Bogor (Antaranews Megapolitan) - Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri hadiri deklarasi pembentukan Masyarakat Robotika Indonesia yang berlangsung di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Menteri Hanif berharap kehadiran Masyarakat Robotika Indonesia dapat membantu pemerintah mengedukasi masyarakat dalam menghadapi era digitalisasi (4.0) saat ini.

"Masyarakat Robotika bisa memberikan kontribusi dengan edukasi kepada masyarakat mengenai perubahan dunia sekarang yang sudah banyak berbasis teknologi digital," ucapnya.

Menurut dia, banyak perubahan terjadi yang menuntut kecepatan, kreativitas dan inovasi. Dari sisi tenaga kerja, era digital telah menggerus banyak jenis pekerjaan, dan menggantikannya dengan jenis pekerjaan baru.

Jenis pekerjaan yang hilang di era digital seperti pengantar surat, dan penjaga gerbang tol, termasuk industri rokok yang tidak lagi menggunakan tenaga manusia.

"Tren di kalangan generasi muda kita untuk inovasi cukup tinggi, pekerjaan saat ini modelnya 'working without job," kata Hanif.

Ia mencontohkan seorang pria bernama Pardi dari Ponorogo yang bekerja sebagai 'youtuber' dengan penghasilan 20 sampai 35 juta per bulan. Untuk masyarakat Jabodetabek penghasilan tersebut mencukupi, apalagi masyarakat di pedesaan.

Tetapi bagi masyarakat Pardi merupakan seorang pengangguran yang kerjanya merekam video, lalu berbekal sebuah laptop jadul dan mempostingnya di 'youtube'.

Hanif menyebutkan, pekerja seperti dokter, atau perbankan dimengerti oleh orang tua saat ini. Karena jelas institusi dan namanya.

"Tetapi pekerjaan sekarang itu ada yang namanya 'big data analisi' sebagai youtuber, orang tua kita ngerti youtube tapi tidak tau cara bagaimana menghasilkan uang dari pekerjaan itu," kata Hanif.

Bahkan sekelas senator di Amerika yang mempertanyakan bagaiman Mark Zuckerberg mendapatkan uang melalui Facebook.

Berganti paradigma  

"Paradigma berfikir sekarang sudah berganti dari kerja tetap atau tetap bekerja. Hal ini yang butuh edukasi yang lebih baik, zaman memang berubah, dunia berubah, dan apakah kita siap dengan perubahan itu," kata Hanif.

Hanif mengatakan dengan edukasi, ketiga masyarakat Indonesia sadar dengan era digitalisasi, maka bisa memanfaatkannya dengan sangat baik dan produktif.

Pengguna internet Indonesia saat ini 143 juta, rata-rata menggunakan internet sekitar empat jam dalam satu hari. Waktu tersebut cukup lama, tetapi yang dihasilkan hoaks.

"Problematika ketika masuk ke dunia serba digital kita tidak cukup siap. Hal-hal ini jadi tantangan, memastikan digitalisasi memberikan manfaat secara produktif," kata Hanis.

Sementara itu Ketua Yayasan Rumah Robot Indonesia, Jully Tjindrawan menyebutkan pihak sedang menyiapkan kurikulum pendidikan terkait robotik dalam rangka mendukung program pemerintah menyiapkan sumber daya manusia menghadapi era revolusi industri 4.0.

"Kita ingin menjadi partner pemeirntah dalam mempersiapkan beberapa hal penting untuk menyambut datangnnya era digital industri 4.0," katanya.

Dewan Pengawas Masyarakat Robotika Indonesia, Dewi Motik Pramono mengingatkan pentingnya karakter, dan interaksi antara manusia, sehingga era robotik tidak perlu dikhawatirkan.

"Karena yang menciptakan robot itu adalah manusia, artinya manusia lebih unggal dari robot. Kerja boleh dengan robot, tapi interaksi person to person tidak boleh hilang," kata Dewi.

Pembentukan Masyarakat Robotika Indonesia merupakan kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Robotic Explore untuk menyatukan beberapa komunitas, membuat satu wadah organisasi yang diharapkan menjadi standar perkembangan dunia teknologi robotika.

Editor berita: M. Yusuf

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019