Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Pengamat lingkungan dan Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Enri Damanhuri menyebut kemasan galon air minum terbukti lebih ramah lingkungan, karena perannya sebagai sumber air minum dan kemasannya dapat digunakan berulang-ulang.
"Kita hampir tidak pernah melihat galon di tempat sampah, sebaliknya kalau kemasan botol dan gelas plastik air mineral itu memenuhi tempat sampah hampir setiap saat," kata Enri Damanhuri di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan kemasan galon juga unik karena hanya tersedia di Indonesia sebagai solusi atas belum banyak tersedianya infrastruktur air siap minum (tap drinkable water) di Indonesia.
Maka Enri menyarankan agar penggunaan galon lebih dikedepankan sebagai solusi untuk sumber air minum keluarga dan dikantor pada saat kita tidak dalm keadaan bergerak (mobile).
"Setiap kemasan memiliki keunggulan sendiri dari segi pertimbangan ketahanan, keamanan maupun keramahan terhadap lingkungan seperti kemampuan untuk didaur ulang, sumber daya yang diperlukan untuk produksi atau jejak karbon yang ditinggalkan. Yang terpenting adalah perlakuan kita terhadap kemasan setelah kita konsumsi," katanya.
Air kemasan galon tercatat diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983. Air kemasan galon yang biasanya disajikan melalui alat dispenser di rumah dan kantor terbukti memberi alternatif utama untuk pemenuhan kebutuhan hidrasi, dan juga ramah lingkungan.
"Ini karena menggunakan kemasan isi ulang yang bisa didaur ulang," kata Enri.
70 persen menggunakan kemasan galon
Sementara itu, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan bahwa Aqua-lah yang memperkenalkan kemasan galon untuk pertama kalinya pada 1983. Dan sampai saat ini 70 persen bisnis Aqua masih menggunakan kemasan galon yang ramah lingkungan ini.
"Tentu saja karena kebutuhan konsumen yang beragam, kami juga menyediakan ragam krmasan lain termasuk kemasan botol kaca dan kemasan plastik PET," kata Arif.
Ia menekankan bahwa fungsi kemasan dalam produk makanan dan minuman tentu saja untuk menjaga kualitas produk sejak diproduksi hingga dikonsumsi.
Menurut dia lagi, sampai saat ini hanya sedikit negara yang industri air minumnya menggunakan kemasan botol galon secara besar-besaran. "Biasanya karena ada keterbatasan akses air minum di negara-negara tersebut. Indonesia, Mexico dan Turki merupakan negara yang industri air minumnya menggunakan kemasan galon secara masal," katanya.
Namun demikian, banyak perusahaan air minum kemasan (AMDK) di Indonesia yang tidak menjual produknya dalam kemasan galon, kata dia, hal ini karena diperlukan investasi besar untuk membeli galon.
Kemasan galon berperan sebagai sumber air isi ulang (refill source) di rumah, di kantor bahkan di beberapa tempat lain seperti restoran.
"Keberadaan air minum dalam kemasan galon ini bisa menjadi jawaban atas keinginan masyarakat akan air minum yang bisa mengusi ulang tempat minum mereka dan Aqua telah menyediakan solusi ini bagi masyarakat Indonesia selama lebih dari 45 tahun," jelas Arif.
Sementara itu, aktivis lingkungan dari Waste4Change, Bijaksana Rumekso, mengatakan bahwa kemasan galon memang salah satu yang ramah lingkungan.
"Jika sistem ekonomi sirkular diterapkan dalam proses pengolalaan plastik bekas kemasan, dan tidak ada kemasan plastik bekas yang bocor ke lingkungan, maka persoalan sampah plastik ini bisa diatasi," kata pria yang akrab disapa Sano itu. (*/ANT-BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Kita hampir tidak pernah melihat galon di tempat sampah, sebaliknya kalau kemasan botol dan gelas plastik air mineral itu memenuhi tempat sampah hampir setiap saat," kata Enri Damanhuri di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan kemasan galon juga unik karena hanya tersedia di Indonesia sebagai solusi atas belum banyak tersedianya infrastruktur air siap minum (tap drinkable water) di Indonesia.
Maka Enri menyarankan agar penggunaan galon lebih dikedepankan sebagai solusi untuk sumber air minum keluarga dan dikantor pada saat kita tidak dalm keadaan bergerak (mobile).
"Setiap kemasan memiliki keunggulan sendiri dari segi pertimbangan ketahanan, keamanan maupun keramahan terhadap lingkungan seperti kemampuan untuk didaur ulang, sumber daya yang diperlukan untuk produksi atau jejak karbon yang ditinggalkan. Yang terpenting adalah perlakuan kita terhadap kemasan setelah kita konsumsi," katanya.
Air kemasan galon tercatat diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983. Air kemasan galon yang biasanya disajikan melalui alat dispenser di rumah dan kantor terbukti memberi alternatif utama untuk pemenuhan kebutuhan hidrasi, dan juga ramah lingkungan.
"Ini karena menggunakan kemasan isi ulang yang bisa didaur ulang," kata Enri.
70 persen menggunakan kemasan galon
Sementara itu, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan bahwa Aqua-lah yang memperkenalkan kemasan galon untuk pertama kalinya pada 1983. Dan sampai saat ini 70 persen bisnis Aqua masih menggunakan kemasan galon yang ramah lingkungan ini.
"Tentu saja karena kebutuhan konsumen yang beragam, kami juga menyediakan ragam krmasan lain termasuk kemasan botol kaca dan kemasan plastik PET," kata Arif.
Ia menekankan bahwa fungsi kemasan dalam produk makanan dan minuman tentu saja untuk menjaga kualitas produk sejak diproduksi hingga dikonsumsi.
Menurut dia lagi, sampai saat ini hanya sedikit negara yang industri air minumnya menggunakan kemasan botol galon secara besar-besaran. "Biasanya karena ada keterbatasan akses air minum di negara-negara tersebut. Indonesia, Mexico dan Turki merupakan negara yang industri air minumnya menggunakan kemasan galon secara masal," katanya.
Namun demikian, banyak perusahaan air minum kemasan (AMDK) di Indonesia yang tidak menjual produknya dalam kemasan galon, kata dia, hal ini karena diperlukan investasi besar untuk membeli galon.
Kemasan galon berperan sebagai sumber air isi ulang (refill source) di rumah, di kantor bahkan di beberapa tempat lain seperti restoran.
"Keberadaan air minum dalam kemasan galon ini bisa menjadi jawaban atas keinginan masyarakat akan air minum yang bisa mengusi ulang tempat minum mereka dan Aqua telah menyediakan solusi ini bagi masyarakat Indonesia selama lebih dari 45 tahun," jelas Arif.
Sementara itu, aktivis lingkungan dari Waste4Change, Bijaksana Rumekso, mengatakan bahwa kemasan galon memang salah satu yang ramah lingkungan.
"Jika sistem ekonomi sirkular diterapkan dalam proses pengolalaan plastik bekas kemasan, dan tidak ada kemasan plastik bekas yang bocor ke lingkungan, maka persoalan sampah plastik ini bisa diatasi," kata pria yang akrab disapa Sano itu. (*/ANT-BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019