Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Doni Monardo melakukan kampanye program 'Gosong' di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), untuk mencegah terjadinya bencana alam di Indonesia.
"Kita harus mulai mengampanyekan 'Gosong' Global Warming Bukan Omong Kosong dalam penanggulangan bencana di Indonesia," kata Doni Monardo saat memberikan Kuliah Umum di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/3/2019).
Ia menjelaskan, bencana alam itu bersumber dari manusia dan alam. Tapi bencana yang diakibatkan dari manusia lebih besar dari alam.
"Perambahan hutan dan sampah plastik menjadi bagian utama terjadinya bencana alam," ujarnya lagi.
Doni juga memberikan contoh hutan di Gunung Wayang Jawa Barat habis diganti dengan tanaman kentang. Makanya sering terjadi bencana, karena itu tempat yang rawan bencana.
Selain itu sampah plastik yang banyak di Sungai Citarum, juga bencana banjir di Bandung, Jawa Barat.
"Bencana alam yang terjadi di Santani, Jaya Pura juga bersumber dari manusia karena perambahan hutan," katanya.
Karena itu ia mengajak masyarakat, pengusaha, akademisi, komunitas, dan media berkolaborasi dan berkoordinasi untuk pencegahan bencana di Indonesia itu.
"Kalau semua eleman ini berkolaborasi dan koordinasi dengan baik, maka pencegahan bencana bisa dilakukan sejak dini," ujarnya pula.
Penyumbang sampah terbesar nomor dua
Doni Monardo mengaku sepakat dengan pernyataan Rektor IPB, Dr Arif Satria yang terus berkolaborasi untuk mewujudkan akademisi yang peduli dengan alam.
"Gema upaya penyelamatan bumi dari kerusakan akibat sampah plastik terus bergaung. Yang paling sederhana bisa kita lakukan adalah dengan membenahi perilaku dalam menggunakan plastik," kata Doni lagi.
Doni, panggilan akrab Kepala BNPB tersebut juga langsung memberikan contoh membawa tumbler untuk mengurangi sampah plastik saat memberikan kuliah umum di IPB.
Ia melihat fakta di lapangan bahwa sampah plastik Indonesia adalah satu penyumbang sampah terbesar nomor dua di dunia. Hal inilah yang mengusik Doni.
Perwira TNI berpangkat Letjen ini berpendapat pula bahwa kalau kita setiap hari menggunakan tumbler, maka otomatis limbah plastik berkurang.
"Dengan upaya sederhana itu juga, limbah plastik yang sampai ke laut pun akan berkurang. Pernah membaca berita perut ikan paus yang penuh sampah plastik, dan penyu terjerat plastik kan?. Berita ini memang membuat kita miris," katanya.
Tidak cukup jargon, perihal membawa tumbler memang terlihat sederhana. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa satu orang saja yang berpikiran dan mempraktekkan hal ini, maka dampak yang dia buat sudah signifikan.
Sebab, ketika menggunakan tumbler, maka bisa berpotensi menolak penggunaan plastik sekali pakai.
Selanjutnya ia mengharapkan dan akan membangun budaya enggan menggunakan plastik, minimal pada level individu.
Budaya seperti penggunaan tumbler inilah yang harus dibangun sejak dini. Semangat kepedulian lingkungan sepatutnya sudah menjadi kebiasaan.
"Jangan sampai ketika ada bencana karena ketidakseimbangan lingkungan, khususnya sampah plastik kita baru sadar dan menyesal," katanya lagi.
Pada bagian lain Doni juga melihat bahwa saat ini banyak orang yang setuju dengan jargon-jargon untuk menjaga lingkungan, namun baginya, itu belum cukup.
Tapi apakah (setuju dengan jargon) itu selaras dengan tingkah lakunya?, Belum tentu. Membangun kebudayaan peduli lingkungan harus di level praktik.
"Praktik yang paling sederhana ya, kita cukup bawa tumbler ke mana saja, setidaknya kita tidak perlu membeli air dalam kemasan plastik lagi," katanya mencontohkan.
Pada kesempatan yang sama, pihak IPB juga melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan BPNB, Universitas Majalengka, Univeraitas Kuningan, Politeknik Negeri Jember, dan Pramuka Kuwartir Daerah (Kwarda) Jawa Barat untuk strategi pencegahan dan penanganan bencana di Indonesia melalui dunia pendidikan.
