Sukabumi (Antara) - Pesta kembang api pada malam takbiran yang ledakannya terdengar sampai wilayah konservasi ternyata memengaruhi satwa liar yang dilindungi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kata aktivis Volunteer Panthera, Ligar Sonagar.

Akibat ledakan tersebut satwa-satwa yang menghuni TNGGP menjadi stres, walau tidak menyebabkan kematian tetapi bisa mengganggu habitat satwa liar seperti perkembangbiakannya dan mengancam kelangsungan hidup satwa-satwa yang ada di Gunung Gede dan Pangrango, katanya di Sukabumi, Jumat.

"Maka dari itu kami meminta pihak kepolisian untuk mengkaji ulang pesta kembang api dan melarang untuk digunakan di lokasi-lokasi dekat dengan hutan atau taman nasional," katanya.

Menurut Ligar, selain mengancam kelangsungan hidup satwa liar yang berada di TNGGP ledakan kembang api tersebut juga dikhawatirkan menyambar pohon kering yang bisa menyebabkan kebakaran hutan.

Karena itu, para aktivis meminta Balai Besar TNGGP untuk memperketat izin wisatawan yang datang ke lokasi wisata seperti Pondok Halimun di Desa Sudajaya Girang Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.

Satwa liar dilindungi di TNGGP antara lain, Elang Jawa, macan tutul/kumbang, Owa Jawa dan lain-lain.

Menurut dia, akibat adanya pesta kembang api dengan disertai suara letusan petasan di udara, sejumlah pengunjung di kawasan yang masih alami merasa terganggu. Bahkan beberapa orang di antaranya merasa ketakutan dengan suara-suara ledakan yang memekakkan telinga.

"Seharusnya kawasan taman nasional terbebas dari acara atau pesta kembang api seperti itu, karena kawasan ini adalah untuk istirahat dengan merasakan suara-suara satwa liar. Jika ada pesta kembang api maka tidak hanya satwa liar yang terganggu tapi pengunjung yang mengharapkan keheningan," kata Ligar.

Pewarta: Oleh Aditya A Rohman

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013