Sukabumi (Antaranews Megapolitan) - Pakar Tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) DR Eng Hamzah Latief mengatakan dari hasil penyelitian yang dilakukan timnya, wilayah Geopark Ciletuh Palabuhanratu merupakan daerah rawan terjadi gempa dan tsunami.
"Di lokasi geopark ini terdapat lempeng bumi yakni Cimandiri, jika terjadi gempa longsor maka akan terjadi tsunami lokal," kata Hamzah dalam seminar ruangan bertema Potensi Tsunami Palabuhanratu di Sukabumi, Minggu.
Namun dirinya menyebutkan, gempa dan tsunami tidak bisa diprediksi kapan akan terjadinya tetapi tetap saja harus diwaspadai karena potensi itu ada.
Bahkan, lanjut dia, dirinya pun sudah lama melakukan penelitian tersebut, jika terjadi tsunami imbasnya pun akan dirasakan sampai ke beberapa daerah.
Selain Sukabumi, DKI Jakarta pun ternyata rawan terjadi tsunami namun dari hasil penelitian tinggi gelombang tsunaminya hanya 1,2 meter, tapi yang harus diwaspadai adalah kekuatan arusnya.
Untuk wilayah perairan laut Sukabumi tinggi gelombang jika terjadi tsunami memang cukup tinggi, karena wilayah Palabuhanratu persis berada di atas patahan Cimandiri. Sehingga, jika terjadi gempa berpotensi hampir seluruh pantai terkena dampaknya mulaui dari Pantai Ujung Genteng di Kecamatan Ciracap.
"Diperkirakan jika terjadi tsunami yang terkena dampaknya mencapai 890 gedung pemerintah dan sekitar 5 ribu rumah dan fasilitas lainnya," tambahnya.
Hamzah pun membuat peta evakuasi di wilayah perairan laut Sukabumi dan shelter sehingga jika terjadi bencana tersebut masyarakat harus lari ke lokasi jalur evakuasi dan tentunya harus menjauh dari bibir pantai.
Tidak kalah penting, masyarakat pun harus tahu ciri-ciri akan terjadinya tsunami, pertama terjadi gempa, air di pantai surut dan biasanya ada suara gemuruh dan berkabut di tengah laut.
"Yang harus dilakukan jika terjadi tsunami agar segera lari ke dataran tinggi atau bangunan yang memang tahan terhadap gelombang tersebut," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Di lokasi geopark ini terdapat lempeng bumi yakni Cimandiri, jika terjadi gempa longsor maka akan terjadi tsunami lokal," kata Hamzah dalam seminar ruangan bertema Potensi Tsunami Palabuhanratu di Sukabumi, Minggu.
Namun dirinya menyebutkan, gempa dan tsunami tidak bisa diprediksi kapan akan terjadinya tetapi tetap saja harus diwaspadai karena potensi itu ada.
Bahkan, lanjut dia, dirinya pun sudah lama melakukan penelitian tersebut, jika terjadi tsunami imbasnya pun akan dirasakan sampai ke beberapa daerah.
Selain Sukabumi, DKI Jakarta pun ternyata rawan terjadi tsunami namun dari hasil penelitian tinggi gelombang tsunaminya hanya 1,2 meter, tapi yang harus diwaspadai adalah kekuatan arusnya.
Untuk wilayah perairan laut Sukabumi tinggi gelombang jika terjadi tsunami memang cukup tinggi, karena wilayah Palabuhanratu persis berada di atas patahan Cimandiri. Sehingga, jika terjadi gempa berpotensi hampir seluruh pantai terkena dampaknya mulaui dari Pantai Ujung Genteng di Kecamatan Ciracap.
"Diperkirakan jika terjadi tsunami yang terkena dampaknya mencapai 890 gedung pemerintah dan sekitar 5 ribu rumah dan fasilitas lainnya," tambahnya.
Hamzah pun membuat peta evakuasi di wilayah perairan laut Sukabumi dan shelter sehingga jika terjadi bencana tersebut masyarakat harus lari ke lokasi jalur evakuasi dan tentunya harus menjauh dari bibir pantai.
Tidak kalah penting, masyarakat pun harus tahu ciri-ciri akan terjadinya tsunami, pertama terjadi gempa, air di pantai surut dan biasanya ada suara gemuruh dan berkabut di tengah laut.
"Yang harus dilakukan jika terjadi tsunami agar segera lari ke dataran tinggi atau bangunan yang memang tahan terhadap gelombang tersebut," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018