"Mari kita jaga alam, alam akan jaga kita," ajaknya Doni Monardo.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Kita harus mulai mengampanyekan 'Gosong' Global Warming Bukan Omong Kosong dalam penanggulangan bencana di Indonesia," kata Doni Monardo saat memberikan Kuliah Umum di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/3/2019).
Ia menjelaskan, bencana alam itu bersumber dari manusia dan alam. Tapi bencana yang diakibatkan dari manusia lebih besar dari alam.
"Perambahan hutan dan sampah plastik menjadi bagian utama terjadinya bencana alam," ujarnya lagi.
Doni juga memberikan contoh hutan di Gunung Wayang Jawa Barat habis diganti dengan tanaman kentang. Makanya sering terjadi bencana, karena itu tempat yang rawan bencana.
Selain itu sampah plastik yang banyak di Sungai Citarum, juga bencana banjir di Bandung, Jawa Barat.
"Bencana alam yang terjadi di Santani, Jaya Pura juga bersumber dari manusia karena perambahan hutan," katanya.
Karena itu ia mengajak masyarakat, pengusaha, akademisi, komunitas, dan media berkolaborasi dan berkoordinasi untuk pencegahan bencana di Indonesia itu.
"Kalau semua eleman ini berkolaborasi dan koordinasi dengan baik, maka pencegahan bencana bisa dilakukan sejak dini," ujarnya pula.
Penyumbang sampah terbesar nomor dua
Doni Monardo mengaku sepakat dengan pernyataan Rektor IPB, Dr Arif Satria yang terus berkolaborasi untuk mewujudkan akademisi yang peduli dengan alam.
"Gema upaya penyelamatan bumi dari kerusakan akibat sampah plastik terus bergaung. Yang paling sederhana bisa kita lakukan adalah dengan membenahi perilaku dalam menggunakan plastik," kata Doni lagi.
Doni, panggilan akrab Kepala BNPB tersebut juga langsung memberikan contoh membawa tumbler untuk mengurangi sampah plastik saat memberikan kuliah umum di IPB.
Ia melihat fakta di lapangan bahwa sampah plastik Indonesia adalah satu penyumbang sampah terbesar nomor dua di dunia. Hal inilah yang mengusik Doni.
Perwira TNI berpangkat Letjen ini berpendapat pula bahwa kalau kita setiap hari menggunakan tumbler, maka otomatis limbah plastik berkurang.
"Dengan upaya sederhana itu juga, limbah plastik yang sampai ke laut pun akan berkurang. Pernah membaca berita perut ikan paus yang penuh sampah plastik, dan penyu terjerat plastik kan?. Berita ini memang membuat kita miris," katanya.
Tidak cukup jargon, perihal membawa tumbler memang terlihat sederhana. Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa satu orang saja yang berpikiran dan mempraktekkan hal ini, maka dampak yang dia buat sudah signifikan.
Sebab, ketika menggunakan tumbler, maka bisa berpotensi menolak penggunaan plastik sekali pakai.
Selanjutnya ia mengharapkan dan akan membangun budaya enggan menggunakan plastik, minimal pada level individu.
Budaya seperti penggunaan tumbler inilah yang harus dibangun sejak dini. Semangat kepedulian lingkungan sepatutnya sudah menjadi kebiasaan.
"Jangan sampai ketika ada bencana karena ketidakseimbangan lingkungan, khususnya sampah plastik kita baru sadar dan menyesal," katanya lagi.
Pada bagian lain Doni juga melihat bahwa saat ini banyak orang yang setuju dengan jargon-jargon untuk menjaga lingkungan, namun baginya, itu belum cukup.
Tapi apakah (setuju dengan jargon) itu selaras dengan tingkah lakunya?, Belum tentu. Membangun kebudayaan peduli lingkungan harus di level praktik.
"Praktik yang paling sederhana ya, kita cukup bawa tumbler ke mana saja, setidaknya kita tidak perlu membeli air dalam kemasan plastik lagi," katanya mencontohkan.
Pada kesempatan yang sama, pihak IPB juga melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan BPNB, Universitas Majalengka, Univeraitas Kuningan, Politeknik Negeri Jember, dan Pramuka Kuwartir Daerah (Kwarda) Jawa Barat untuk strategi pencegahan dan penanganan bencana di Indonesia melalui dunia pendidikan.
"Mari kita jaga alam, alam akan jaga kita," ajaknya Doni Monardo.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019