edy Juharsyah mengatakan rasio kapasitas tampung air dengan jumlah penduduk Indonesia masih rendah.
Dengan rasio sebesar 50 meter kubik perkapita per tahun, Indonesia disebutnya baru setingkat di atas Ethiopia yang rasio kapasitas tampung airnya sebesar 38 meter kubik perkapita per tahun.
"Akses air terus meningkat sehingga pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Butuh universitas, LSM, komunitas untuk bersama mengelola sumber daya air ini," katanya.
Indonesia, lanjut Edy, juga perlu mengakselerasi rasio kapasitas tampung air agar bisa mencapai 120 meter kubik perkapita per tahun.
"2019 ini rasionya mencapai 67 meter kubik perkapita per tahun. Maka kita butuh akselerasi, terobosan, karena tidak bisa lagi menggunakan bisnis biasa, butuh teknologi untuk penyediaan air bersih di masa depan," pungkas Edy.
Dalam seminar tersebut, diluncurkan pula "The UN World Water Development Report 2019".
(ANT-BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Keterlibatan yang besar dari pemerintah, swasta, masyarakat dan anak muda sangat diperlukan. Generasi muda bahkan diharapkan bisa mempengaruhi bagaimana kita bertindak ke arah yang benar," kata UN Resident Coordinator (UNRC) Indonesia Anita Nirody dalam seminar mengenai Hari Air Sedunia 2019 di Kampus UI Depok, Senin.
Ia mengatakan keterlibatan semua pihak termasuk geberasi muda diharapkan untuk bisa ikut ambil bagian dalam pengelolaan air sesuai mandatnya sebagai hak manusia.
President of Indonesia Global Compact Network (IGCN) YW Junardy, dalam kesempatan yang sama, menegaskan akses air bersih dan sanitasi baik bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk akademisi.
Hal itu penting dipahami lantaran air mencakup semua tujuan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
"Kita harus bekerja bersama karena kemitraan ini kunci suksesnya," katanya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Edy Juharsyah mengatakan rasio kapasitas tampung air dengan jumlah penduduk Indonesia masih rendah.
Dengan rasio sebesar 50 meter kubik perkapita per tahun, Indonesia disebutnya baru setingkat di atas Ethiopia yang rasio kapasitas tampung airnya sebesar 38 meter kubik perkapita per tahun.
"Akses air terus meningkat sehingga pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Butuh universitas, LSM, komunitas untuk bersama mengelola sumber daya air ini," katanya.
Indonesia, lanjut Edy, juga perlu mengakselerasi rasio kapasitas tampung air agar bisa mencapai 120 meter kubik perkapita per tahun.
"2019 ini rasionya mencapai 67 meter kubik perkapita per tahun. Maka kita butuh akselerasi, terobosan, karena tidak bisa lagi menggunakan bisnis biasa, butuh teknologi untuk penyediaan air bersih di masa depan," pungkas Edy.
Dalam seminar tersebut, diluncurkan pula "The UN World Water Development Report 2019".
(ANT-BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019