Bekasi (ANTARA News Megapolitan) - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri memberi pembekalan kepada 9.296 angkatan kerja yang menjadi peserta Pelatihan Berbasis Kompetensi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Cevest Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin.

"Kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari agenda Kemenaker pada 2019 yang akan memfasilitasi `skill` sebanyak 526.000 peserta pelatihan dan kompetensi," kata Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri di Bekasi, Senin.

Ia mengatakan tren teknologi informasi saat ini mengalami perubahan yang cepat dan masif di berbagai bidang, termasuk memengaruhi gaya hidup para angkatan kerja.

Kondisi tersebut memengaruhi gaya hidup para angkatan kerja di Indonesia seiring dengan semakin mudahnya menjalani kebiasaan hidup melalui dukungan teknologi informasi.

"Sekarang nulis surat bisa secara elektronik melalui status di media sosial. Zaman dahulu, kita menyambangi rumah teman, sekarang sistem `upload` melalui media sosial," katanya.

Kepada ribuan peserta, Hanif mengatakan, perkembangan paltform di media sosial bergantung pada penggunanya.

"Di tengah perubahan dunia, kita sebagai pribadi juga dituntut berubah. Suka tidak suka, harus berubah. Kalau tidak berubah maka perubahan yang akan menggilas kita," katanya.

Ia mengatakan seseorang yang biasa berada di zona nyaman akan kaget dengan perubahan saat ini karena mereka, khususnya generasi muda, cenderung memanjakan diri.

Situasi yang dimaksud, kata dia, semakin ketat persaingan di segala lini yang menuntut adanya kompetensi serta karakter pekerja yang optimal.

"Mereka yang ada di zona nyaman akan sangat kaget dengan dunia yang dipenuhi berbagai bentuk persaingan. Kita harus hati-hati. Kalau tidak keras pada diri sendiri, kenyataan di luar sana begitu keras," katanya.

Hanif mencontohkan tuntutan industri di Jepang memperhatikan kemampuan serta karakter calon karyawannya.

Selain angkatan kerja diwajibkan memiliki kemampuan optimal di bidangnya, persyaratan karakter yang jujur serta mampu bekerja keras juga menjadi pertimbangan utama.

"Kalau di Jepang, calon pekerjanya akan dilatih berjalan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan, misalnya selama 10 menit, maka harus pas, tidak boleh lebih dan kurang," katanya.

Salah satu peserta pelatihan dan kompetensi, Andini (22), mengaku lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Bekasi pada 2018.

"Saya baru lulus tahun kemarin. Rupanya kemampuan yang saya dapat di sekolah tidak jaminan juga langsung masuk kerja, makanya saya perdalam lagi kemampuan saya melalui program pelatihan ini," katanya.

Ia mengaku terobsesi bekerja di luar negeri, salah satunya Jepang.

"Saya mengambil kejuruan teknik pariwisata pada pelatihan ini. Harapannya bisa dikirim ke Jepang karena ada saudara juga di sana dan katanya gajinya lumayan," katanya.

Pelatihan berbasis kompetensi kali ini menyasar mereka dari sejumlah kejuruan, di antaranya teknologi informasi, teknik elektronika, refrigeration, dan pariwisata.

Editor berita:

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019